Di era industri sepakbola saat ini tidak bisa menuntut pemilik klub itu sosok yang mencintai sepakbola. Bisa jadi mereka pebisnis semata yang melihat peluang di sebuah klub, yang mengerti manajemen dan pasar. Tinggal bagaimana dia menempatkan orang-orangnya yang sesuai dengan kebutuhan pengelolaan sebuah tim sepakbola.
Suporter tetaplah elok berada di tribun, memberikan dukungan dengan gerakan dan suara, dengan kreasi koreografi yang menawan. Kritikan sepedas apapun bisa disuarakan lewat poster, spanduk atau nyanyian. Ini yang terjadi selama ini.
Kita ingat bagaimana The Jakmania pernah melakukan aksi yang mengundang perhatian karena membawa spanduk dan poster yang nyeleneh, mulai dari obat kuat, aturan 3 in 1 sampai pecel lele. Protes itu sebagai aksi nyata setelah Persija Jakarta saat Liga 1 2019 tak kunjung menang, bahkan sempat terbenam di klasemen bawah.
Poster dan spanduk nyeleneh itu terjadi saat Persija menjamu PSIS Semarang, 15 September 2019 dalam laga pekan ke-18 Liga 1 2019. Pertandingan itu akhirnya dimenangkan oleh Persija dengan skor 2-1.
Suporter memang merupakan pemain ke-12. Tanpa mereka mungkin klub tak hidup dan mendapat dukungan. Dukungan luar biasa dari suporter sejatinya menunjukkan bahwa mereka juga turut berjuang ketika sebuah tim menghadapi masalah, meski suporter tidak memiliki ikatan secara manajemen. Namun ikatan secara batin jelas tak terbantahkan.
Saya teringat saat PSS akan mengikuti turnamen ISC B 2016. BCS lewat website-nya ketika itu memberi bekal berupa pesan yang bagus. Berikut kutipan pesan itu :
"PSS Sleman akan mengikuti turnamen ISC B, persiapan telah dilakukan. Pemilihan skuat, pelatih serta hal lainnya kami percayakan sepenuhnya kepada manajeman serta PT.Putra Sleman Sembada sebagai pengelola. Â Prinsipnya begini, kami akan tetap terus support sepenuhnya asalkan berani mematok juara dalam pagelaran ISC B."
Dalam turnamen ISC B itu, akhirnya PSS menjadi runner up setelah melakoni pertandingan dramatis di final menghadapi PSCS Cilacap lewat perpanjangan waktu di Stadion Gelora Bumi Kartini, 22 Desember 2016. PSS kalah 3-4.
Tidak adanya sistem promosi dan degradasi, kami harap bukan menjadi alasan untuk mempersiapkan semuanya serba ala kadarnya. Tim ini bisa benar-benar diproyeksikan jika kemudian kompetisi resmi digulirkan. Selebihnya kami sadar betul tentang peran dan tugas. Kewajiban kami berteriak dari tribun mendukung PSS Sleman. Kami tidak akan ikut campur tentang bagaimana bapak-bapak terhormat berproses didalam sana. Menurut kami turnamen ini juga sangat baik untuk kemudian manajemen, PT serta Pengcab mulai memikirkan pembinaan usia muda."
Berteriak dari tribun, memberi semangat dan juga mengkritisi kebijakan manajemen, memang merupakan peran dan tugas suporter. Seperti ungkapan yang sering disebut "Suporter itu sebatas tribun."
Seruan menarik lainnya juga diberikan oleh BCS lewat laman resminya tentang aturan main mereka lewat tulisan berjudul "Our Rules : Ora Waton Ale. Berikut salah satu alinea dari catatan yang diunggah pada 22 Februari 2017 itu :