Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ngaji Online, Babi Ngepet dan Tuduhan Sesat, dan Ustaz Juga Manusia

30 April 2021   17:20 Diperbarui: 30 April 2021   17:29 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
penyebar hoaks babi ngepet ditangkap - tribunnews.com

Kini banyak Ustaz yang tidak perlu masjid atau surau untuk bertausyiah, atau berceramah. Media online menjadi salah satu alternatif menunjukkan eksistensi mereka. Ada yang eksis dan menjadi terkenal, tetapi tak jarang demi mendapatkan konten viral menjadi mata gelap.

*

Tulisan ini sekadar tanggapan mengenai peristiwa seorang Ustaz dengan ide keblinger. Tempat di pinggiran wilayah ibukota, dan kejadiannya sudah banyak ditulis media. Garis besar ceritanya: ide wilayah mereka ada sejumlah orang kehilangan uang. Diduga mahluk halus pelakunya. siapa lagi pelakunya kalau bukan orang yang memelihara pesugihan, dalam hal ini jenis babi ngepet. Seorang Ustaz setempat juga punya dugaan kuat seperti itu.

Dengan sejumlah modal dan usaha Pak Ustaz berhasil  mewujudkan "jalan keluar" yang coba ditawarkan kepada warna masyarakat: yaitu si biang kerok, alias babi ngepet, berhasil ditangkap oleh tim buru-sergab bentukan Pak Ustaz.

Berita menyebar, antusias warga tak terbendung. Bukannya isu kehilangan uang yang menghilang, melainkan justru kecurigaan ada rekayasa sistematis hasil olah pikir Pak Ustaz  menggelembung. Benar saja, Pak Ustaz mengakui perbuatannya. Demi konten, demi viral. 

Jadi begitulah, Ustaz juga manusia. Sekali waktu berbuat dapat saja salah: salah ucap (banyak contoh), salah pilih calon kepala daerah (karena mendukung parpol yang calonnya kalah), salah terima uang (dikira bukan uang proyek yang harus dipertanggungjawabkan), dan seterusnya.

Artinya, Pak Ustaz coba menyelesaikan suatu masalah, tetapi justru dengan membuat masalah lain yang tak kalah bermasalah. Ia jauh dari kinerja sebuah pegawaian, yang konon "menyelesaikan masalah tanpa masalah". Kelanjutannya, ia jadi tersangka, dan bila media tak salah memberitakan tuntutan hukumannya maksimal 3 tahun.

Nah, selesai cerita. Lalu siapa sebenarnya yang selama ini mencuri uang warga? Pencuri yang licik dan licin, ataukah memang mahluk halus suruhan si majikan? Apakah Pak Ustaz bersangkut-paut dengan si pencuri?  Agaknya media abai menelurusi lebih lanjut soal itu.

*

Masih soal urusan Ustaz juga manusia. Adalah seorang Ustaz pada sebuah provinsi di Sumatra. Ia bicara sangat menyakinkan bahwa dua ormas besar, serta ormas-ormas lain, di tanah air sesat. Kata-kata persisnya tidak perlu dikutip. Sebab mengutip detil bisa dituduh ikut-ikutan menyebarkan ghibah/fitnah.

Padahal dua ormas besar itu tidak sekadar besar dalam aktivitas dan sejarahnya, melainkan juga merakyat pendukung-penggembira serta fans beratnya. Dari dua ormas itu (serta ormas lain) muncul banyak ulama besar, politikus, cendekiawan, tokoh-tokoh nasional maupun internasional.   

Ucapan Pak Ustaz (yang dari penampilannya tak diragukan lagi kesolehannya) cepat menjadi viral. Menjadi trending topic. Menjadi pebicaraan ramai di dunia nyata maupun dunia maya. Dan seperti lazimnya sesuatu yang viral, orang-orang dan netizen yang menanggapai pun banyak. Para penanggap bukan sekadar mengomentari, tetapi menyalahkan. Macam-macam argumen dikemukakan untuk mematahkan argument si penuduh.

Dan tanpa coba menunjukkan bukti-bukti agamis/ilmiah dasar pijakan kesimpulannya, tanpa coba berdalih ini-itu, atau membela diri begini-begitu; Pak Ustaz angkat tangan, alias mengakui salah-khilaf-kurang teliti dan tergesa-gesa, dan entah apa lagi kelitnya. Gampang sekali ujungnya, minta maaf.

Sampai di situ, persoalan belum rampung. Apakah dengan kata maaf semua data/fakta berbentuk suara (radio), gambar (karikatur, foto), dan suara dan gambar (televisi dan media online) dapat terhapus seketika? Berapa kali Pak Ustaz harus mengulang-ulang permintaan maafnya (dengan semua media yang pernah ikut memviralkan ucapannya) agar khalayak (warga masyarakat dan netizen) jagad nyata maupun maya mengetahui dan memaafkan?

Jangan-jangan justru Pak Ustaz ini sesat dan menyesatkan. Tenar sesaat, selebihnya cemar. Apakah tindakannya juga demi konten? Masih beruntung kalau tidak berujung ke proses hukum.

* 

Mudah memaafkan, tapi jelas sulit untuk melupakan. Begitulah sifat kita. Oleh karena itu hati-hatian dan waspada perlu terus dipertinggi, sekalipun itu sekaliber Ustaz. Konon pada setiap tingkat keimanan-kesalehan dan ketinggian ilmu-amal-ibadah tertentu seseorang punya setan pengganggunya masing-masing. Karena itu jangan lengah.

Dan dalam dua contoh di atas, kedua Ustaz tergelincir. Lalu bagaimana dengan Ustaz-Ustaz lain? Apakah mereka (termasuk kita yang awam dalam agama) mendapatkan ibroh (contoh untuk tidak ditiru)?

Begitulah. Bukan hanya Rocker, terbukti Ustaz pun manusia biasa. Mereka ada lebih dan ada kurangnya. Tidak menghargai Ustaz jelas salah, tetapi terlalu memuja-muja juga keliru. Mereka mampu memposisikan diri meski tanpa masjid dan surau favorit, tapi demi konten niat baik jadi berubah.

Untuk lebih jelas siapa-siapa Ustaz keblinger (yang penulis maksud), silakan telusuri sendiri sumber-sumbernya. Wallahu a'lam. ***

Sekemirung, 30 April 2021 / 18 Ramadan 1442
Sugiyanto Hadi  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun