Sejumlah negara di Timur Tengah menjadi bukti nyata bahwa menggulingkan pemimpin melalui demonstrasi dan pemberontakan tidak selalu membawa perubahan yang lebih baik. Misalnya, Libya yang dulu menggulingkan Muammar Gaddafi melalui revolusi rakyat kini justru mengalami ketidakstabilan politik, perang saudara, dan kehancuran ekonomi. Begitu pula dengan Suriah, yang sejak meletusnya revolusi melawan Bashar al-Assad mengalami perang berkepanjangan yang menghancurkan infrastruktur dan membuat jutaan rakyatnya menjadi pengungsi.
Mesir juga mengalami gejolak setelah penggulingan Presiden Hosni Mubarak. Meskipun awalnya dianggap sebagai kemenangan demokrasi, kenyataannya negara ini mengalami ketidakstabilan yang berlanjut dengan pergantian kepemimpinan yang tidak membawa kesejahteraan seperti yang diharapkan. Semua ini menjadi pelajaran bahwa mengganti pemimpin dengan cara yang tidak sesuai dengan syariat Islam justru membawa lebih banyak kerugian bagi masyarakat.
Pemimpin adalah Cerminan Rakyat
Islam mengajarkan bahwa kualitas pemimpin berhubungan erat dengan kondisi rakyatnya. Jika masyarakat memiliki akhlak yang baik, maka Allah akan memberikan pemimpin yang baik pula. Namun, jika rakyat cenderung melakukan kemaksiatan, maka pemimpin yang zalim bisa menjadi bentuk hukuman dari Allah. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya:
 "Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang zalim sebagai pemimpin bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan." (QS. Al-An’am: 129)
Sebagaimana dijelaskan oleh Ustadz Firanda, kondisi pemimpin mencerminkan keadaan rakyat. Oleh karena itu, bukan demonstrasi yang seharusnya dilakukan, melainkan introspeksi diri dan peningkatan ketakwaan. Allah berfirman:
 "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra’d: 11)
Solusi Nyata: Perubahan Dimulai dari Diri Sendiri
Daripada menghabiskan energi untuk berdemo, langkah yang lebih efektif adalah memperbaiki diri dan membangun moral bangsa. Jika ingin memiliki pemimpin yang adil dan bijaksana, maka masyarakat harus terlebih dahulu menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan mereka. Islam menekankan bahwa perubahan yang hakiki dimulai dari diri sendiri, bukan melalui aksi destruktif di jalanan.
Dengan memperbanyak amal saleh, menjauhi dosa, dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, insya Allah, pemimpin yang lebih baik akan muncul sebagai refleksi dari kondisi masyarakat yang telah berubah menjadi lebih baik.