*
Tradisi baik tidak terjadi begitu saja. ada sejarahnya, termasuk dalam hal acara halalbihalal.
Berdasarkan kisah, istilah halal bi halal dicetuskan KH Abdul Wahab Chasbullah. Kegiatan ini dicetuskan Kyai Wahab sebagai langkah mendamaikan kelompok-kelompok yang melakukan pemberontakan.
Kisah itu dimulai pada 1948. Ketika pertengah Ramadan, Presiden Soekarno memanggil Kyai Wahab ke Istana Negara. Bung Karno meminta saran untuk mengatasi masalah bangsa yang tidak sehat.
"Begini, para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan.Â
Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturrahmi nanti kita pakai istilah halal bi halal," ujar Kiai Wahab.
Kyai Wahab menyarankan agar Bung Karno menggelar silaturahmi, mengingat sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri. Bung Karno setuju, tetapi menghendaki istilah lain, lalu didapati istilah "halal bi halal".Â
*
Saling memaafkan tidak terjadi bila tidak ada salah satu pihak yang mengalah. Mengalah mau meminta maaf lebih dahulu (meskipun merasa benar), dan mengalah untuk mengikhlaskan kesalahan orang lain walau mampu untuk membalas. Â
Memaafkan itu sulit, tetapi mulia. Akhlak demikian diajarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Sejarah mencatat betapa Rasulullah berkali-kali mengalami penyiksaan, pengkhianatan, percobaan pembunuhan, dan serangkaian rangkaian rencana buruk dari kaum kafir.Â
Namun, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.tidaklah dendam. Manusia berakhlak mulia itu justru memaafkan semua kesalahan yang dilakukan orang lain kepadanya.