Ketiga, ada konsep reminiscence - menghidupkan kembali momen positif masa lalu. Buat album digital liburan, lalu lihat satu-dua foto setiap pagi sebelum bekerja. Ini bukan untuk menambah rindu, melainkan untuk mengingatkan diri bahwa bahagia itu bukan mitos. Watt dan Cappeliez (2000) menulis, mengingat momen positif bisa memperkuat identitas diri dan mengurangi stres. Dalam dunia IT yang kadang membuat kita lupa tanggal, ini adalah bentuk emotional reset yang murah tapi efektif.
Keempat, jangan abaikan koneksi sosial. Kita memang kembali ke kantor, tapi bukan berarti kita harus memutuskan hubungan dengan orang-orang yang membuat liburan kita berarti. Satu pesan singkat di WhatsApp kepada kawan mudik, atau panggilan 10 menit kepada orang tua di kampung, bisa menjadi jangkar kecil di tengah arus rutinitas.
Karena sesungguhnya, post-holiday blues adalah tentang kehilangan. Kehilangan suasana, kehilangan rasa, kehilangan versi diri yang lebih ringan. Dan teknologi, dengan segala kelebihannya, sering mempercepat rasa kehilangan itu. Tapi kalau kita mau, teknologi juga bisa membantu kita memelihara sebagian dari rasa itu. Seperti menyimpan sepotong rendang di freezer, untuk disantap lagi ketika hati sedang lapar akan kebahagiaan.
Maka, ketika kita kembali terjebak di kemacetan menuju kantor, atau duduk di depan monitor yang menatap balik dengan dingin, mari kita ingat: liburan bukanlah dunia yang terpisah dari hidup kita. Ia adalah bagian dari kita yang sah untuk dibawa pulang. Dan di era digital ini, kita bisa memilih. Apakah teknologi akan menjadi jembatan yang menghubungkan kita dengan momen indah, atau tali yang menyeret kita kembali ke rutinitas tanpa ampun.
Lebaran 2025 sudah usai. Tapi ketupat, senyum nenek, dan jalanan kampung yang berdebu itu tidak harus hilang. Mereka bisa hidup, tersimpan di folder memori, menunggu saat kita ingin pulang sebentar, bahkan jika hanya lewat layar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI