Dalam era digital yang bergerak serba cepat, perusahaan raksasa seperti Google dan Facebook bisa merilis fitur baru setiap hari bahkan setiap jam. Bagaimana mereka melakukannya tanpa membuat sistemnya runtuh? Jawabannya terletak pada praktik yang dikenal sebagai Continuous Integration (CI), Continuous Delivery (CDE), dan Continuous Deployment (CD).
CI/CD bukan lagi sekadar pilihan, tetapi kebutuhan utama dalam ekosistem pengembangan perangkat lunak modern. Dalam artikel ilmiah yang ditulis oleh Shahin, Babar, dan Zhu (2017), ketiganya diulas dalam sebuah kajian sistematis yang menelaah 69 publikasi ilmiah antara tahun 2004 hingga 2016. Hasilnya? Sebuah peta menyeluruh tentang pendekatan, alat, tantangan, dan praktik terbaik untuk menerapkan CI/CD di lingkungan nyata.
Apa Itu CI/CD?
CI (Continuous Integration) adalah praktik menggabungkan perubahan kode ke repositori utama secara rutin (bahkan beberapa kali sehari). Tujuannya adalah untuk segera mendeteksi kesalahan dan memvalidasi integrasi baru.
CDE (Continuous Delivery) memastikan bahwa kode yang sudah melewati pengujian bisa segera dideploy ke lingkungan produksi---siap rilis kapan saja.
Sedangkan CD (Continuous Deployment) melangkah lebih jauh: setiap perubahan kode yang lolos pengujian langsung diluncurkan ke pengguna secara otomatis tanpa intervensi manusia.
Manfaat Nyata: Kecepatan dan Stabilitas
Artikel ini menegaskan bahwa CI/CD memungkinkan pengembangan perangkat lunak berjalan jauh lebih cepat tanpa mengorbankan kualitas. Tools seperti Jenkins, Docker, GitHub Actions, hingga Bamboo memberikan efisiensi besar dalam pipeline otomatis.
Namun, keunggulan CI/CD tidak hanya teknis. Ia juga membantu perusahaan beradaptasi cepat terhadap kebutuhan pasar, mengurangi risiko bug di akhir pengembangan, dan meningkatkan kolaborasi lintas tim.
Tantangan: Lebih dari Sekadar Alat
Sayangnya, banyak organisasi gagal menerapkan CI/CD secara optimal. Studi ini menemukan bahwa ada 20 tantangan umum, mulai dari ketergantungan pada sistem lama (legacy), kurangnya keahlian tim, hingga budaya kerja yang belum siap menerima perubahan.
Fakta menarik lainnya: tools bukanlah penyebab utama kegagalan implementasi. Sebaliknya, masalah justru datang dari organisasi itu sendiri---keterbatasan dalam visibilitas proses, tidak adanya standar dokumentasi pipeline, serta resistensi tim terhadap perubahan.
Strategi Sukses: Evidence-Based CI/CD
Penulis menyarankan agar perusahaan mengadopsi strategi CI/CD berdasarkan evaluasi kesiapan organisasi (evidence-based adoption). Artinya, sebelum menggunakan Jenkins atau GitLab CI/CD, perusahaan harus menilai apakah SDM, arsitektur sistem, dan proses internal mereka sudah siap.
Beberapa pendekatan teknis yang disarankan artikel ini antara lain: