Mohon tunggu...
Suhadi Sastrawijaya
Suhadi Sastrawijaya Mohon Tunggu... Penulis - Suhadi Sastrawijaya

Suhadi Sastrawijaya penulis berdarah Jawa- Sunda. Hobi membaca terutama buku-buku sastra dan sejarah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Benarkah Soekarno Mendukung Adanya PKI di Indonesia?

22 Juni 2021   22:14 Diperbarui: 22 Juni 2021   23:05 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: nasional.okezone.com

Sampai saat ini isu PKI menjadi salah satu bahasan menarik bagi khalayak. Tak jarang para kompetitor politik mengangkat isu ini entah untuk melegitimasi kelompoknya bahwa kelompoknya betul-betul anti kepada partai yang berhaluan komunis itu, atau bahkan menjudge lawan politiknya,  yang padahal  PKI sudah lama di bubarkan. PKI dibubarkan pada 12 maret 1966, Soeharto  membubarkan PKI melalui keputusan Nomor 1/3/1966. (liputan6.com : 12/03/19)

Kelompok partai yang dianggap radikal ini dibubarkan beserta semua organisasi yang berasas dengannya. Mereka dibubarkan setelah melakukan sejumlah aksi kekerasan dan anarkisme. Namun kita tidak tahu secara pasti apakah di masa depan partai ini ada kesempatan untuk berdiri lagi  dan menunjukkan eksistensinya atau tak pernah bisa sama sekali. Tapi kita juga harus sadar  bahwa perubahan peta politik dalam sebuah negara adalah serba mungkin.

Dari beberapa diskusi pada kolom komentar media berita yang mengangkat tema politik, sering kita saksikan beberapa pendapat yang menyangka bahwa soekarno mendukung keberadaan PKI di Indonesia. Bahkan sering pula kita jumpai  akun-akun tak resmi yang berspekulasi bahwa Soekarno mendukung PKI dan bahkan bagian dari PKI. Jika kita hanya melihat sejarah pada satu arah kelihatannya  Soekarno terkesan mendukung keberadaan partai yang berhaluan komunis itu. Apalagi di masa pemerintahan Soekarno ada rancangan  kabinet bernama Nasakom (Nasionalis Agamis dan Komunis).

Namun untuk melihat Soekarno dan PKI secara utuh, kita harus melihat peristiwa sejarah dengan lebih dari satu arah agar persepsi kita tidak buntu dan hanya berhenti pada spekulasi yang  mentah.

Sebagaimana kita ketahui dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, Soekarno-Hata memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, setelah kekalahan Jepang di akhir perang dunia 2. Ketika Jepang kalah dalam perang dunia 2, Jepang yang sebelumnya menguasai Indonesia kini menyerah kepada sekutu dan kekuasaan di Indonesia mengalami kekosongan. Momentum  seperti itulah yang kemudian dimanfaatkan oleh Soekarno-Hata beserta para pemuda untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dengan menyatakan bahwa Indonesia sudah merdeka dan tidak terikat kepada penguasaan bangsa manapun. 

Namun sejak proklamasi kemerdekaan  itu Indonesia tidak semerta merta menjadi negara yang aman sentosa. Beberapa gangguan dan cobaan terus melanda negeri yang baru merdeka ini. Belanda yang sudah terusir dari Indonesia sejak awal perang dunia 2, tidak terima begitu saja Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaan.  Sebulan setelah proklamasi, Belanda kembali datang ke Indonesia dengan dibonceng tentara sekutu. Dan kedatangan mereka ini berhadapan langsung dengan negara baru, yakni Indonesia, bukan lagi Hindia Belanda. Sejak saat itulah terjadi konfrontasi berkepanjangan antara Republik Indonesia dan Belanda. Jatuh bangun penyelesaian jalur perdamaian terus berlangsung hingga benar-benar selesai di tahun 1963.

Sebagaimana kita ketahui, pada Tahun 1960, seluruh tanah Indonesia sudah bebas dari rongrongan Belanda kecuali wilayah Irian Barat. Wilayah itu di kuasai Belanda sampai tahun 60-an.  Ini adalah persoalan yang sangat rumit bagi sebuah negara yang masih amat muda. Dimana ekonomi dan politik dalam negeri belum stabil ditambah lagi dengan adanya ancaman integritas dari musuh asing.  

Persoalan ini tidaklah mudah bagi seorang proklamator sekalipun. Soekarno --Hata harus menghadapi persoalan rumit untuk menyelamatkan bangsa ini dari ancaman Belanda. Segala macam upaya dilakukan. Dan para pemimpin kita tentu lebih memilih jalur diplomasi (damai). Namun jalur ini amatlah alot dirasakannya dan Indonesia terkesan dianggap lemah karena tidak memiliki kekuatan militer yang mumpuni. Karena bagaimanapun kekuatan militer bisa menjadi daya tawar dalam sebuah diplomasi.

Pada saat yang sama, dunia sedang dilanda perang dingin antara Amerika Serikat beserta negara anggota  blok baratnya yang sebagai negara demokrasi liberal, melawan Uni Soviet beserta negara anggota  blok timurnya yang berhaluan komunis. Dunia dicekam perang dingin antara dua negara adidaya yang berhadapan dengan didukung oleh negara --negara sekutunya. Perang dingin adalah perang perebutan pengaruh di negara ke 3 antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.  Perang perebutan pengaruh ini misalnya, di sebuah negara atau kawasan regional sedang terjadi konflik maka Amerika akan datang mendukung suatu pihak dan Uni Soviet mendukung pihak satunya lagi. Hal ini tentu saja sering pecah menjadi perang bersenjata di sebuah kawasan.

Menanggapi persoalan ini, para pemimpin Indonesia mengambil sikap yang amat hati-hati,  bahkan Soekarno ikut menginisiasi bersama para pemimpin negara dunia ketiga lainnya untuk membentuk gerakan non blok. Yaitu kumpulan negara yang tidak memihak ke blok barat maupun blok timur. Karena jangan sampai perseteruan dua negara adidaya ini berimbas pada eksistensi negara Indonesia. Namun sepertinya negara manapun kesulitan untuk tidak terkena  percik konflik Amerika dan Uni Soviet.

Ibarat memakan buah simalakama. Mungkin itulah pengibararatan atas masalah yang dihadapi para pemimpin bangsa ini dulu. Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa saat Indonesia menghadapi Belanda untuk menyelesaikan masalah Irian Barat, Indonesia tak punya kekutan militer yang cukup sehingga diplomasi kita terkesan tak bergigi.  Bahkan saat itu Belanda berusaha memperkuat kedudukannya , dengan mendatangkan alutsista secara besar besaran, bakan pada tahun  1960 Belanda mendatangkan kapal induk karel dorman ke Irian Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun