Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Magical Mirroring Chamber", Ruang Imitasi Ajaib yang Bisa Hadirkan Sukseskadabra atau Balakazam

20 Oktober 2023   13:48 Diperbarui: 28 Oktober 2023   19:51 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi viral. (Sumber: Shutterstock via kompas.com)

Lalu dengan spontan Alif menjawab balik "Kamu nanyea?". Setelah itu frasa 'kamu nanyea' yang sering diucapkan Alif dengan aksen dan gaya meniru tokoh film Dilan menjadi candu, sindrom hingga trauma bagi sebagian orang yang tidak ingin mendengarnya.

Di waktu lainnya, lebih dari sekadar kata atau frasa, ada lirik lagu yang dipelesetkan oleh seseorang yang kemudian menuai viral di media sosial. 

Sebuah lagu berjudul 'Cukup Dikenang Saja' yang dinyanyikan oleh grup band The Junas feat Yasmin Napper, dipelesetkan jadi "Begitu Sulit Lupakan Rehan' oleh Intan Lembata. 

Tapi sebagai catatan, dari keseluruhan lirik yang dinyanyikan, Intan hanya mengganti (memelesetkan) kata kamu menjadi Rehan.

Abigail Manurung dengan kata 'bercyandya', Nissa Sabyan melalui kata 'gelay', Alif Cepmek lewat frasa 'kamu nanyea', dan Intan Lembata via lirik lagu yang salah satu katanya diganti dengan nama Rehan--- kecuali Nissa Sabyan yang sebelumnya sudah memiliki popularitas.

Abigail Manurung, Alif Cepmek dan Intan Lembata mendapatkan sukseskadabra karena celetukan kata, frasa atau modifikasi kata dalam lantunan, yang cenderung masuk dalam konten berkarakter sepele atau sembarang. Lalu apa yang membuat mereka mencapai fase viral yang menjadi faktor penentu sukseskadabranya?  


Peneliti Amerika telah menemukan bahwa otak manusia meniru pola bicara orang lain, bahkan orang asing, tanpa sengaja. 

Para ilmuwan dari University of Carolina, Riverside, menemukan bahwa penyalinan aksen secara bawah sadar berasal dari dorongan bawaan otak untuk "berempati dan berafiliasi". Prof. Lawrence Rosenblum, psikolog yang memimpin penelitian berkata, "Manusia adalah peniru yang tiada hentinya".

Pada tahun 1990-an, ahli saraf Giacomo Rizzolati, MD bersama rekan-rekannya di Universitas Parma Italia, pertama kali mengidentifikasi keberadaan mirror neurons. Yaitu jenis sel otak yang memberikan respons yang sama ketika kita melakukan suatu tindakan dan ketika kita menyaksikan orang lain melakukan tindakan yang sama.

Seorang Profesor emeritus of health economics of addiction, University of Illinois di Springfield, Shahram Heshmat secara lebih mendetail menulis, melalui pemograman biologis kita meniru tampilan emosi orang lain---ekspresi wajah, gerak tubuh dan dengan melakukan itu kita mengadopsi perasaaan interal mereka. Mekanisme biologisnya adalah sistem neuron cermin di otak manusia.

Berdasarkan hasil penelitian peniruan pola bicara dan temuan mirror neurons, maka apa yang membuat konten berkarakter sepele atau sembarang dapat mencapai fase viral bisa dijelaskan melalui ruang pencerminan, ruang peniruan atau ruang imitasi (mirroring chamber).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun