Mohon tunggu...
Lyfe

Poster Concert “Kewer-kewer” ( Post Dangdut Elektronika ) dalam Pandangan Desain Grafis

30 Mei 2016   19:59 Diperbarui: 30 Mei 2016   20:25 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Google search dan edit personal

Ia menjelaskan bahwa mereka memilih kata kewer-kewer dengan music dangdut karena musik itu bisa berkomunikasi dengan masyarakat paling bawah. Lirik-lirik yang digunakan pun bahasa yang mudah dipahami.

"Kami menyederhanakan bahasa dengan bahasa sehari-hari," kata dia. Cara komunikasi yang paling baik adalah menggunakan bahasa yang dipahami.

Dari sudut pandang desain

Desain Poster “Kewer-kewer” sangat menarik untuk ditunjau karena banyak memiliki cerita unik mulai dari kata “Kewer-kewer” itu sendiri hingga gambar dan elemen elemen pendukung lainnya, secara pengaplikasian kata kewer-kewer dan gambar tengkorak di desain sangat pas dan serasih dengan maksud album tersebut. Di poster ini terlihat memiliki style gaya desain Post-modern yaitu punk karna maksud dalam gambar tersebut banyak mengandung unsur perlawanan terhadap pemerintah. Ditambah dengan typografi bertuliskan “Kewer-kewer”

Sumber: Google search dan edit personal
Sumber: Google search dan edit personal
postmodern adalah sebuah gerakan di bidang desain yang tumbuh di pertengahan tahun 1960-an sebagai respon kritis atas dominasi dan kakunya aliran Modernisme. Dengan menerima bidang-bidang seni, arsitektur dan seni terapan, gerakan ini menyatakan ketertarikannya kembali pada ornamen, simbolisme dan humor visual. Terbebas dari ajaran-ajaran sebelumnya, para desainer post-modern menolak keinginan-keinginan aliran Modernisme dengan mengembangkan dan menantang keyakinan-keyakinan dasar tentang keteraturan dan disiplin yang dianut oleh Bauhaus dan pengikutnya. Berdasarkan pada gerakan International Typographic Style di Swiss yang percaya pada ajaran yang menyatakan bahwa bentuk mengikuti fungsi, namun pada akhir 1960-an sebuah generasi baru desainer grafis Swiss menantang keterbatasan gaya yang selalu dapat diprediksikan. Kita tahu bahwa gaya dari desain era Bauhaus, de Stijl dan Contructivism adalah selalu matematis dan tertata rapi.

Kesimpulan

Sebuah poster atau cover album memang harus menjadi identitas visual yang harus mempresentasikan isi dari album tersebut. Dari beberapa gambar diatas nampaknya sang pemilik atau pencipta album ingin mengajak lapisan masyarakat bawah untuk bernyanyi hingga bergoyang, bersenang senang tanpa ragu. Karna bersenang senang itu hak semua orang, bukan hanya politisi yang mabuk kekuasaan yang bisa senang senang, Penyampaian visualisasi yang berkonsep punk ini memang layak untuk di dengarkan.

 catatan

Artikel ini ditulis pada tanggal 29 mei 2016, sebagai mata kuliah Tinjauan Desain Komunikasi Visual, Institut Seni Indonesia.

Daftar pustaka

Aditiawan, arief, Tinjauan Desain Grafis, dari Revolusi Industri hingga Indonesia kini, Concept

Media: Jakarta selatan, 2010

Webtografi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun