Mohon tunggu...
Sukir Santoso
Sukir Santoso Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan guru yang suka menulis

Peduli pada bidang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya. Saya merasa tertarik untuk memahami manusia, bagaimana mereka belajar, serta bagaimana pengalaman budaya dan seni dapat memengaruhi mereka. Saya sangat peduli dengan kesejahteraan sosial dan keadilan, dan mencari cara untuk menerapkan pemahaman tentang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya untuk membuat perubahan positif dalam dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mengajarkan Tanggung Jawab pada Anak dengan Cinta dan Logika

28 Februari 2023   07:57 Diperbarui: 28 Februari 2023   08:07 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

MENGAJARKAN TANGGUNG JAWAB PADA ANAK DENGAN CINTA DAN LOGIKA

Oleh: Sukir Satoso

Menurut Charles Fay dan Foster Cline dalam bukunya  "Parenting with Love and Logic: Teaching Children Responsibility"  yang diterbitkan oleh NavPress pada tahun 1990, ada beberapa cara untuk mengajarkan rasa tanggung jawab.

Memberikan anak kebebasan dalam memilih

 Memberikan anak kebebasan dalam mengambil keputusan membantu mereka mempelajari konsekuensi dari tindakan mereka. Orang tua dapat memberikan anak dua atau tiga pilihan yang tepat dan membiarkan mereka memilih.

Misalnya, ketika memilih pakaian untuk acara keluarga, orang tua dapat memberikan anak dua atau tiga pilihan yang tepat dan membiarkan anak memilih mana yang mereka ingin pakai. 


Dengan memberikan anak kebebasan untuk memilih, mereka dapat belajar untuk membuat keputusan sendiri dan mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan mereka. Jika anak memilih pakaian yang tidak sesuai, mereka dapat memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan belajar untuk membuat keputusan yang lebih baik di masa depan.

Memberikan kebebasan dalam mengambil keputusan juga dapat membantu anak merasa lebih percaya diri dan bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri. 

Namun, penting untuk diingat bahwa orang tua harus memberikan pilihan yang sesuai dan memastikan bahwa anak memahami konsekuensi dari setiap pilihan yang mereka ambil. Selain itu, orang tua juga harus memberikan dukungan dan bimbingan kepada anak dalam proses pengambilan keputusan.

Memberikan batas-batas yang jelas

Orang tua dapat memberikan batas-batas yang jelas untuk membantu anak memahami apa yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan. Penting untuk menjelaskan alasan di balik batas-batas tersebut dan memastikan bahwa anak memahami konsekuensi dari melanggar batas-batas tersebut.

Contohnya, waktu makan malam, orang tua dapat menetapkan aturan tertentu.  Misalnya, pada waktu makan tidak diperbolehkan membawa gadget ke meja makan. Dan orang tua juga dapat menjelaskan pentingnya waktu makan bersama dan interaksi keluarga yang positif selama makan.

Waktu tidur, orang tua dapat menetapkan jam tidur yang ditentukan untuk anak, dan memastikan anak tidur di tempat tidur mereka sendiri. Orang tua dapat menjelaskan pentingnya tidur yang cukup dan membantu anak memahami bahwa kurang tidur dapat berdampak buruk pada kesehatan dan kinerja mereka di sekolah.

Penggunaan gadget, orang tua dapat menetapkan batas-batas untuk penggunaannya, seperti batasan waktu penggunaan dan jenis aplikasi atau game yang diperbolehkan. 

Orang tua juga dapat menjelaskan alasan di balik batasan tersebut, seperti pentingnya menjaga kesehatan mata dan menghindari paparan konten yang tidak pantas.

Dalam memberikan batas-batas ini, perlu untuk menjelaskan alasan di balik batasan-batasan tersebut sehingga anak memahami pentingnya dan merasa dihargai. Orang tua juga harus memastikan bahwa konsekuensi dari melanggar batasan-batasan tersebut sudah jelas, sehingga anak memahami dampak dari tindakan mereka.

Memberikan konsekuensi yang tepat dan konstruktif 

Ketika anak melanggar batas-batas atau melakukan perilaku yang tidak diinginkan, orang tua dapat memberikan konsekuensi yang tepat dan konstruktif. Berikut adalah beberapa contoh lain tentang cara memberikan konsekuensi yang tepat dan konstruktif saat anak melanggar batas-batas atau melakukan perilaku yang tidak diinginkan:

Memberikan pilihan. Ketika anak tidak mematuhi aturan keluarga, orang tua dapat memberikan pilihan untuk mengambil konsekuensi tertentu. Misalnya, jika anak tidak mau membersihkan kamarnya, orang tua dapat memberikan pilihan antara membersihkan kamarnya sekarang atau menunda waktu bermain hingga kamarnya bersih.

Memberikan tanggung jawab tambahan. Ketika anak melakukan kesalahan atau melanggar aturan, orang tua dapat memberikan tanggung jawab tambahan sebagai konsekuensi. 

Misalnya, jika anak melanggar aturan tidak membuang sampah dengan benar, orang tua dapat memberikan tanggung jawab tambahan untuk membuang sampah selama beberapa hari ke depan.

Membatasi privasi. Ketika anak melanggar aturan dan tidak bisa dipercaya, orang tua dapat membatasi privasi anak sebagai konsekuensi. Misalnya, jika anak terus-menerus menggunakan ponsel secara tidak wajar, orang tua dapat membatasi akses anak ke ponsel dan membicarakan alasan di balik pembatasan tersebut.

Menerapkan konsekuensi alami. Ketika anak melakukan kesalahan atau melanggar aturan, orang tua dapat membiarkan konsekuensi alami terjadi. Misalnya, jika anak mengabaikan tugas sekolahnya, mereka mungkin mendapatkan nilai yang buruk dan tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Perlu ditekankn di sini bahwa konsekuensi yang diberikan haruslah sesuai dengan kesalahan atau perilaku yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh anak. Konsekuensi yang tepat dan konstruktif dapat membantu anak memahami pentingnya aturan dan tanggung jawab serta mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk membuat keputusan yang bijaksana di masa depan.

Memberikan pujian dan penghargaan

Orang tua juga dapat memberikan pujian dan penghargaan ketika anak melakukan perilaku yang diinginkan. Hal ini akan memberikan anak dorongan positif untuk terus melakukan hal-hal yang baik.

Memberikan pujian verbal. Orang tua dapat memberikan pujian verbal langsung pada anak ketika mereka melakukan perilaku yang diinginkan. Misalnya, "Kamu sangat rajin belajar. Aku bangga dengan kamu!" atau "Kamu melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam membantu menyiapkan makan malam."

Memberikan penghargaan fisik. Orang tua dapat memberikan penghargaan fisik seperti memberikan hadiah atau penghargaan ketika anak melakukan perilaku yang diinginkan. Misalnya, memberikan hadiah kecil seperti mainan atau cokelat setelah anak berhasil menyelesaikan tugas rumah atau memperlihatkan perilaku yang baik.

Memberikan pujian yang spesifik. Orang tua dapat memberikan pujian yang spesifik pada perilaku yang dilakukan anak. Misalnya, "Kamu sangat sabar dan telaten saat mengerjakan tugas sekolah" atau "Kamu sangat bertanggung jawab dan perhatian sekali ketika menjaga adikmu."

Memberikan penghargaan non-fisik. Orang tua juga dapat memberikan penghargaan non-fisik seperti memberikan izin untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan ketika anak berhasil mencapai tujuan tertentu, seperti mengajak mereka bermain bersama di taman atau menonton film favorit mereka.

Pujian dan penghargaan yang diberikan harus sesuai dengan perilaku yang diinginkan dan harus diberikan secara konsisten untuk memberikan dorongan positif pada anak. Dengan memberikan pujian dan penghargaan, anak akan merasa dihargai dan diakui atas usaha mereka, dan akan lebih termotivasi untuk melakukan perilaku yang diinginkan di masa depan.

Menjalin komunikasi dengan anak

Orang tua dapat berbicara dengan anak tentang keputusan yang mereka buat dan membantu mereka memahami konsekuensi dari tindakan mereka. Hal ini membantu anak belajar memikirkan lebih dalam tentang tindakan mereka dan dapat membantu mereka membuat keputusan yang lebih baik di masa depan.

Mendiskusikan keputusan dengan anak. Orang tua dapat membantu anak memahami proses pengambilan keputusan dengan meminta pendapat mereka dan membuka diskusi tentang keputusan yang harus diambil. Misalnya, ketika memilih kegiatan ekstrakurikuler, orang tua dapat bertanya pada anak tentang minat dan bakat mereka serta membantu anak mempertimbangkan pro dan kontra dari setiap kegiatan.

Menjelaskan konsekuensi dari Tindakan. Orang tua dapat menjelaskan konsekuensi dari tindakan yang diambil anak. Misalnya, jika anak memilih untuk tidak belajar, mereka mungkin mendapatkan nilai yang buruk di sekolah dan kesulitan untuk mencapai tujuan karir di masa depan.

Ajarkan anak untuk mempertimbangkan resiko. Orang tua dapat mengajarkan anak untuk mempertimbangkan risiko dari tindakan mereka. Misalnya, ketika mengendarai sepeda, anak perlu memahami konsekuensi dari tidak mematuhi aturan lalu lintas.

Bantu anak untuk memikirkan solusi alternatif. Orang tua dapat membantu anak untuk memikirkan solusi alternatif ketika menghadapi situasi yang sulit. Misalnya, ketika anak sulit untuk mengontrol emosi mereka, orang tua dapat membantu mereka menemukan cara lain untuk mengekspresikan perasaan mereka seperti menggambar atau menulis jurnal.

Dengan berbicara tentang keputusan dengan anak dan membantu mereka memahami konsekuensi dari tindakan mereka, orang tua dapat membantu anak belajar memikirkan lebih dalam tentang tindakan mereka dan membuat keputusan yang lebih bijaksana di masa depan.

Dalam buku ini, penulis juga memberikan contoh strategi praktis yang dapat membantu orang tua menghadapi berbagai tantangan dalam mendidik anak. Namun, penting untuk diingat bahwa setiap anak unik dan strategi yang efektif untuk satu anak mungkin tidak efektif untuk anak yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun