Mohon tunggu...
Sulasmi Kisman
Sulasmi Kisman Mohon Tunggu... Administrasi - Warga Ternate, Maluku Utara

http://sulasmikisman.blogspot.co.id/ email: sulasmi.kisman@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Perempuan Heroik di Balik Tenun Tidore

21 November 2020   23:51 Diperbarui: 22 November 2020   00:31 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anita Gathmir Kaicil [Dok. Foto Istimewa]

"Ibunda Mama Ita bernama (Alm) Hj. Afiah bt. M. Abbas, puteri asli Tidore yang mempunyai marga Kaicil yaitu marga yang sama disandang oleh Sultan Nuku"

Berbagai motif kain tenun berjejeran rapi di lantai dua Rumah Tenun Ngofa Tidore. Tenun-tenun itu dilipat memanjang dan diletakkan di gantungan bambu tutul. Sama seperti pertama tiba di pelataran, benang berwarna-warni menjuntai tampak menghiasi ruang produksi. Di sudut yang berbeda, benang-benang direntangkan secara apik diatas ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). "Pengerjaan menenun belum selesai" ungkap Kak Wani ketika saya secara spontan bersitatap dengan salah satu alat tenun yang sisirnya masih kompak dengan benang.

Tenun Tidore memiliki beberapa motif tua yaitu Jodati yang memiliki arti ketulusan hati, Barakati yang berarti diberkati atau diberkahi dan motif Marsante yaitu keberanian. Setelah menunjukkan satu persatu motif tenun tersebut, kak Wani melanjutkan cerita heroik mama Ita dalam membangkitkan kembali Tenun Tidore, Puta Dino Kayangan. Salah satu wastra Nusantara yang satu ini memang telah lama tenggelam, kurang lebih 100 tahun.

Tenun Tidore memiliki beberapa motif tua yaitu Jodati yang memiliki arti ketulusan hati, Barakati yang berarti diberkati atau diberkahi dan motif Marsante yaitu keberanian. Setelah menunjukkan satu persatu motif tenun tersebut, kak Wani melanjutkan cerita heroik mama Ita dalam membangkitkan kembali Tenun Tidore, Puta Dino Kayangan. Salah satu wastra Nusantara yang satu ini memang telah lama tenggelam, kurang lebih 100 tahun.

Sembari bersandar di kursi bambu saya menyimak cerita Kak Wani. Semilir angin berembus mengantarkan saya menapaki jejak Puta Dino Kayangan. "Jodati, Barakati dan Marsante adalah motif tua". Seiring berjalannya waktu motif Tenun Tidore telah banyak dikembangkan. Namun mulanya berangkat dari motivasi Mama Ita.

Mama Ita atau Anita Gathmir Kaicil, SE adalah perempuan asli Tidore yang lahir di Soa Sio pada 14 Januari 1975. Ibunda Mama Ita bernama (Alm) Hj. Afiah bt. M. Abbas, puteri asli Tidore yang mempunyai marga Kaicil yaitu marga yang sama disandang oleh Sultan Nuku (Sri Paduka Maha Tuan Sultan Saidul Jehad el Ma'bus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan Jou Barakati). Sejak umur empat tahun Mama Ita sudah meninggalkan Tidore karena mengikuti orang tua yang sering ditugaskan mengajar di berbagai wilayah nusantara.

Meskipun raga tak berada di Tidore kecintaan pada tanah kelahiran ini senantiasa terpatri di dalam diri. Mama Ita merasa terpanggil untuk mengangkat dan mempromosikan serta berbagi ilmu kepada masyarakat Tidore. Tercatat mulai tahun 2009 banyak kegiatan yang dilakukan diantaranya seperti melatih masyarakat pulau Mare dalam pembuatan keramik, mengadakan pelatihan pembuatan aksesoris dari bahan Clay termasuk mulai mengembangkan kain khas Tidore yang diberi nama Puta Dino Kayangan.

Puta Dino Kayangan adalah istilah bagi Kain Tenun Khas Tidore. Puta memiliki arti kain sedangkan Dino yaitu tenun atau anyaman. Dua kata ini merupakan bahasa Tidore. Sementara Kayangan adalah tambahan kata yang diberikan oleh Jou Sultan Tidore yang memiliki makna tinggi. Harapannya Puta Dino dapat mengangkat nama Tidore dan dapat dikenal oleh masyarakat secara luas.

Kak Wani juga mengajak berkeliling melihat koleksi Puta Dino lainnya di dalam etalase. Sembari memberikan penjelasan, "Rumah Tenun Ngofa Tidore yang memiliki desain cantik ini juga merupakan buah perjuangan Mama Ita". Kemudian ditambahkan, "dari Mama Ita Wani banyak belajar". Kak Wani bergabung menjadi penenun pada tahun 2017 setelah mengikuti pelatihan di Jepara. "Sampai sekarang belum ada satu kain tenun pun yang benar-benar dikerjakan sendiri". Biasanya hanya melanjutkan pekerjaan dari teman-teman lain. "Menenun adalah seni, perlu dikerjakan dengan hati-hati dan kesabaran tinggi," begitu akunya.

Selayang Pandang Tenun Tidore  

Anita Gathmir, perempuan pegiat tenun Tidore menuturkan pengembangan tenun Tidore bermula dari komentar netizen di sosial media. Mereka mengomentari keberadaan kain khas Tidore di salah satu postingan kegiatan adat Kesultanan Tidore. Hal tersebut memotivasi perempuan yang piawai membuat keramik ini dalam menapaki jejak kain tenun di Tidore.

Terdapat beberapa informasi yang cukup menguatkan Mama Ita, seperti keberadaan alat tenun tua di kedaton kesultanan Tidore dan cerita para sesepuh yang sekarang berumur lebih dari 70 tahun bahwa di masa kecil pernah melihat alat tenun  yang tidak terpakai dan disimpan di loteng rumah. Para sesepuh juga mengungkapkan bahwa sempat menyaksikan orang tuanya membuat kain dari alat tenun.

Setelah mendapatkan informasi yang dianggap cukup valid tersebut, Mama Ita mencoba untuk membangun kembali Tenun tersebut dengan membawa gambar motif tersebut ke beberapa tempat pembuatan Tenun seperti di Nusa Penida Bali dan Ternate. Ternyata motif tersebut hanya dapat dibuat dengan menggunakan alat tenun yang agak kompleks. Hal ini menjadi kendala karena pada saat itu mereka hanya memiliki alat tenun yang sangat sederhana.

Pergerakan tetap berlanjut. Mama Ita berjuang mencari donator untuk mendukung pembelajaran tentang Tenun. Alhamdulillah Bank Indonesia Cabang Maluku Utara dibawah komando Bapak Dwi Tugas Waluyanto sejak akhir 2017 sampai sekarang dilanjutkan oleh Bapak Gatot Miftahul Manan mendukung penuh dari segi biaya, ide, semangat dan semua fasilitas yang diperlukan. Termasuk memfasilitasi tempat yang sangat representatif yang dinamakan Rumah Tenun Ngofa Tidore. Lokasinya berdampingan dengan Kedaton Kesultanan Tidore di Topo 3 Soa Sio Tidore.

Setelah berhasil mendapatkan donator, Mama Ita mengajak masyarakat Tidore agar terlibat langsung dalam pengembangan Tenun Tidore, Puta Dino Kayangan. Proses menenun yang telah hilang kurang lebih 100 tahun menjadi kendala. Namun semangat perempuan yang juga pernah mengambil kursus di Singapura ini tetap menyala. Mama Ita mengajak generasi sekarang, untuk belajar membuat Tenun. Mulanya mereka memang tidak tertarik dan merasa kesulitan namun perlahan anak-anak muda sudah dapat dirangkul.

Mama Ita cukup optimis. Menurutnya, jika tenun ini dikenal dan dipakai oleh masyarakat, efeknya adalah akan timbul rasa bangga dan memacu masyarakat Tidore untuk terlibat langsung dalam pembuatan tenun. Hal ini digadang-gadang akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Untuk menarik simpati anak muda Tidore untuk menenun, maka dibuatlah alat tenun kecil yang sederhana. Bahkan kelas Menenun gratis juga digelar.

Tak berhenti disitu saja, Mama Ita juga giat memperkenalkan dan memasarkan Tenun Tidore melalui promosi di media sosial Facebook dan Instagram, mengikuti berbagai kegiatan pameran, kegiatan seminar, mengadakan seminar tentang Tenun Tidore, audensi dengan kementrian UKM, bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia melalui kegiatan pengabdian masyarakat. Dan masih banyak lagi kegiatan lain yang dilakukan agar tenun Tidore dikenal dan dicintai oleh masyarakat.

Kini, tenun Tidore tidak hanya dijual dalam bentuk helaian kain panjang saja. Mama Ita berusaha memperluas pasar dengan mengembangkan berbagai macam produk turunan yang berbahan dasar Tenun seperti : tas, dompet, baju, home decoration, besu (topi tradisional Tidore) dan lain-lain. Bahkan di masa pandemi Tenun Tidore juga diracik menjadi masker cantik. Untuk sehelai kain memiliki harga antara Rp. 500 ribu hingga Rp. 2 juta rupiah. Sementara produk turunannya sangat variatif mulai dari Rp. 40 ribu-an.

Selain merawat budaya melalui wastra Nusantara dengan menggali kembali Tenun Tidore yang telah lama hilang. Hal ini tanpa disadari juga dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar khususnya bagi penenun Tenun Tidore. Kak Wani yang sekarang dipercayakan mengelola Rumah Tenun Ngofa Tidore mengakui dari Mama Ita jualah kecintaan terhadap puta dino tumbuh. Kak Wani juga memiliki harapan besar agar kain Puta Dino ini tetap dipertahankan dan terus dilestarikan hingga pada generasi nanti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun