Mohon tunggu...
Suhari Ete
Suhari Ete Mohon Tunggu... Administrasi - Batam, Kepulauan Riau

Tidak akan ada langkah keseribu jika langkah pertama tidak dilakukan. Maka, melangkah, jangan tunda-tunda lagi..just do it!! Twitter :@suhariete

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Nasib Bukan untuk Dititipkan

5 Januari 2019   02:28 Diperbarui: 5 Januari 2019   02:30 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap hari, mentari pagi menyapa ramah. Sinarnya yang kemilau memancar indah. Tetapi itu tidak membuatku tergoda untuk bangun pagi. Sudah terlalu sering aku melihat pemandangan seperti itu. Hal-hal yang selalu berulang akan terasa hambar, bukan? Dan itulah yang aku rasakan dari rutinitas pagi di kampungku.

Hawa perbukitan yang dingin, membuatku malas beranjak dari ranjang kusam yang terbuat dari potongan papan. Suasana pagi yang seperti ini, membuatku lebih nyaman bersembunyi di balik selimut. Itu satu hal yang membuatku selalu bangun siang. Hal yang lain, toh aku tidak memiliki pekerjaan. Jadi buat apa bangun pagi seperti layaknya orang-orang kantoran itu?

Sampai suatu saat, akhirnya aku menjadi bosan sendiri. Sampai kapan akan menjadi seperti ini? Makan tidur, luntang lantung, tanpa pekerjaan?

Ternyata menjadi pengangguran itu capek. Melelahkan. Sudahlah begitu, di kantong nggak ada uang. Makanya, lebih baik lelah karena karena kerja daripada lelah karena nganggur.

Buat apa orang tua mati-matian membiayaiku agar memiliki ijazah, jika kemudian tidak berguna? Apakah ijazah hanya akan menjadi pajangan di rumah?

Kerisauan ini terjadi berbulan-bulan, sebelum akhirnya aku bertemu dengan seorang teman. Namanya Andi. Sembari bergurau dan mengenang masa-masa sekolah di sebuah warung tua di pinggir jalan, dia bercerita bahwa di Batam gampang mencari kerja. Dia juga mengatakan gaji di sana relatif besar.

Aku yang tak pernah makan gaji tergiur. Dia mengisahkan perjalanan hidupnya yang manis.

Hingga akhirnya, aku mengambil keputusan. Tepat pada tanggal 12 Februari 2004, kapal yang aku tumpangi berlayar ke Batam.

Aku, si anak desa dari sebuah kampung di Payakumbuh, Padang, Sumatera Barat, akhirnya pergi merantau.

* * *

"Usaha tidak akan pernah membohongi hasilnya." Aku membuktikan kebenaran akan kata-kata itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun