Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyiapkan Dakwah Sejuk dan Dai Kompeten pada Ramadan Mendatang

15 Maret 2020   00:50 Diperbarui: 15 Maret 2020   01:11 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
khotib di mimbar jumat

Bulan Ramadan 1441 Hijriah tinggal menghitung hari. Di tengah situasi tak menentu karena wabah virus corona (Covid-19), dan ditambah lagi dengan wabah demam berdarah, yang harus diantisipasi dengan berbagai cara; persiapan jelang Ramadan tidak boleh diabaikan. Salah satunya menyiapkan dakwah sejuk yang dibawakan para dai yang kompeten.

Soal seleksi untuk meningkatkan kompetensi dai (khususnya khotib mimbar Jumat) ada yang menyebutnya sebagai tidak perlu, berlebih-lebihan, dan ada upaya membatasi. Hal terakhir itu bernuansa kecurigaan dan prasangka buruk.

Itu sebabnya rencana Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah bersinergi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah menyiapkan program siaran dakwah ramadan bernuansa sejuk dan mencerahkan di tengah dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tujuan kegiatan tersebut untuk mendapatkan bahan siaran (radio, televisi, dan media online) yang dapat menebalkan iman taqwa khalayak muslim para media yang bersangkutan. Selain itu yang tak kalah penting juga ikut menjaga  persatuan dan kesatuan umat.

*

Khalayak Media

Khalayak media elektronik (dalam hal ini pendengar dan penonton/pemirsa, audience) terdiri dari berbagai aliran keagamaan, tingkat pemahaman berbeda, serta yang yang terbanyak merupakan awam. Bukan tidak mungkin ceramah agama Islam disimak oleh penganut agama lain.

Itu sebabnya para dai (ustadz, kyai, ajengan, guru agama) harus arif dalam membawakan materi siarannya. Mereka yang memiliki aliran kegamaan tertentu mestinya menyesuaikan diri dengan khalayak yang dihadapinya, yaitu awam, umum, dan heterogen. 

Sehingga materi agama yang disampaikan pun, tetap bernas-komplit-aktual-menarik, tanpa perlu banyak mengupas aneka pertentangan dan perbedaan yang ada, melainkan justru mengangkat sisi persamaan.

Hal yang sangat penting lagi yaitu tidak membawakan hal-hal yang sangat pelik di media umum, agar tidak menimbulkan pertentangan, salah paham, konflik, dan perpecahan. Beda pilihan pada pilpres dan pilkada sudah membuat perpecahan, karena itu Ramadan harus dijadikan momentum untuk merajut kembali silang-sengketa urusan duniawi dan rebutan jabatan segelintir elite politik tingkat nasional maupun daerah itu. 

Mengenai keahlian para dai tentang dakwah maupun khotbah yang mereka bawakan tidak perlu dipertanyakan lagi. Mereka memberi nasihat sesuai dengan syarat dan rukunnya. Namun, tidak salah bila upaya meningkatkan kompetensi terus ditingkatkan. Jangan sampai dakwah disampai oleh dai yang derajat keilmuan dan/atau kondisi kesehatannya tidak memadai.

Ada yang secara umur terlalu sepuh sehingga ucapan dan pembicaraan tidak jelas (kurang keras, kurang bersemangat). Materi tidak di update sehingga terkesan itu-itu saja. Kemampuan dalam publik speaking sudah tidak memadai lagi. Banyaknya jamaah yang tertidur kala khotib naik mimbar menjadi salah satu penanda isi khotbah dan cara penyampaiannya kurang disimak jamaah.  

Hanya karena rasa "ewuh-pekewuh" (sungkan, canggung) lantaran senioritas, sehingga yang bersangkutan tetap mendapat jatah berdakwah maupun menjadi imam dan khotib salat Jum'at berjamaah di masjid (bahkan diprioritaskan).

*

Sinergi KPID dan MUI Jateng

Rencana penyiapan program siaran dakwah ramadan bernuansa sejuk dan mencerahkan oleh KPID dan MUI Jateng tersebut disampaikan Ketua Umum MUI Jawa Tengah Dr KH Ahmad Darodji MSi saat menerima audiensi KPID Jawa Tengah, di Semarang, Jumat (13/3/2020). Sumber

Ketua KPID Jateng Budi Setyo Purnomo menyatakan mengenai banyaknya keluhan masyarakat tentang siaran dakwah terutama di layak televisi yang sering berimplikasi negatif karena dibawakan dai yang belum kompeten. Itu sebabnya KPID Jateng bertekad mewujudkan dakwah moderat yang menyejukkan untuk masyarakat Jawa Tengah.

Sementara itu menurut Ahmad Darodji,  untuk mengisi dakwah pada Ramadan 1441 Hijriah (pada semua lembaga penyiaran di provinsi) para dai sebagai narasumber harus memiliki kompetensi dan lolos orientasi yang disiapkan MUI Jawa Tengah ini.

Untuk menindaklanjuti rencana tersebut MUI Jateng akan menyelenggarakan orientasi kepada para dai yang disiapkan untuk mengisi siaran dakwah ramadan pada akhir Maret 2020.

*

Penyiaran, Keberagaman

Sebenarnya MUI Pusat dan Daerah selalu melakukan penyegaran-pembekalan dan pemberian materi bagi para dai. Tetapi untuk kepentingan penyiaran diperlukan beberapa tambahan materi kaena khalayaknya yang tidak terbatas (bukan hanya jumlahnya, melainkan juga keberagamannya).

Selain itu perlu kiranya KPID memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai perbedaan tampil di panggung umum, di dalam masjid, di radio dan di layar televisi.

Penampilan  para dai di panggung umum yang sekaligus dijadikan materi siaran radio/televisi kiranya tidak perlu catatan khusus. Namun, untuk siaran khusus radio/televisi (meski menghadirkan audience pula) perlu pendekatan berbeda.

Tidak perlu lagi dengan suara keras (hingga otot-otot leher bermuncul, ada sistem audio), ekspresi wajah berlebihan (pencahayaan dan kamera memungkinkan gambar tampak dekat).  

Sekadar catatan, dalam beragama banyak hal yang membuat orang per orang berbeda, dari mulai perbedaan mazhab yang diikuti, organisasi kemasyarakatan yang dipilih, partai politik dengan para tokohnya yang diidolakan, hingga kadar pemahaman ilmu agama yang dimiliki. 

Anggota keluar sebuah rumah tangga saja (antara suami dengan isteri dan anak-anak) bisa berbeda pemikiran. Jangan lagi berbeda agama dan keyakinan. Mempertentangan dan membuka perbedaan di tempat umum terbukti hanya menimbulkan konflik berlarut-larut dan sulit untuk didapatkan solusi. 

*

Itu saja. Bila maksud baik disikapi dengan berbaik sangka maka ketentuan apapun sebenarnya akan berdampak baik.  Bila kurang arif dalam memilih dan mengelola isi dakwah, dan apalagi disampaikan oleh dai yang tidak kompeten, maka hakikat menasihat pada dakwah akan memudar nilainya.

Saat ini dai kompeten sangat banyak. Namun, pada masanya sosok Zainuddin MZ -yang didaulat media masa sebagai dai sejuta umat-menjadi salah satu contoh betapa kesejukan dalam berdakwah lebih mengenai di hati khalayak media elektronik, dan karenanya mampu menyatukan hati segenap warga bangsa. Wallahu a'lam. ***

Sekemirung, 15 Maret 2020 M / 20 Rajab 1441 H

Sumber Gambar

Tulisan menarik sebelum ini:

cara-salah-suami-isteri-memaknai-arti-sehidup-semati

mengapa-siswi-imut-harus-jadi-pembunuh

pesan-inspiratif-gitaris-fingerstyle-alip-ba-ta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun