Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Mimpi Mas Burman

2 Februari 2020   19:46 Diperbarui: 2 Februari 2020   19:54 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
setengah wajah | source: markmanson.net

"Cepat-cepat amat, Mas.  Sibuk? Ada proyek baru nih?" komentar Mpok Romilah di seberang pintu, memancing-mancing obrolan.

Mas Burman tidak menjawab sepatah katapun. Terus melangkah, hanya jempol tangan kanan yang diacungkan, sambil berujar sesuatu yang tak jelas. 

"Kenapa dia, Mak? Kulihat gayanya berjalan lama-lama mirip perempuan. Apa mataku yang salah lihat?" ucap Mpok Romilah sekadar menduga-duga.

Mbak Rafika tertawa lebar. Tapi ia tidak menjawab pertanyaan itu. Malah dalam hati kecilnya timbul pertanyaan: Jangan-jangan si Romilah biang gosip ini punya indera pendengaran jarak jauh? Kok ia mampu menguping pembicaranku dengan Mas Burman tadi? Atau jangan-jangan Mpok Romilah memang punya indera ke enam. Wah gawat. Bisa jadi semua gosipnya selama ini memang didasari pada pendengaran yang ekstra tajam?

"Sedang bingung apa, Mbak? Ditanya tidak menjawab, tamu datang tidak ditanya. Senyum-senyum sendiri kayak orang kehilangan akal. Kenapa, Mbak?" Romilah yang suka bicara ceplas-ceplos itu kini mendapati keanehan pada wajah si penjual nasi kuning. "Membayangkan selingkuh dengan Mas Burman, ya?"

***

Mas Burman sudah berjalan jauh. Ia tidak menoleh sekali pun. Namun sesampai tikungan tak tahan juga ia untuk tidak melirik sepintas pada Mpok Romilah dan Mbak Rafika yang sedang asyik ngobrol.

Dua perempuan itu pernah singgah di hatinya. Sayangnya, mereka terlalu jual mahal. Tidak mau dipacari dengan sistem percobaan. Ya. coba-coba dulu satu sampai tiga bulan. Kalau cocok diteruskan, kalau tidak cocok dikembalikan. . .  ehh, bubaran.

"Kamu naksir Mbak Rafika atau Mpok Romilah? Pilih salah satu, jangan sekaligus dua. Itu namanya serakah. Beri kesempatan orang lain juga. . . .!" ucap Udin Akuarium dengan gaya menggurui

"Orang lain itu siapa?" tanya Mas Burman penasaran.

"Aku! Jangan kaget. Kamu pilih dulu, dan aku rela mendapatkan sisanya. . . .!" sambung Udin yang memiliki tiga toko akuarium. Ia sudah punya tiga isteri, dan mau tambah satu lagi. Rencana itu sejalan dengan perkembangan bisnis akuarium yang makin maju. Modal sudah cukup, ia akan buka satu cabang lagi, cabang keempat, di Jalan Padi-Kapas pinggir kota. Daripada cari-cari pekerja yang upahnya makin tinggi dan tidak mudah dipercaya, kenapa tidak sekalian cari isteri yang mau menunggui toko? Praktis, taktis, dan ekonomis; dalih Udin khusus kepada Mas Burman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun