Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Arus Kenangan

9 Maret 2018   07:26 Diperbarui: 9 Maret 2018   13:12 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bangku kayu di pinggir hutan

1/
Secangkir kopi, sebatang kretek, mesin tik tua
dan rinai hujan yang ngelangut, menyapamu.
Angin padat oleh kepulan hasrat.
Dinding menjadi teman bicara, sekarat.

Hidup makin luntur. Gurat dalam, mata lamur.
kopi serasa musuh abadi yang tetap dirindukan.
Tapi sensasi mengurai tuturan hayat sarat misteri
pada lelaki subuh, ihwal silam yang segera bersimpuh.

2/
Kini tak ada lagi harum kepulan secangkir kopi
kosong di atas bangku kayu kasar buatanmu sendiri.
Sebatang kretek pun gampang berpaling. Tapi 'ting'
seruan mesin tik tua menjembatani deraan sunyi.

Lelaki renta terseret arus kenangan, dalam linangan
semua rampung diketikkan, ditebar, dinyalakan.
Perjuanganmu, kengerian, juga hampa ditinggalkan,
di atas panggung zaman yang tak berkesudahan.

3/
Dulu pada lembar-lembar kertas mengalir lidah api
bara dari ketukan tuts ritmis dan geser gandaran.
Lalu dentang 'ting' mesin tik tua nyaring untuk berhenti.
Kalimat akhir tak mesti penanda padam, selesai.
Bandung,9 Maret 2018

Gambar

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun