Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kisah Kodok Hijau, Putri Raja, dan Kutukan (2)

14 Juni 2020   17:00 Diperbarui: 14 Juni 2020   16:57 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
katak hijau mata meerah - focusedcollection.com

Cerita Kodok Hijau sebelumnya:
Sesekali Bang Brengos menulis dongeng. Itu selingan saja disela kesibukan lain. Dan seperti banyak dongeng yang lain, ceritanya sederhana. Kali ini mengenai Kodok hijau yang hendak mengikuti pemilihan menjadi raja hutan. Namun, maksud lain tak kalah penting, yaitu menghapus kutukan.

*

Tinggal Kodok Hijau dan Kalong Hitam yang masih bertahan. Mereka pun saling berhadapan, mencari siapa yang terbanyak memperoleh pemilih. Habis-habisana keduanya menarik perhatian penghuni hutan. Sampai hari terakhir sebelum pemilihan tampak keadaannya berat sebelah. 

Kodok Hijau minim dukungan, sebaliknya Kalong Hitam berlimpah dukungan. Sehingga sikap Kalong Hitam pun jumawa, makin besar kepala dan semena-mena. Ia sangat yakin bakal menang dalam seleksi pamungkas. Pemungutan suara.

Namun, apa yang terjadi?

Siang-malam panitia pelaksana pemilihan bekerja keras. Mereka menghitung jumlah suara di depan banyak saksi, diantaranya gajah, badak, ular, dan harimau.

Agaknya Kodok Hijau lebih banyak mendapat simpati. Suara mutlak diperolehnya. Warga hutan sebagian besar bersuka-ria karena jagoan mereka menang. Sorak-sorai para satwa yang menang memecah kesunyian belantara.

Koh Kalon Hitam harus mengakui kekalahannya. Harus ikhlas, dan tidak mendendam.

Tak lama kemudian Bang Kodok Hijau naik tahta. Sejak itu selama lima tahun ia memerintah dengan arif dan bijaksana, adil dan jujur. Kemajuan dan kesejahteraan warga hutan meningkat pesat. 

Memang ada celah kekurangan di sana-sini, tetapi hal itu sangat satwawi (bukan manusiawi) sekali. Setelah itu ia didaulat warga satwa untuk mengemban jabatan kedua.

Sementara itu nasib Koh Kalong Hitam makin memprihatinkan. Sebenarnya ia masih merupakan lawan paling tangguh. Tapi pamornya pudar. Semua strategi pemenangannya dimentahkan lawan, biaya banyak keluar sia-sia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun