Ia menjelaskan bahwa mereka memilih kata kewer-kewer dengan music dangdut karena musik itu bisa berkomunikasi dengan masyarakat paling bawah. Lirik-lirik yang digunakan pun bahasa yang mudah dipahami.
"Kami menyederhanakan bahasa dengan bahasa sehari-hari," kata dia. Cara komunikasi yang paling baik adalah menggunakan bahasa yang dipahami.
Dari sudut pandang desain
Desain Poster “Kewer-kewer” sangat menarik untuk ditunjau karena banyak memiliki cerita unik mulai dari kata “Kewer-kewer” itu sendiri hingga gambar dan elemen elemen pendukung lainnya, secara pengaplikasian kata kewer-kewer dan gambar tengkorak di desain sangat pas dan serasih dengan maksud album tersebut. Di poster ini terlihat memiliki style gaya desain Post-modern yaitu punk karna maksud dalam gambar tersebut banyak mengandung unsur perlawanan terhadap pemerintah. Ditambah dengan typografi bertuliskan “Kewer-kewer”

Kesimpulan
Sebuah poster atau cover album memang harus menjadi identitas visual yang harus mempresentasikan isi dari album tersebut. Dari beberapa gambar diatas nampaknya sang pemilik atau pencipta album ingin mengajak lapisan masyarakat bawah untuk bernyanyi hingga bergoyang, bersenang senang tanpa ragu. Karna bersenang senang itu hak semua orang, bukan hanya politisi yang mabuk kekuasaan yang bisa senang senang, Penyampaian visualisasi yang berkonsep punk ini memang layak untuk di dengarkan.
catatan
Artikel ini ditulis pada tanggal 29 mei 2016, sebagai mata kuliah Tinjauan Desain Komunikasi Visual, Institut Seni Indonesia.
Daftar pustaka
Aditiawan, arief, Tinjauan Desain Grafis, dari Revolusi Industri hingga Indonesia kini, Concept
Media: Jakarta selatan, 2010
Webtografi