Dibalik berita keracunan MBG (makan bergizi gratis) dengan narasi yang bertujuan untuk pencegahan dan penanggulangan stunting sejak mula diluncurkan, dalam program populis yang memiliki niat baik ini, tenyata terselip data yang tak masuk akal.Â
Pada kondisi defisit anggaran negara, MBG menjadi salah satu program paradoks yang tetap dijalankan jika tak berkenan disebut dipaksakan melalui penyangkalan data terkait kemampuan ketersediaan dana dengan sangkalan narasi tentang 'ekonomi kita kuat'.Â
Pengamat ekonomi dan analisis pasar modal, Ferry Latulihin, mencetuskan tindakan negara (pemerintah) yang tidak bergeming dan tetap melaksanakan program MBG di tengah defisit anggaran dengan sebutan 'koplaknomics'. Hal ini diungkapkan olehnya saat menjadi nara sumber di vodcast kanal YouTube Prof. Rhenald Kasali.Â
Berangkat dari Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, yang menyatakan "Makan bergizi gratis itu lebih penting dari lapangan kerja", bagi Ferry Latulihin pernyataan ini koplak. Melanggar otak waras (logika berpikir) kita. Sebab di negara mana pun juga, pemerintah baru atau lama fokusnya adalah lapangan kerja bukan memberi makan bergizi gratis.Â
Bahkan atas pernyataan itu Ferry Latulihin mempertanyakan di mana sekolahnya (keilmuan) yang menyatakan bahwa makan bergizi gratis lebih penting daripada lapangan kerja. Tidak ada buku teksnya makan bergizi gratis lebih penting dari lapangan kerja. Tidak masuk akal. Ini berarti teori baru, dalam ilmu ekonomi namanya "koplaknomics".Â
Lebih lanjut Ferry Latulihin mengatakan bahwa pemerintah seharusnya berjuang menciptakan lapangan kerja, menurunkan angka pengangguran, bukan malah memberi makan bergizi gratis. Katanya, sudah 80 tahun merdeka, kok masih fokus sama gizi, ini koplak sekali.
Koplaknomics diambil dari kata koplak yang bisa diartikan sebagai perilaku lucu, konyol atau bodoh yang dapat mengundang tawa. Eror (kesalahan). Tidak masuk akal. Melanggar kewarasan otak (logika berpikir). Sableng. Keras kepala.Â
Terkait situasi ekonomi, koplaknomics merupakan cara menghindari situasi yang sulit dengan mengalihkan ke situasi yang mudah ditangani. Seperti menghindari tindakan ekonomi untuk membuka lapangan kerja karena situasinya sulit dengan mengalihkan ke program makan bergizi gratis yang lebih mudah untuk dilaksanakan.Â
Berdasarkan uraian itu, koplaknomics selanjutnya bisa dimaknakan sebagai keputusan atau tindakan-tindakan ekonomi yang diambil atau dilakukan tetapi tidak sejalan atau berlawanan dengan kondisi ekonomi yang sedang terjadi atau dialami oleh suatu bangsa atau negara, kelompok, keluarga atau perorangan. Â Â Â
Program makan bergizi gratis dinilai koplak atau tidak masuk akal ditinjau dari total populasi dan total anggaran. Dari sisi APBN (anggaran), pemerintah bertarung untuk mendanai MBG dengan alokasi anggaran besar-besaran, Rp 25 triliun per bulan, yang berarti Rp 300 triliun per tahun dengan target 82,9 juta penerima.Â