Mohon tunggu...
Suminar
Suminar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Community Education, UPI

Aku seorang mahasiswa Pendidikan Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia yang sekaligus ngabdi di SD Islam Aljabar, Sukabumi. Aku berasal dari Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Proses Belajar Sepanjang Hayat Melalui Program Kampus Mengajar Angkatan 1 - Pemberian Pembelajaran di Sekolah Dasar 3T

31 Oktober 2021   20:27 Diperbarui: 31 Oktober 2021   22:23 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awal tahun 2020 menjadi sesuatu yang mungkin akan menjadi hal yang tak bisa dilupakan (bersejarah) sekaligus awal dari perubahan bagi masyarakat Indonesia. Tepatnya bulan maret menjadi titik awal sebuah kebijakan baru dari pemerintah yaitu seluruh masyarakat Indonesia harus mengurung diri di rumahnya masing-masing selama dua pekan ke depan. 

Hal itu dilakukan karena sebuah virus yang menggerogoti sistem pernapasan manusia hampir ke semua negara di dunia termasuk Indonesia yang sudah menyebar luas, apalagi kalau bukan Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) atau yang lebih dikenal dengan nama Virus Corona. 

Virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) yang pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara termasuk Indonesia hanya dalam waktu beberapa bulan (sumber : https://www.alodokter.com/virus-corona).

Yang dibayangkan masyarakat dua pekan di rumahkan ya memang empat belas hari, namun tenyata mimpi buruk diperpanjang dimana karena pandemi Covid-19 kebijakan berdiam diri di rumah semakin lama yang pada akhirnya kebijakan tersebut diberi nama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kebijakan PSSB mempengaruhi ke segala aspek kehidupan yang mana segala aktivitas masayarakat di luar rumah tidak lagi sebebas sebelum Covid-19 menyerang. 

Dari mulai kegiatan ekonomi, kegiatan sosial, kegiatan politik semua harus dilakukan dari rumah yang dikenal juga dengan sebutan Work From Home (WFH), tak terkecuali dalam bidang pendidikan segala aktivitas sekolah dari mulai tingkat PAUD/TK, SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi semuanya harus dialihkan menjadi pembelajaran melalui perangkat elektronik yang menggunakan jaringan internet. 

Hal itu membuat para guru yang harus memutar balikan otak untuk memikirkan pengelolaan pembelajaran agar terus berjalan sesuai dengan tujuannya. Begitupun semua anak sekolah dan para orang tuanya dituntut untuk bisa mengoperasikan komputer/laptop, gadget atau perangkat lain yang menjadi penunjangnya untuk tetap bisa mengikuti pembelajaran.

Mungkin orang-orang yang sudah terbiasa memegang perangkat elektronik tidak ada masalah ketika semuanya dialihkan menjadi kegiatan online yang di Indonesia dikenal dengan istilah daring (dalam jaringan). Namun, apakah kamu tahu? Ternyata masih banyak masyarakat yang masih awam akan hal tersebut terutama masyarakat marginal (tertinggal). 

Anak-anak yang tinggal di wilayah marginal ketika mendengar istilah "Sekolah Daring" mungkin serasa mimpi mereka seketika terhalang oleh adanya sebuah jaringan internet. Bagaimana tidak, satu-satunya jalan mereka yaitu menggantungkan segala cita-citanya melalui belajar di sekolah secara langsung. 

Dengan sangat ingin tetap memajukan pendidikan para pemeran sekolah yang berada di wilayah marginal yang mana akses internet dan fasilitas yang sangat terbatas mau tidak mau tetap harus menjalankan kewajibannya sebagai pendidik. 

Mereka ada yang kegiatan di sekolahnya masih tetap berjalan meski tidak full time atau bahkan para pendidik dengan niat door to door ke rumah muridnya masing-masing untuk mengajar. Memang SANGAT MULIA perjuangan mereka para pendidik yang rela berkorban di daerah tertinggal.

Melihat kondisi seperti itu, pemerintah tidak tinggal diam. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadima Karim atau yang sering disapa Mas Mentri  membuat sebuah program yang mana selain untuk membantu para pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah-sekolah tertinggal dalam meningkatkan literasi, numerasi, adaptasi teknologi dan administrasi juga bertujuan untuk memberdayakan para mahasiswa yang ikut terdampak pembelajaran daring agar terus mengoptimalkan kompetensi yang dimilikinya sebagai penerapan ilmu yang dipelajarinya selama di kampus, program tersebut diberi nama dengan Kampus Mengajar Angkatan 1. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun