Mohon tunggu...
Suhadi Sastrawijaya
Suhadi Sastrawijaya Mohon Tunggu... Penulis - Suhadi Sastrawijaya

Suhadi Sastrawijaya penulis berdarah Jawa- Sunda. Hobi membaca terutama buku-buku sastra dan sejarah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Benarkah Soekarno Mendukung Adanya PKI di Indonesia?

22 Juni 2021   22:14 Diperbarui: 22 Juni 2021   23:05 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: nasional.okezone.com

Melihat situasi  ini jalur yang hanya menggunakan diplomasi akan semakin sulit bagai Indonesia. Indonesia  perlu memperkuat angkatan militernya dengan pengadaan-pengadaan alutsista modern guna memberikan efek kuat dalam menekan Belanda agar Belanda bersedia melepas Irian Barat. Mobilisasi kekuatan militer ke Irian Barat (Papua) oleh Belanda sudah jelas menandakan Belanda bersiap diri jika harus menggunakan hard power. Namun saat itu yang menjadi negara produsen persenjataan adalah negara --negara blok timur dan blok barat.

Pada mulanya pemerintah Indonesia mengadakan lobi dengan Amerika Serikat agar Amerika bersedia menjual beberapa produk alutsistanya. Namun Amerika terkesan enggan dan tarik ulur dalam memenuhi permintaan Indonesia ini, karena  sebagaimana kita ketahui Amerika adalah pemimpin Nato yaitu persekutuan militer negara-negara blok barat yang di dalamnya ada Belanda sebagai anggotanya. Dan menjual alat alutsista kepada Indonesia itu artinya alutsista itu akan digunakan untuk melawan Belanda. Dan jika  Amerika menjual  alutsista ke Indonesia  kemungkinan Amerika akan dihujat oleh sekutu blok baratnya. Inilah yang tidak diharapkan oleh Amerika.

Untuk mengatasi persoalan yang semakin buntu ini akhirnya Indonesia memutar arah menuju blok timur yakni Uni Soviet yang saat itu benar-benar berseteru dalam perang dingin dengan Amerika yang memimpin blok barat. Lalu Indonesia pun mengirim utusan ke Moskow untuk melakukan lobi pada pemimpin negara komunis itu. Uni Soviet tentu saja senang hati menanggapi lobi Indonesia ini. Tidak tanggung-tanggung Uni Soviet langsung melepaskan peralatan militer paling canggihnya kepada Indonesia yang tidak sembarang negara memilikinya bahkan anggota negara blok timur sekalipun.

sumber gambar: mobgenic.com
sumber gambar: mobgenic.com

Ketika Belanda mengetahui Indonesia memobilisasi kekuatan militer besar-besaran, sikap Belanda pun perlahan berubah. Ia mulai melunak dan dengan proses-proses  diplomasi  akhirnya Belanda bersedia meninggalkan Irian Barat.

Namun bekerja samanya Indonesia dengan Uni Soviet dalam bidang militer, bukanlah tanpa resiko. Di saat yang sama di Indonesia sedang berkembang partai komunis Indonesia ( PKI ). Sebenarnya PKI bukanlah organisasi baru. Pasalnnya   organisasi Democratische Vereniging (ISDV)  yang didirikan oleh seorang kaum sosialis Hindia Belanda bernama Henk Sneevliet pada tahun 1914 menjadi cikal bakal partai komunis Indonesia. Pada tahun 1920 dalam kongkres ISDV di semarang, nama ISDV diubah menjadi Perserikatan komunis Indonesia (PKH) . lalu pada tahun 1924 diadakan kongres komintern kelima dimana hasil kongkes tersebut  adalah adanya pengubahan nama menjadi partai komunis Indonesia (kompas.com 02/05/21).  Mulai saat itulah PKI terus berkembang di Indonesia.

Bekerjasamanya Indonesia dan Uni Soviet di bidang militer seolah menjadi angin segar bagi PKI untuk mengukuhkan kedudukannya di Indonesia, karena Uni Soviet adalah negara yang menjadi pusat komunis dunia sedang akrab-akrabnya dengan Indonesia dan PKI merasa mendapat dukungan moril. Mereka mulai berusaha menjejaki  berbagai  jenjang hierarki di Indonesia.

Kendati partai ini dianggap bertentangan dengan ideologi pancasila, namun saat itu Soekarno dan para pemimpin negeri ini tidaklah bisa semerta merta membubarkannya  begitu saja. Disinilah persoalan buah simalakama yang di hadapi Soekarno dan pemimpin bangsa Indonesia saat itu. Jika saja Indonesia tidak  meemperkuat angkatan militernya melalui pengadaan alutsista dari Uni Soviet, maka Belanda akan semakin kuat, apalagi menjelang tahun 60-an Belanda terus memperkuat angkatan militernya di Irian Barat. Hal ini tidak menutup kemungkinan akan terjadinya aneksasi  yang ke 3 wilayah-wilayah Indonesia oleh Belanda. Selain itu Indonesia juga punya setumpuk masalah lain diaantaranya adalah sikap Australia yang dirasakan berpihak pada pendudukan Belanda juga masalah konflik Sabah dan Serawak antara Indonesia dan Malaysia.

 Jika PKI saat itu di bubarkan, hal ini berarti memantik kekecewaan Uni Soviet terhadap  Indonesia yang nantinya berimbas besar pada stabilitas Indonesia. Jika hal ini terjadi, hal yang bisa dimungkinkan Indonesia bukan saja bermusuhan dengan Belanda tapi juga berkonflik dengan Uni Soviet karena Uni Soviet merasa anak-anaknya di singkirkan dari Indonesia.  Dengan tidak mengganggu PKI, eratnya hubungan Indonesia- Uni Soviet bisa terjaga dan  setidaknya Indonesia bisa  membuat Belanda hengkang dari Irian Barat.  Inilah kiranya strategi Soekarno saat itu, dan untuk masalah PKI, ini akan menjadi PR tersendiri dikemudian hari.

Namun  sepertinya semua masalah harus mencapai klimaks secara cepat. Di saat PKI mulai menguat di Indonesia dan sepertinya para pemimpin PKI saat itu merasakan kekurang puasan terhadap Rezim OrdeLama, dimana PKI menginginkan revolusi dan menghendaki Komunisme lebih dari sekedar partai di Indonesia,  tetapi bisa diwujudkan menjadi  sistem dalam kenegaraan.  

Puncak dari hal ini adalah terjadinya gerakan GS30 PKI atau pemberontakan 30 Septemper. Saat itu PKI melakukan penculikan dan kekerasan kepada sepuluh orang perwira tentara Indonesia dan dikabarkan mereka juga melakukan berbagai tindakan kekerasan kepada tokoh-tokoh agama.  Hal ini menimbulkan reaksi besar dikalangan masyarakat luas dan banyak kalangan aktivis yang memprotes masalah PKI ini. mereka menilai Soekarno harus bertanggung jawab atas kekerasan yang dilakukan oleh PKI terhadap para jendral. Inilah yang sampai saat ini terkadang didengung-dengungkan oleh beberapa kelompok orang untuk menuding bahwa Soekarno bagian dari PKI. Meskipun tudingan itu hanyalah spekulasi yang mentah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun