Mohon tunggu...
Iwan Yas
Iwan Yas Mohon Tunggu... PNS -

Belajar untuk menjalani hidup dengan lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Yadnya

8 Januari 2011   03:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:50 8086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

d. Dari segi kualitas yadnya dapat dibedakan atas:
1). Satwika Yadnya yaitu yadnya yang dilaksanakan dasar utama sradha bakti, lascarya, dan semata melaksanakan sebagai kewajiban. Apapun bentuk yadnya yang dilakukan seperti; persembahan, pengendalian diri, punia, maupun jnana jika dilandasi bakti dan tanpa pamrih maka tergolong Satwika Yadnya. Yadnya dalam bentuk persembahan / upakara akan sangat mulia dan termasuk satwika jika sesuai dengan sastra agama, daksina, mantra, Annasewa, dan nasmita.
2). Rajasika Yadnya yaitu yadnya dilakukan dengan motif pamrih serta pamer kemewahan, pamer harga diri, bagi yang melakukan punia berharap agar dirinya dianggap dermawan. Seorang guru/pendarmawacana memberikan ceramah panjang lebar dan berapi-api dengan maksud agar dianggap pintar; semua bentuk yadnya dengan motif di atas tergolong rajasika yadnya. Seorang yang melakukan tapa, puasa tetapi dengan tujuan untuk memperoleh kekayaan, kesaktian fisik, atau agar dianggap sebagai orang suci juga tergolong yadnya rajasik.
3). Tamasika Yadnya yaitu yadnya yang dilaksanakan tanpa sastra, tanpa punia, tanpa mantra dan tanpa keyakinan. Ini adalah kelompok orang yang beryadnya tanpa arah tujuan yang jelas,hanya ikut-ikutan. Contoh orang-orang yang tegolong melaksanakan tamasikan yadnya antara lain orang yang pergi sembahyang ke pura hanya ikut-ikutan, malu tidak ke pura karena semua tetangga pergi ke pura, orang gotong royong di pura atau di tempat umum juga hanya ikut-ikutan tanpa menyadari manfaatnya. Termasuk dalam katagori ini adalah orang yang beryadnya karena terpaksa. Terpaksa maturan karena semua orang maturan. Terpaksa memberikan punia karena semua orang melakukan punia. Terpaksa puasa karena orang-orang berpuasa. Jadi apapun yang dilaksanakannya adalah sia-sia, tiada manfaat bagi peningkatan karmanya.

Jenis-jenis yadnya di atas diuraikan dalam Kitab Bhagawad Gita dalam beberapa sloka.
Untuk Yadnya yang berbentuk persembahan/upakara akan tergolong kualitas Satwika bila yadnya dilaksanakan berdasarkan :


  1. Sradha, artinya yadnya dilaksanakan dengan penuh keyakinan
  2. Lascarya, yaitu yadnya dilaksanakan dengan tulus ikhlas tanpa pamrih sedikitpun.
  3. Sastra, bahwa pelaksanaan yadnya sesuai dengan sumber-sumber sastra yang benar.
  4. Daksina, yaitu yadnya dilaksanakan dengan sarana upacara serta punia kepada pemuput yadnya/manggala yadnya.
  5. Mantra dan gita, yaitu dengan melantunkan doa-doa serta kidung suci sebagai pemujaan.
  6. Annasewa, artinya memberikan jamuan kepada tamu yang menghadiri upacara. Jamuan ini penting karena setiap tamu yang datang ikut berdoa agar pelaksanaan yadnya berhasil. Dengan jamuan maka karma dari doa para tamu undangan menjadi milik sang yajamana.
  7. Nasmita, bahwa yadnya yang dilaksanakan bukan untuk memamerkan kekayaan dan kemewahan

Apapun jenis yadnya yang kita lakukan seharusnya yang menjadi tolok ukur adalah kualitas yadnya. Sedangkan kualitas yadnya yang harus dicapai setiap pelaksanaan yadnya adalah Satwika Yadnya. Tidak ada gunanya yadnya yang besar tetapi bersifat rajas atau tamas.

3. PANCA YADNYA

Panca Yadnya adalah lima macam korban suci dengan tulus ikhlas yang wajib dilakukan oleh umat Hindu. Pelaksanaan Panca yadnya adalah sebagai realisasi dalam melunasi kewajiban manusia yang hakiki yaitu Tri Rna ( tiga hutang hidup ).
Dalam beberapa kitab dan pustaka memberikan penjelasan tentang Panca Yadnya yang berbeda, namun pada intinya memiliki kesatuan tujuan yang sama. Penjelasan-penjelasan tersebut antara lain :


  1. Kitab Sathapata Brahmana.

Kitab ini merupakan bagian dari Reg Weda, menjelaskan panca yadnya sebagai berikut :



  1. Bhuta Yadnya, yaitu yadnya untuk para bhuta
  2. Manusa Yadnya, yaitu persembahan makanan untuk sesama manusia.
  3. Pitra Yadnya, yaitu persembahan yang ditujukan untuk leluhur ( disebut swadha).
  4. Dewa Yadnya, yaitu persembahan kepada para dewa ( disebut swaha ).
  5. Brahma yadnya, yaitu yang dilaksanakan dengan mempelajari pengucapan mantram cusi weda.

  1. Kitab Manawa Dharmasastra

Kitab Manawa Dharmasastra memberikan penjelasan tentang Panca Yadnya sebagai berikut :


  1. Brahma Yadnya, adalah persembahan yang dilaksanakan dengan belajar dan mengajar secara tulus ikhlas.
  2. Pitra Yadnya, adalah persembahan tarpana dan air kepada leluhur.
  3. Dewa yadnya, adalah persembahan minyak dan susu kepada para dewa.
  4. Bhuta Yadnya, adalah pelaksanaan upacara bali untuk butha.
  5. Nara Yadnya , adalah penerimaan tamu dengan ramah-tamah.


  1. Lontar Korawa Srama


Dalam lontar Korawa Srama terdapat penjelasan Panca yadnya sebagai berikut:
Dewa Yadnya, adalah persembahan dengan sesajen dan mengucapkan Sruti dan Stawa pada waktu bulan purnama.
Rsi Yadnya, adalah persembahan punia, buah-buahan, makanan, dan barang yang tidak mudah rusak kepada para Maha Rsi.
Manusa Yadnya adalah persembahan makanan kepada masyarakat.
Pitra Yadnya adalah mempersembahkan puja dan banetn kepada leluhur.
Bhuta Yadnya, adalah mempersembahkan puja dan banten kepada bhuta.


  1. Lontar Agastya Parwa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun