Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Catatan dari Belajar Menulis Novel, Tantangan Fiksiana Community

27 Juni 2016   14:38 Diperbarui: 27 Juni 2016   21:35 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mesin tik model lama (Sumber Gambar: Pixabay)

Menulis cerita fiksi itu pada hakekatnya membelit-belitkan kombinasi antara karakter, alur cerita, dan isi pesan/edukasi. Semakin canggih seseorang meramu dan memeram ketiga unsur itu maka layaklah ia menjadi penulis handal. 

Itulah pendapat gampangan saya mengenai menulis fiksi (khususnya cerpen). Namun khusus untuk novel yang ditayangkan/diposting secara bersambung yang tidak boleh diabaikan yaitu memelihara rasa kepenasaran pembaca pada akhir tiap-tiap posting (bukan tiap akhir bab).

Untuk memenuhi kriteria pribadi itu maka saya buatlah tokoh antik dengan ciri: tua, berpengalaman,  dan masih mencari-cari cinta perempuan (yang selama ini gagal digapainya). Nama normalnya Raharjo Budiman. Panggilannya Arjo. Dan karena kelakuannya pada masa muda yang cenderung ugal-ugalan ditambahilah kata Kemplu (alias slebor, slengekan, brandalan, dan kata lain seupa itu). Karakter itu tdak sepenuhnya tergambarnya. Lalu bertemulah Arjo dengan seorang presenter tv yang muda dan cantik.

Alur cerita rencananya saya buat maju dan mundur agar memudahkan memutar-mutar cerita, dan tidak lurus/monoton. Namun ibarat mesin diesel, panasnya agak lama, sampai pada bab ke empat atau lima, alur cerita masih mengembara tak tentu rimbanya. 

Saya tidak punya plot awal, dan tidak tahu pula bagaimana teknik elementer membuat novel. Maka saya menyebut tulisan saya itu sekadar tulisan panjang yang bemaksud novel, belum sampai pada kata ‘novel’ yang sebenarnya. Saya ingin bercerita baha meskipun ‘kemplu’ dan tua, sosok Arjo banyak diidolakan perempuan. 

Namun pada akhirnya Arjo menyadari bahwa hakekat mencintai baginya harus diubah, digeser, dab diluruskan, disesuaikan dengan jenjang umurnya yang marangkak senja. . ! Itulah isi pesan, dan kalau boleh semacam sisi edukasi, yang ingin saya tampilkan dalam novel tersebut.

Tantangan, Sempurna

Tantangan 100 hari menulis novel yang diselenggarakan Fiksiana Community bagi saya betapapun merupakan ide yang luar bisa.  Ia menggugah, berani, dan agak ‘gila’ sebenarnya. Gila karena lamanya. Gila karena tanpa panduan sebelumnya. Gila karena ada juga yang mau dikerjain sedemikian rupa. Dan yang lebih gila ditengah proses pembuatan ‘tantangan’ ternyata FC membuat tantangan lain yang tak kalah gilanya. Namanya Fiksi Kuliner.

Karena jenuh atau mungkin  bingung mau meneruskan cerita novel yang berlarut-larut, saya pun iseng-iseng ikut tantangan lain itu. Saya membuat dua cerpen yang –menurut saya sendiri- lumayan menggugah selera, yaitu  Warteg, Lastri dan Aku. dan Penjual Jamu dan Pasangan Lanjut Usia.

Baca sendiri cerpennya kalau tidak percaya . . . . .hehe.

Dalam waktu yang berbeda, saya pun ikut tantangan lain di Rumpies The Club. Namanya ‘Bulan Motivasi RTC’, bentuknya menulis cerpen dengan cara posting secara sambung menyambung dengan dua anggota yang sudah ditentukan. Saya bersama Relung Tiada Batas (nama samaran) dan Hendry Hans Zhang menulis cerpen berjudul Jerit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun