Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Halo, saudara-saudara sedunia. Apa kabarmu? Semoga kebaikan selalu menyertai KITA.

Penulis penuh waktu. Lahir di Sumatera Barat dan berkarya di Yogya. Emerging Writer "Ubud Writers and Readers Festival" ke-11. E-mail: sulfiza.ariska@gmail.com IG: @sulfiza_indonesia Twitter: Sulfiza_A

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Optimalisasi Edukasi Teknologi Digital dalam Pengembangan 'Multiple intelligences' Anak Usia Dini

25 September 2018   23:25 Diperbarui: 27 September 2018   14:14 1345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orangtua memiliki peran penting dalam edukasi teknologi digital bagi anak. Sumber foto:yenisovia.com

TAHUKAH ANDA? Teknologi digital penting diajarkan pada anak usia dini. Melalui edukasi teknologi digital, anak usia dini akan belajar mengembangkan kreativitas, inovasi, dan daya imajinasi. Melalui edukasi ini pula orangtua bisa menuntun anak untuk mengembangkan keberagaman intelegensia (multiple intelligences) di usia dini. Tanpa mengenal teknologi digital sejak usia dini, seorang anak akan mengalami kesulitan untuk mengaktualisasikan diri di era mutakhir.


Namun, anak usia dini perlu memperoleh edukasi teknologi digital yang tepat. Agar upaya edukasi teknologi digital bisa mengembangkan multiple intelligences tanpa kehilangan hak untuk bermain dan sehat. Dalam edukasi ini, orangtua memiliki peran yang sangat signifikan.

Bermain Sambil Belajar

Agar optimal, edukasi teknologi digital pada anak usia dini dapat kita rumuskan sebagai konsep: bermain sambil belajar. Hal tersebut disebabkan secara psikologis anak usia dini berada pada fase bermain (play). Orangtua memiliki peran penting dalam menuntun anak dalam 'bermain sambil belajar' di ranah edukasi teknologi digital. Tanpa bermain sambil belajar dan pendampingan orangtua, pengenalan pada teknologi digital berupa media sosial  berpotensi besar menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan  fisik ataupun kesehatan mental. 


Bermain  dalam konteks pengenalan (edukasi) teknologi digital bisa kita sebut  'permainan edukasi'. Agar upaya pengenalan pada teknologi digital tidak merusak atau merampas hak anak usia dini untuk bermain (play). Orangtua dan seluruh pihak yang mengambil peran sebagai edukator, harus menghadirkan suasana bermain.

Anak usia dini perlu didampingi orangtua dalam edukasi teknologi digital. Sumber foto: hujandilangithari.wordpress.com
Anak usia dini perlu didampingi orangtua dalam edukasi teknologi digital. Sumber foto: hujandilangithari.wordpress.com
Melalui fase bermain inilah, anak usia dini beradaptasi dengan lingkungan dan mengembangkan multiple intelligences. Beberapa multiple intelligences meliputi: kecerdasan linguistik, logik-matematik, spasial, musik,  kinestetik, interpersonal dan intrapersonal, serta kecerdasan naturalis. Tentunya,  kita tidak berharap teknologi digital membawa dampak negatif  bagi anak  usia dini. 

Oleh karena itu, keluarga terutama orangtua, perlu  memiliki  inisiatif mendampingi anak dalam mengenali teknologi digital.  Hal ini  penting agar edukasi teknologi digital tidak menggerus multiple intelligences yang telah dianugerahkan Tuhan, tetapi mengembangkan dan memupuk   potensi tersebut. 


Agar edukasi teknologi digital efektif dalam pengembangan multiple intelligences dan konsep bermain sambil belajar, materi teknologi digital yang diberikan pada anak usia dini, sebaiknya dikemas dalam aplikasi permainan digital (games). Permainan edukasi teknologi digital bagi anak usia dini perlu untuk diselaraskan dengan multiple intelligences. Supaya edukasi teknologi digital bisa efektif dan efisien dalam  mengembangkan talenta alamiah dan daya kreativitas anak. 

Perbedaan multiple intelligences menimbulkan  keberagaman materi 'permainan edukasi' digital yang semestinya  diberikan pada anak usia dini. Anak yang memiliki kecerdasan di bidang  logik-matematik sebaiknya diberikan materi yang sesuai dengan  logik-matematik. Misalnya, aplikasi games yang berkaitan dengan  angka-angka dan hitungan. Anak yang memiliki kecerdasan di bidang  musik, sebaiknya diberikan materi yang berkaitan dengan musik, seperti games yang berkaitan dengan aplikasi games yang berkaitan dengan seni musik. Anak yang memiliki kecerdasan di bidang linguistik dapat diberikan games dalam berbagai bahasa, sehingga bisa mengembangkan talenta kemampuan menguasai berbagai bahasa (polyglot) lebih awal.

Di  sisi lain, anak yang memiliki kecerdasan kinestetik dapat diberikan  permainan digital yang terkait dengan pengembangan gerak fisik. Anak  yang memiliki kecerdasan spasial dapat dikenalkan pada dasar-dasar  disain digital. Anak yang memiliki kecerdasan naturalis dapat dikenalkan  games yang berkaitan dengan alam, hewan, tumbuhan, dan  lingkungan hidup. Bagi anak yang memiliki kecerdasan interpersonal dan  intrapersonal, bisa diberikan games yang terkait dengan sitem dan  pengorganisasian.

Selain games, materi  digital dalam edukasi dapat berbentuk menulis dan menggambar dengan  penggunaan perangkat lunak (KidPix), menyaksikan tutorial keterampilan  keterampilan praktis, materi digital yang berbentuk buku cerita yang  bisa menampilkan suara dan gambar bergerak, dan berbagai materi lainnya  yang memberi stimulus kegembiraan bagi anak dalam edukasi tersebut.

Melalui konsep 'bermain sambil belajar' yang diselaraskan dengan jenis multiple intelligences, teknologi digital akan membantu anak dalam menggali jenis multiple intelligences dan mengaktualisasikannya. Anak pun tidak kehilangan 'hak bermain' dan bergembira dalam mengaktualisasikan diri.

Teknologi Digital dan Kesehatan Anak Usia Dini

Kesehatan  fisik dan mental anak usia dini tidak boleh diabaikan dalam upaya  mengoptimalkan edukasi teknologi digital. Sebagaimana kita sadari,  sebagian besar aktivitas dalam teknologi digital minim gerakan fisik.  Perangkat teknologi digital bukanlah benda yang digunakan untuk  aktivitas fisik, melainkan mengharuskan seseorang untuk berada pada  posisi fisik yang tetap sepanjang waktu penggunaan. Misalnya, penggunaan  laptop mengharuskan seseorang untuk duduk dalam waktu penggunaannya.

Bila  penggunaan perangkat teknologi digital tidak diimbangi dengan aktivitas  fisik, anak usia dini berpotensi besar mengalami kelainan tulang atau  gangguan kesehatan yang disebabkan tubuh berada pada posisi yang sama  dalam rentang waktu yang lama.

Gerak fisik di alam bebas dibutuhkan setelah menggunakan teknologi digital. Sumber foto: womantalk.com
Gerak fisik di alam bebas dibutuhkan setelah menggunakan teknologi digital. Sumber foto: womantalk.com
Minimnya aktivitas  fisik dan otimalisasi kemampuan berpikir secara mandiri; rentan  menjauhkan anak dari upaya pengembangan kemampuan bersosialisasi dan  komunikasi verbal. Orangtua sebagai teladan (role models) perlu menuntun anak untuk tetap bersosialisasi dan mengembangkan  komunikasi verbal. Agar anak tidak mengalami gangguan bersosialisasi dan  tetap memiliki kemampuan komunikasi verbal.

Dengan demikian, upaya  untuk menggali multiple intelligences melalui teknologi digital tetap selaras dengan kemampuan anak untuk beradaptasi di lingkungan realitas sosial-masyarakat.

Anak usia dini membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk menjaga kesehatan. Sumber foto: http://lifestyle.bisnis.com
Anak usia dini membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk menjaga kesehatan. Sumber foto: http://lifestyle.bisnis.com
Aktivitas  penggunaan perangkat digital sangat memaksimalkan fungsi otak dan mata.  Aplikasi digital mengharuskan penggunanya untuk terus berpikir dan  menatap visualisasi digital yang timbul layar perangkat digital.  Aktivitas ini rentan membuat anak usia dini mengalami gangguan  penglihatan atau kelainan saraf.

Oleh karena itu,  selain konsep 'bermain dan belajar' dalam edukasi teknologi digital,  anak usia dini sebaiknya tetap diberikan aktivitas fisik (olahraga) dan  asupan gizi yang cukup. Agar edukasi teknologi digital tidak mengganggu  atau menghambat pertumbuhan fisik seorang anak.

Peran Orangtua dalam Edukasi Teknologi Digital bagi Anak Usia Dini

Selain  konsep edukasi dan kesehatan; terdapat pula hal-hal praktis yang perlu  diimplementasikan keluarga, terutama orangtua, dalam mengoptimalisasikan  edukasi teknologi digital, antara lain:

(1) Buatlah kesepakatan dengan anak mengenai jadwal penggunaan perangkat digital.

(2)Orangtua  perlu mengembangkan keahlian dan wawasan di bidang teknologi digital.  Agar bisa lebih optimal mendampingi dan menuntun anak dalam  mengembangkan kualitas diri sesuai dengan jenis multiple intelligences yang dimiliki. Dengan demikian, orangtua bisa berkumpul dan mendekatkan  anak-anak yang memiliki ketertarikan yang sama atau memiliki jenis multiple intelligences yang identik. Dengan demikian, anak akan memiliki teman 'bermain sambil  belajar'. Dengan jalan ini, kemampuan anak dalam mengolah emosi tetap  terasah. Edukasi teknologi digital tidak membuat anak mengalami  kemunduran dalam bersosialisasi atau gangguan komunikasi sosial.

(3)  Anak usia dini cenderung aktif dan belum bisa mengontrol gerakan.  Perangkat digital sebaiknya tidak disimpan di kamar pribadi anak atapun  kamar orangtua, tetapi di ruang khusus. Agar perangkat digital terhindar  dari potensi untuk rusak dan hancur. Anak pun tidak merasa dirinya  diawasi secara berlebihan.

(4) Buatlah catatan mengenai perkembangan kemampuan dan minat anak. Melalui catatan ini, orangtua akan bisa mengindikasi jenis multiple intelligences yang dimiliki anak. Bila anak menyukai materi berupa hewan ataupun  tumbuhan; maka orangtua sebaiknya memberikan materi jenis hewan dan  tumbuhan pula. Demikian pula dengan jenis-jenis multiple intelligences yang lain. Anak semakin bersemangat mengeksplorasi diri, mengembangkan  diri, dan tetap merasakan suasana bermain. Sebab, mereka melakukan  sesuatu yang menjadi minat dan hal-hal yang mereka suka.

(5)  Orangtua dapat membentuk 'komunitas' dengan orangtua (keluarga) lainnya  dalam berbagi informasi untuk mengakomodasi pengembangan multiple intelligences melalui teknologi digital.

(6)  Ajaklah anak berdiskusi mengenai aktivitas belajar yang telah dijalani.  Anak yang sudah menulis bisa dituntun untuk menuliskan pengalaman yang  dialaminya ketika menjalani proses belajar sambil bermain dengan  perangkat teknologi digital.

(7) Perangkat teknologi digital yang tepat digunakan adalah komputer jenis desktop atau laptop.  Perangkat ini relatif lebih aman bagi anak karena memiliki bobot yang  cukup berat, sehingga tidak mudah menimbulkan kerusakan karena gerakan  anak-anak kurang terkontrol. Selain itu, kedua perangkat digital ini  lebih memudahkan orangtua

(8) Pilihlah lembaga  pendidikan komputer yang tepat bagi anak. Orangtua aktif berdiskusi  dengan tenaga pendidik atau fasilitator dalam mencermati perkembangan  anak. 

(9) Orangtua terus memperbarui wacana dan pengetahuan dari para pakar untuk memberika edukasi yang tepat badi anak. Sebagaimana video berikut:


 Dapat kita simpulkan bahwa teknologi digital merupakan medium yang bisa kita gunakan untuk menggali potensi multiple intelligences yang dimiliki anak usia dini. Agar efektif dan efisien, edukasi  teknologi digital pada anak sebaiknya menggunakan konsep 'bermain sambil  belajar'. Materi digital yang diberikan berupa permainan edukasi  digital. Dengan demikian, anak tetap bisa bergembira dan bermain sambil  belajar dan mengembangkan multiple intelligences yang diberkahkan Tuhan.

Peran orangtua sangat dibutuhkan dalam edukasi teknologi digital bagi anak. Sumber foto: kodokoalamedia.co.id
Peran orangtua sangat dibutuhkan dalam edukasi teknologi digital bagi anak. Sumber foto: kodokoalamedia.co.id
Perlu  adanya sinergi orangtua, keluarga, pemerintah, dan seluruh lapisan  masyarakat. Agar anak usia dini bisa memperoleh edukasi teknologi  digital yang tepat, sehat, dan selaras dengan fase pertumbuhan. Untuk  mengakomodasi edukasi teknologi digital, lembaga-lembaga pemerintah yang  berdedikasi pada pendidikan dan anak, perlu menetapkan kebijakan yang  memberi stimulus berkembangnya edukasi teknologi digital bagi anak usia  dini di Indonesia. Agar edukasi teknologi digital tidak hanya bisa  dinikmati anak usia dini dari kalangan masyarakat kelas sosial menengah  ke atas atau anak usia dini dengan keluarga yang berdomisili di kawasan  kota, tetapi bisa dinikmati seluruh anak usia dini di seluruh penjuru  Nusantara. 


Sebagai lembaga pendikan Kursus Pemograman Komputeryang kredibel, Dumet School merupakan salah satu alternatif yang tepat dijadikan sebagai wahana edukasi teknologi digital bagi anak usia dini. Melalui Dumet School, anak usia dini akan memperoleh edukasi teknologi digital dalam konsep ‘bermain sambil belajar’. Terdapat beberapa keunggulan Dumet School sebagai lembaga pendidikan komputer bagi anak usia dini, antara lain: 

(1) Materi pemrograman komputer khusus untuk anak usia 6 hingga 12 tahun.

(2) Akses ke iLab (sistem pembelajaran yang bisa anda akses dimanapun dan kapanpun). 

(3) Bisa reseat (mengulang kelas) sepuasnya. 

(4) Disupport seumur hidup dan gratis konsultasi selamanya. 

(5) Sertifikat dengan nomor izin diknas.

(6) Akses untuk belajar di DUMET School sepuasnya sampai bisa dan memiliki hasil karya 

Selain itu, orangtua bisa menjalin komunikasi dengan edukator Dumet School untuk mengamati perkembangan anak dalam menjalani edukasi. Implikasinya, anak usia dini tidak hanya bisa mengaktualisasikan diri di dunia virtual yang dibentangkan teknologi digital, tetapi tetap bisa mengaktualisasikan diri dalam kehidupan realitas sosial mutakhir. Dengan demikian, edukasi teknologi digital yang diperoleh anak menjadi lebih optimal. Informasi mengenai program edukasi teknologi digital bagi anak di Dumet School dapat Anda peroleh pada link berikut: https://www.dumetschool.com/coding-for-kids


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun