Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Ketika Paylater Lebih Hijau dari Rumput Tetangga, Apa yang Tumbuh Subur?

22 Mei 2025   10:29 Diperbarui: 22 Mei 2025   10:29 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Supriyanto/SPY/Kompas.id

'Bagai makan buah simalakama', nggak dimakan dapat kesusahan dimakan dapat kesusahan juga. Peribahasa ini barangkali lebih cocok untuk suami, istri atau tetangga yang sudah terpengaruh oleh prinsip 'paylater lebih hijau dari rumput tetangga'. Bagaimana bisa? 

Rumput tetangga yang biasanya sangat menarik minat dan mampu mengalihkan pandangan mata, hati dan jiwa terutama fisik atau harta bagi suami, istri atau tetangga lalu berpaling karena jauh lebih hijau (menarik, segar, ranum, aduhai, baik hati, sugih, berwibawa atau segudang makna lain yang identik dengannya) sekarang kalah pamor sama paylater. Apa sih hebatnya paylater dibanding Prilly Latuconsina?

Loh kok malah dibandingin sama artis tanpa tanding. Tunggu! Bukan bermaksud membandingkan melainkan mengandaikan. Andai tetanggamu Prilly Latuconsina apa iya paylater akan tetap jauh lebih hijau dari rumput tetangga? 

Pastinya sih iya, paylater tetap akan jauh lebih hijau dari rumput tetangga sebab Prilly Latuconsina-nya tak akan pernah melirik sedikit pun pada kusamnya rumput di halaman rumahmu bila jadi tetangganya.  

Oke itu candaan garing, tetapi berbahagialah bagi para suami, istri atau tetangga yang memiliki pasangan atau memegang teguh prinsip untuk tidak pernah melirik apalagi tergoda oleh rumput tetangga yang jauh lebih hijau.

Namun harus tetap amat sangat waspada jika pasangan atau dirimu sudah mulai mengenal pesaing dari rumput tetangga yang jauh lebih bisa mematikan keharmonisan rumah tangga. Apa itu?

Jawabnya pinjol dan paylater. Dua mekanisme mudah dalam hal pemenuhan kebutuhan secara instan, yang awalnya dikenal lewat kebiasaan scrolling dan jauh lebih bersifat magis dibanding jika hanya diperkenalkan langsung melalui mulut ke mulut, yang biasanya muncul interupsi dari kanan-kiri yang turut berupaya mencegah agar seseorang tidak terjebak di dalamnya. 

Dampak pinjol pada rumah tangga jangan ditanya, pada level maksimal yang tak sanggup lagi untuk dipecahkan, tak akan jauh berbeda dengan pasangan yang sudah terdampak jerat rumput tetangga, apalagi yang sudah menerima respons balik. Yaitu dampak yang sama, perceraian, bunuh diri hingga penghilangan nyawa. 

Sementara paylater memang agak lain dari pinjol, mempunyi mekanisme jauh lebih halus dalam menggerogoti keharmonisan rumah tangga. 

Mulanya berkamuflase lewat kemudahan-kemudahan, promo yang lebih menggiurkan, gambar-gambar produk dan jasa yang sering terlihat sempurna dan berguna, dan munculnya narasi yang terbangun. 

Salah satunya, bahwa untuk kebutuhan sehari-hari barang online jauh lebih murah dengan stok terbatas lalu muncul seruan magis agar konsumen segera membeli, "Harga grosir, ngabisin stok, jangan sampai kehabisan ya, ayo segera di check out! ".

Tetapi sumpah, serius! Godaan paylater ternyata  memang jauh lebih hijau dari rumput tetangga. Jauh lebih menarik dan lebih segalanya dibanding rumput tetangga (daya tarik suami, istri atau tetangga dalam konteks fisik, harta atau kepribadian sekalipun). 

Bayangkan, Anda punya keinginan tapi tak punya uang. Dengan paylater, keinginan Anda siap diwujudkan. Bahkan keinginan itu bisa sudah tiba-tiba mewujud di rumah Anda hanya dalam hitungan jam sampai menit. Magis! Abrakadabra! Rumput hijau tetangga belum tentu bisa seperti itu bukan? Apalagi tetangga yang tidak merespons balik. 

Daya goda paylater itu tak butuh balasan cinta untuk bisa menarik mangsa. Paylater hanya butuh sedikit kalimat motivasi sebagai daya angkat untuk mengungkit sisi emosional manusia, "Limit Kredit Tersedia Rp 15.000.000", Waw! Seperti mimpi bukan. Tanpa melihat berapa besar pendapatan orang per bulan, tiba-tiba uang yang seolah-olah bisa dipakai cuma-cuma muncul sebesar itu. 

Untuk orang-orang yang tidak punya pekerjaan atau penghasilan sepeser pun, ketika membuat akun yang menyediakan fitur paylater cenderung akan diberi motivasi yang sama. Tentu saja dengan jumlah minimal yang masih relatif kecil seperti "Limit Kredit Tersedia Rp 500.000". Faktanya, banyak anak muda atau pelajar yang belum memiliki penghasilan sudah terjerat paylater. 

Paylater begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda. Bila tergoda pasti banyak risiko bahaya yang sudah siap menanti di depan sana. Bila memilih untuk tidak tergoda maka menolaknya tidaklah mudah. Menolak paylater tidak hanya harus kuat iman tetapi harus pula memiliki prinsip kesederhanaan yang tidak sekadar hemat melainkan stoik, dan tentu saja mempunyai stabilitas finansial untuk kebutuhan keluarga. Mengapa paylater harus ditolak? 

Ketika paylater lebih hijau dari rumput tetangga, akan ada yang tumbuh subur, bukan suami lain, istri lain atau tetangga. Tentunya karena paylater sudah lebih prioritas dari godaan tetangga. Jadi, rumput tetangga yang hijau tak perlu disiram hingga tak akan menyuburkan perselingkuhan, perceraian, bunuh diri sampai penghilangan nyawa. Lantas apa yang tumbuh subur dari paylater?    

Pastinya paylater ikut menumbuh suburkan transaksi ekonomi, yang tidak pasti adalah pertumbuhan transaksi ekonomi yang subur itu untuk pihak yang mana, rasional atau irasional, membuat sejahtera atau sebaliknya? Tapi buat apa pertumbuhan dan kesuburan transaksi ekonomi jika kenyataannya juga menumbuh suburkan perkara-perkara berikut ini:

1. Utang paylater.

Paylater atau bayar nanti sejatinya adalah utang (ngebon). Utang apa pun namanya tentu saja wajib dibayar. Masalahnya, daya bayar itu belum tentu dimiliki oleh semua orang padahal setiap orang bahkan yang tidak mempunyai penghasilan sekalipun dengan mudahnya bisa meraih kesempatan untuk menggunakannya. 

2. Mental instan.

Menumbuh suburkan sikap atau mentalitas yang menginginkan segala sesuatu tercapai dengan cepat tanpa mau berupaya menjalani proses kerja atau bersusah payah meraihnya dalam waktu tertentu.

3. Kenaikan data kemiskinan.

Menumbuh suburkan kemiskinan berarti meningkatkan data kemiskinan. Orang-orang yang berbelanja menggunakan paylater cenderung tidak memiliki kemampuan daya beli di waktu yang seharusnya. Lebih parah, sama sekali belum mempunyai kemampuan daya beli, yang ujungnya akan menimbulkan masalah karena tidak mampu membayar. Orang-orang ini kemudian berpotensi besar (otw) mempengaruhi data kenaikan angka kemiskinan.

4. Perselisihan di internal keluarga.

Menumbuh suburkan perselisihan di internal keluarga, tidak sedikit paylater membuat suami-istri bertengkar, kakak-adik berseteru, orang tua-anak saling diam.

5. Pelaku judol.

Menumbuh suburkan para pelaku judi online. Selain pinjol, paylater adalah perkara lain yang membuat kemudahan mendapatkan uang umumnya akan menghubungkan penggunanya kepada judi online. 

6. Perceraian, bunuh diri hingga penghilangan nyawa.

Menumbuh suburkan perceraian, bunuh diri dan perbuatan kriminal. Ketika sampai ke titik ini memang tidak semata-mata dan serta merta perceraian, bunuh diri atau kriminal tumbuh karena paylater, melainkan oleh akumulasi atas semua akibat yang telah disebut sebagai risiko bahaya yang sudah akan menanti di belakang (masa depan). 

Enam perkara di atas, yang ditumbuh suburkan oleh paylater seharusnya menjadi kajian bagi para pemangku yang berkepentingan. Terutama pemerintah. Termasuk bagi setiap individu yang telah dan berpotensi menggunakan paylater agar mempunyai kesadaran bahwa risiko bahaya paylater pada akhirnya tidak bisa dianggap main-main. 

Untuk para pemangku yang berkepentingan dan pemerintah, setidaknya mau melahirkan kebijakan bersama agar regulasi atau tata cara penggunaan paylater semakin diperketat. Termasuk minimal melakukan verifikasi dan validasi offline setelah syarat-syarat dipenuhi. Tidak dibuat mudah seperti sekarang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun