Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berqurban di Tengah Pandemi Covid-19

31 Juli 2020   00:01 Diperbarui: 30 Juli 2020   23:56 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
hewan kurban menunggu pembeli - jateng.tribunnews.com

Penyembelihan dan Pemersihkan

Sangat repot bila masjid berada di tengah kompleks padat dan tidak ada lagi tempat untuk pembuangan yang memadai. dalam penyembelihan hewan qurban diperlukan tempat khusus untuk membuat darah maupun kotoran hewan. Selain itu juga diperlukan air melimpah untuk mencuci jeroan hewan.

Di kompleks perumahan saya tentu hal itu kesulitan sekali. Hal lain, sampai berhari-hari bau darah maupun kotoran hewan (yang tercecer semalaman sebelum paginya disembelih) masih tercium begitu menyengat.

Sedangkan di kompleks perumahan isteri berdekatan dengan sebuah anak sungai yang aliaran airnya lumayan deras. Selain itu masjid masih mempunyai lahan cukup luas untuk proses penyembelihan.

Sebenarnya tidak diperbolehkan membuang kotoran langsung ke sungai, tetapi kebiasaan itu belum dapat diubah. Adapun darah hewan qurban dikubur, sedangkan kotoran hewan dibuang ke sungai. Padahal kotoran itu mestinya dapat digunakan sebagai pupuk kandang. Sejauh ini yang masih laku dijual hanya kepala dan kulit hewan qurban. Sedangkan kotorannya belum ada yang sefcara khusus menampungnya.

Tentu saja ke depan hal ini dapat menjadi pemikiran pihak Pemerintah Daerah, khususnya Dinas Pertanian dan Pertamanan untuk memanfaatkan limbah penyembelihan hewan qurban, dan bersamaan dengan itu kondisi sungai tidak makin tercemar.

Makan Besar

Idul Adha seringkali bermakna makan besar. Makan besar daging domba atau sapi. Maka aneka masakan teresuguh di meja: gulai, opor, sate, rendang, dan aneka masakan lain dari bahan daging.

Bagi yang sehari-hari sudah banyak makan daging rasanya siatuasi hari raya itu bukan hal yang terlalu istimewa (dari sisi makanan berdaging). Tetapi bagi warga yang secara ekonomi memprihatinkan itulah saatnya makan besar. Mungkin sampai berhari-hari masih saja makin daging. Sebab kadangkala sebuah keluarga mendapat pembagian bukan  hany dari satu masjid, tetapi beberapa, belum lagi yang menyembelih secara perseorangan pada hari kedua atau ketiganya.

Dulu ketika masih berdinas ada seorang teman yang tampak kurang sehat setelah Idul Adha. Gara-garanya ya daging. Sudah tahu punya penyakit asam urat tetapi tidak mampu membendung keinginan menyantap hidangan berdaging.   

*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun