Mohon tunggu...
Cala
Cala Mohon Tunggu... Freelancer - Titus

Penggemar komik silat, sepakbola, meski cuma sebagai penonton.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sebatas Tribun

23 Januari 2020   18:06 Diperbarui: 23 Januari 2020   18:37 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suporter saat lakukan protes di latihan perdana PSS. (Foto : radarjogja)

"When you start supporting a football club, you don't support it because of the trophies, or a player, or the history. You support that club because you found yourself somewhere there, you found a place where you belong".

(Dennis Bergkamp, legenda Arsenal)

Selasa sore itu (21 Janurari 2020), usai para pemain PS Sleman melakoni latihan perdana di lapangan YIS, Sleman, Yogyakarta, puluhan suporter tahu-tahu mencoba masuk ke lapangan.  Mereka membawa poster, mengenakan topeng berwajah Seto Nurdiantoro (pelatih PSS yang digantikan oleh Eduardo Perez, mantan asisten Luis Milla) dan menempelkan poster ke badan bus PSS.

Tak cuma itu, mereka pun mengeluarkan kata-kata kotor yang ditujukan kepada tiga sosok di tim berjuluk Super Elja itu. Ketiganya adalah Eduardo Perez, Alfonso Delacruz  (pemain belakang) dan Listiyanto Raharjo (pelatih kiper). Suporter yang mengenakan pakaian serba hitam itu meminta ketiganya keluar dari PSS.

Aksi protes itu merupakan kelanjutan dari tuntutan BCS (Brigita Curva Sud), kelompok suporter terbesar pendukung PSS. Tuntutan itu dikeluarkan lewat web resminya pada 17 Januari 2020 itu berjudul "Pilih, Mereka Atau Kami Yang Mundur?. 

BCS meminta PT PSS (Putra Sleman Sembada) sebagai pengelola PSS untuk menendang beberapa nama yang duduk di jajaran manajemen, mulai dari Komisaris Utama, pelatih kipper dan pemain. Jajaran manajemen dinilai tidak berhasil mewujudkan 8 tuntutan yang pernah disampaikan pada awal Maret 2019 lalu.

"Kok barbar begini ya,"komentar beberapa teman yang turut menyaksikan protes itu. Ia juga merasa agak ngeri ketika melihat seorang suporter membawa kepala kambing yang sayang tidak sempat diabadikan handphone-nya.

Saya sendiri agak kurang setuju jika dikatakan tindakan itu barbar. Tapi juga tidak setuju kalau kelanjutan protes itu ditujukan ke pelatih dan pemain, karena mereka bukanlah jajaran manajemen. Pelatih dan pemain adalah individu yang bekerja sebagai professional, dengan menampilkan kemampuan terbaiknya untuk kecemerlangan PSS.

Lebih afdol kelanjutan protes itu diarahkan ke kantor PSS di Stadion Maguwoharjo, seperti yang sudah dilakukan dengan memang spanduk, poster sampai mengirim karangan bunga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun