Mohon tunggu...
Ummi Azzura Wijana
Ummi Azzura Wijana Mohon Tunggu... Music freak

Perempuan biasa yang suka musik, dolan, jajan, dan motoran. Sesekali motret sawah, gunung, dan lautan. Lalu berlari mencari matahari pagi hingga senja

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Gunung Andong: Surga Kecil yang Dirindukan

8 Oktober 2025   13:51 Diperbarui: 8 Oktober 2025   17:06 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puncak Andong 1726 mdpl. Foto: Ummi Azzura

Magelang memang tak pernah kehabisan keindahan alam. Di antara hijaunya perbukitan dan udara sejuk pegunungan, ada Gunung Andong, salah satu gunung favorit para pecinta alam dari berbagai daerah. Terletak di antara Kecamatan Ngablak dan Grabag, Gunung Andong menyimpan pesona alam yang luar biasa; sederhana, tetapi selalu memikat hati siapa pun yang mendakinya.

Hari Minggu lalu saya memantapkan diri untuk mendaki Gunung dengan ketinggian 1.726 meter di atas permukaan laut (mdpl). Meskipun ada sedikit keraguan; fisik saya yang sudah berkepala empat takut tidak bisa menempuh perjalanan tersebut.

Namun, dari informasi yang beredar, Gunung Andong termasuk gunung yang ramah untuk pendaki pemula. Jalurnya tidak terlalu terjal, waktu tempuhnya singkat, dan fasilitas basecamp-nya cukup lengkap. Akhirnya saya memantapkan diri memulai pendakian gunung pertama saya.

Saya tak seperti pendaki lainnya, yang datang malam, lalu camping untuk menunggu matahari terbit (sunrise). Saya datang di basecamp Sawit, pada jam 06.00 WIB. Pendakian pun saya mulai.

Jalur Pendakian Sawit. Foto: Ummi Azzura
Jalur Pendakian Sawit. Foto: Ummi Azzura

Sebagai informasi Gunung Andong memiliki beberapa jalur pendakian yang tersebar di enam basecamp utama. Empat di antaranya berada di wilayah Kecamatan Ngablak; yaitu Dusun Sawit, Pendem, Gugik, dan Temu. Sementara dua lainnya berada di Kecamatan Grabag; yakni Dusun Kudusan dan Dusun Sekararum Kembangan.

Dari seluruh jalur tersebut, Basecamp Sawit dan Pendem menjadi yang paling populer. Jalurnya relatif landai dan mudah diikuti, cocok bagi pendaki pemula. Waktu tempuh rata-rata hanya sekitar 1,5 hingga 2 jam menuju puncak.

Konon, hampir setiap hari pendaki datang silih berganti. Benar saja, terlihat ada anak kecil berusia tiga tahun hingga orang dewasa bahkan lansia yang saya temui sepanjang perjalanan naik. Jalur pendakian Sawit yang saya lewati menuju puncak sedikit terjal dan menantang. Pada lima belas menit pertama saya sampai pos satu, dan pada menit tiga puluh sudah sampai di pos dua.

Jalur pendakian mulai sedikit menyita tenaga ketika menuju pos tiga, tanjakan dan berkelok membuat dada terhimpit, napas serasa mau habis. Hingga membutuhkan istirahat sebentar di pos ini. Tak ayal waktu tersebut bisa digunakan untuk menikmati view Gunung Merbabu dan Merapi di kejauhan yang sangat indah serta Sumbing dan Sindoro di kejauhan.

Pemandangan sepanjang perjalanan mendaki jalur Sawit. Foto: Ummi Azzura 
Pemandangan sepanjang perjalanan mendaki jalur Sawit. Foto: Ummi Azzura 

Mengapa orang-orang berduyun-duyun mendaki di Gunung Andong. Sedangkan secara etimologis, Gunung Andong dulunya memiliki aktivitas vulkanik. Ternyata, kini gunung ini dinyatakan aman untuk didaki, sehingga menjadi destinasi yang pas bagi siapa pun yang ingin merasakan sensasi mendaki tanpa risiko besar.

Selama mendaki, ada sebentuk pembelajaran yang bisa diambil. Tidak kenal sesiapa sesame pendaki namun saling sapa dan menguatkan terjadi begitu saja. Semangat terus bertambah agar cepat sampai puncak ketika orang-orang yang sudah turun dari puncak menyapa. Hal yang jarang terjadi ketika orang-orang berada di lingkungan perkotaan.

Sensasi Menikmati Sunrise di Atas Awan

Salah satu daya tarik utama Gunung Andong adalah pemandangan sunrise-nya yang menakjubkan. Banyak pendaki memilih untuk memulai perjalanan pada malam hari agar bisa bermalam di puncak dan menyambut mentari pagi dari atas awan. Ketika sinar matahari pertama muncul dari ufuk timur, suasana berubah magis; warna langit bergradasi oranye keemasan, kabut tipis menari di lembah, dan lautan awan bergulung di bawah kaki. Semua itu menciptakan momen yang tak hanya indah, tapi juga menenangkan hati, katanya. Namun itu tidak saya temui, sebab saya ambil waktu pendakian mulai pagi hari.

Tapi hal tersebut tidak mematahkan semangat saya untuk sampai di puncak. Sebab, selepas matahari terbit, panorama di sekelilingnya pun tak kalah memesona. Menghabiskan waktu 90 menit saya dapat mencapai Puncak Gunung Andong.

Puncak Jiwa. Foto: Ummi Azzura
Puncak Jiwa. Foto: Ummi Azzura

Begitu sampai di puncak, semua lelah terbayar lunas. Saya bisa melihat Gunung Merbabu dan Merapi di arah tenggara, Gunung Sumbing dan Sindoro di arah barat, serta Gunung Prau, Ungaran, dan Telomoyo. Sungguh pemandangan 360 derajat yang sulit ditandingi. Hamparan petak-petak sawah di bawah sana tampak seperti lukisan, tersusun rapi dengan gradasi warna hijau dan cokelat. Saat angin bertiup lembut dan awan bergerak perlahan, suasana menjadi begitu menenangkan.

Merapi dan Merbabu. Foto: Ummi Azzura
Merapi dan Merbabu. Foto: Ummi Azzura

Lebih menakjubkan lagi; jika kebanyakan gunung hanya memiliki satu puncak, Andong memiliki empat puncak sekaligus yang berjejer. Puncak Makam, Puncak Jiwa, Puncak Andong (puncak tertinggi), dan Puncak Alap-alap.

Keempatnya menawarkan pesona yang berbeda. Puncak Jiwa menjadi spot favorit untuk berkemah karena area yang lebih luas dan datar. Sementara itu, Puncak Andong menjadi titik terbaik untuk menikmati pemandangan Magelang dari ketinggian tertinggi. Di puncak tertinggi ini ada tugu penanda; di mana pendaki mengular untuk antre berfoto, akhirnya saya lewatkan begitu saja karena panjangnya antrean. Hanya sempat berswafoto di antara pendaki yang berjejal.

Puncak Andong 1726 mdpl. Foto: Ummi Azzura
Puncak Andong 1726 mdpl. Foto: Ummi Azzura

Dari Puncak Andong dengan penuh kehati-hatian saya melewati gerbang tanjakan mesra. Kemudian meniti Jembatan Setan yang lebar jalan hanya 50 centi meter saja dengan jurang di kanan kiri. Berjalan dengan terpaan angin yang sangat kencang, membuat adrenalin naik beberapa step.

Jembatan Setan. Foto: Ummi Azzura
Jembatan Setan. Foto: Ummi Azzura

Kekecewaan berfoto di tugu puncak tertinggi, terobati dengan adanya tugu penanda di Puncak Alap-alap. Meskipun tidak berada di puncak tertinggi, momen pendakian pertama saya bisa saya abadikan. Menjadi pengalaman tersendiri.

Puncak Alap-alap 1692 mdpl. Foto: Ummi Azzura
Puncak Alap-alap 1692 mdpl. Foto: Ummi Azzura

Pada saat saya jalan naik, saya sudah berpikir bagaimana nanti turun dari puncak. Benar saja, turun dari puncak Alap-alap saya memilih turun melalui jalur Pendem. Ternyata jalurnya berbeda dengan Jalur Pendakian dari Sawit. Jalan tanah sedikit berbatu dan kerikil hampir saja menimbulkan insiden. Saya hampir tergelincir dan jatuh terjerembab. Bersyukur dengan berlari kecil, saya bisa menguasai diri. Melewati pos tiga hingga pos satu Pendem dalam waktu 50 menit.

Menuruni Puncak Andong melalui jalur Pendem. Foto: Ummi Azzura
Menuruni Puncak Andong melalui jalur Pendem. Foto: Ummi Azzura

Perjalanan di Gunung Andong terasa menyenangkan. Di sepanjang jalur, mata dimanjakan dengan pemandangan ladang sayur milik warga, pepohonan pinus, serta udara yang segar. Suasana pedesaan di kaki gunung menambah kehangatan pengalaman mendaki di tempat ini. Sedangkan pada saat perjalanan naik pendaki bisa menyaksikan Merapi dan Merbabu di kejauhan.

Dengan tiket masuk sekitar Rp21.000 untuk pendaki lokal dan Rp50.000 bagi wisatawan mancanegara, Gunung Andong termasuk destinasi yang sangat terjangkau. Namun jangan salah, keindahan yang ditawarkan tidak kalah dengan gunung-gunung tinggi di Indonesia.
Pendaki bisa membawa pulang bukan hanya foto-foto indah, tetapi juga kenangan tentang keheningan alam, tawa teman-teman seperjalanan, dan rasa kagum yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Gunung Andong bukan hanya sekadar tempat wisata alam, tetapi juga ruang refleksi. Di puncaknya, banyak orang menemukan kembali makna keheningan, ketenangan, dan rasa syukur. Tak sedikit pendaki yang datang bukan untuk menaklukkan puncak, melainkan untuk menenangkan hati dan menyatu dengan alam.

Magelang patut berbangga memiliki Gunung Andong; gunung kecil dengan pesona besar. Setiap langkah menuju puncaknya seperti mengajarkan kita untuk berhenti sejenak, menghirup napas dalam-dalam, dan mensyukuri betapa indahnya bumi yang kita pijak.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun