Mohon tunggu...
Sugiyanta Pancasari
Sugiyanta Pancasari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Cerita dan Catatan" Yang tak boleh menua, dilumat usia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bola Matamu Bulat Bundar

26 Februari 2021   02:10 Diperbarui: 26 Februari 2021   02:43 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi Sugiyanta Pancasari

menembus tajam garis hujan, dingin segera menyergap seperti kenangan, memanggil-manggil diantara gemuruh suara, tetapi sunyi yang tiada henti menyiksa

biarpun demikian, ada yang terasa begitu lapang jika segala yang kutempuh selalu menyisakan jalan pulang

dan kembali kepada diri sendiri, adalah perjalanan terpanjang dan bahkan tidak kutemui siapapun kecuali rumah-rumah kehampaan

kakiku melangkah seringan bayang-bayang seolah telah kubuang beban yang bergantung di pundak layang-layang

tak ada tempat terbaik selain bilik-bilik kosong dan aroma kembang membentangkan getar wewangian dan gelombang pasang tempat layar kita terbuka dan mengembang

dan seburuk-buruknya cahaya adalah sebaik-baik sorot mata, jika itu memancar dari kedua bola matamu yang bulat bundar

serasa dingin kedua pipimu, hingga aku buram berkaca, diantara gambar-gambar beku melawan segala keraguan

Jogja, Desember 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun