Mohon tunggu...
Suciati Lia
Suciati Lia Mohon Tunggu... Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merata dalam Tugas, Kuat dalam Kepemimpinan: Pola Pengaderan Efektif di Lingkungan Sekolah

10 Oktober 2025   19:41 Diperbarui: 10 Oktober 2025   19:41 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Saling Berbagi, sumber dokpri

Merata dalam Tugas, Kuat dalam Kepemimpinan: Pola Pengaderan Efektif di Lingkungan Sekolah

Pola pengaderan kepala sekolah juga berdampak terhadap pola kepemimpinan terhadap sekolah yang dipimpinnya. Seleksi Cakep (Calon Kepala sekolah) perlu mekanisme yang terukur agar hasil seleksi benar-benar mampu mengantarkan sekolah menjadi sekolah yang sesuai harapan. Mekanisme itu perlu disosialisasikan secara terbuka tanpa ada tendensi atau pesanan dari pihak tertentu agar proses seleksi dapat menggambarkan mutu dari cakep yang berkaitan kepemimpinan, integritas, adaptif, dan tidak administrasi semata, dan lainnya.

Dengan adanya sosialisasi dan mekanisme yang transparan maka para cakep dapat mengukur kesiapan diri untuk mendaftar ajang karier kepemimpinan dari guru mata pelajaran atau guru kelas menjadi pucuk pimpinan di sekolah. Transparansi seleksi, proses, hingga hasil dapat dijadikan tolak ukur mutu yang akan dihasilkan sehingga dapat menepis isu yang berkembang bahwa cakep bisa pesanan atau dekat dengan pihak tertentu sehingga mudah memperoleh jabatan kepsek dengan mudah.

Dengan keterbukaan, setidaknya dunia pendidikan menjunjung integritas, nilai kejujuran, dan menghindari sesuatu kurang baik. Sebab, penjaringan kepala sekolah nantinya akan membawa sekolah menuju sesuai visi dan misi sekolah yang itu pekerjaan tak mudah bila integritas dan kepemimpinan belum dimiliki oleh cakep. Untuk itu, keterbukaan dalam seleksi dan proses perlu dikedepankan agar sekolah benar-benar merasakan kepemimpinan dari kepala sekolah baru.

Dari seleksi cakep yang profesional maka akan banyak lahir kepala sekolah yang baik yang berdampak kepemimpinannya. Hal itu tampak pada sistem pengaderan dalam pembagian tugas di instansi pendidikan agar ada pemerataan dan tak melekat pada orang tertentu. Sebab, jika melekat pada orang tertentu, bayangkan apa yang terjadi pada psikisnya. Belum lagi beban administrasi yang lumayan menyita pikiran, belum lagi tugas tambahan yang meminta perhatian, belum lagi masalah keunikan murid yang terkadang menggelitik, dan masalah lainnya yang kadang membuat masalah psikis semakin kompleks.

Sekolah yang dikatakan berhasil tidak hanya ditandai oleh prestasi yang dicapai para muridnya tapi oleh kekuatan kolaborasi dan regenerasi tenaga guru dan kependidikannya. Dalam dinamika pendidikan  yang terubah berkembang, terkadang sekolah dituntut mempunyai sistem pengelolaan yang adaptif, adil, dan berorientasi pada pengembangan potensi setiap warganya. Salah satunya adalah penerapan pola pengaderan yang efektif dan berkesinambungan melalui pembagian tugas yang merata. 

Dengan pembagian tugas secara merata merupakan bentuk nyata keadilan, kepercayaan, dan pengakuan mengenai kemampuan diri. Saat tugas tambahan hanya dikerjakan oleh orang yang sama setiap tahunnya, maka akan berdampak pada sulitnya pertumbuhan potensi baru tumbuh dan beban kerja menjadi tak seimbang. Sebaliknya, saat pembagian tugas dilaksanakan secara seimbang dan bergilir maka akan tumbuh ruang belajar dan kesempatan bagi setiap pendidik dan tenaga kependidikan untuk mengasah kemampuan diri baik berkaitan dengan kepemimpinan, inovasi, dan tanggung jawab secara profesional.

Proses pengaderan yang baik tidak datang begitu saja seperti kita membalikkan telapak tangan. Tapi diperlukan pendekatan yang sistematis melalui coaching (pendampingan pribadi), supervisi akademik yang membina, dan monitoring serta monev berkesinambungan agar pendidik dan tenaga kependidikan tidak hanya memahami tugasnya namun tumbuh menjadi pribadi yang reflektif dan siap menjadi pemimpin. Melalui sistem tersebut, kelak sekolah yang dipimpin oleh kepala sekolah yang visioner akan melahirkan pemimpin di tingkat struktural dan juga pemimpin pembelajaran.

Pendekatan Coaching, Supervisi, dan Monev sebagai Pilar Pengaderan

Proses pengaderan yang baik tidak dapat dilepaskan dari sistem pembinaan yang terencana, terukur, dan berkesinambungan. Ketiga pendekatan tersebut menjadi pilar dalam upaya membentuk siklus pengembangan kompetensi yang berpusat pada peningkatan profesionalisme dan kesiapan kepemimpinan baik tenaga pendidik maupun kependidikan.

Kita ketahui bersama bahwa pendekatan coaching merupakan pendekatan sekaligus bentuk pendampingan profesional yang berpusat pada pengembangan potensi diri melalui percakapan reflektif dan pertanyaan terbuka. Dalam kaitan pengaderan, pendekatan ini membantu guru dan tenaga kependidikan menumbuhkan kekuatan diri, dapat mengenali tantangan, dan merancang solusi secara mandiri. Selain itu, dalam pendekatan coaching yaitu coach sebagai mitra dialog yang memotivasi tumbuhnya kesadaran diri dan tanggung jawab.

Dalam praktik coaching, kepala sekolah atau wakilnya dapat menjadwalkan kepada guru dan tenaga kependidikan yang baru mendapatkan amanah agar mampu merancang program secara mandiri, pelaksanaan, tindak lanjut, sampai sesi reflektif setelah kegiatan sehingga guru dan tenaga kependidikan dapat menuliskan pencapaian dan rencana dari perbaikan coaching untuk kegiatan berikutnya yang lebih baik. Dengan demikian, melalui pendekatan ini secara konsisten maka terciptanya budaya saling belajar dan tumbuh bersama yang menguatkan proses pengaderan dari dalam.

Selain coaching ada supervisi akademik yang mempunyai peran penting dalam menjaga mutu pembelajaran tidak hanya berfokus pada tugas tambahan di luar tugas mengajar. Dalam proses pengaderan, peran supervisi bukan hanya sebagai kegiatan penilaian formal tapi proses pendampingan yang memotivasi peningkatan kemampuan mengajar, manajerial, dan kepemimpinan guru.

Supervisi ini tidak mesti kepala sekolah saja tapi bisa kolaborasi dengan rekan guru yang dianggap mumpuni. Melalui sistem kolaborasi dan berorientasi pada perbaikan berkesinambungan. Sistem kolaborasi ini nantinya bertindak sebagai fasilitator yang membantu rekan guru memahami kekuatan dan area pengembangan diri baik dalam tugas sebagai guru maupun tugas tambahan.

Pendekatan yang terakhir dalam monev (monitoring dan evaluasi) yang merupakan langkah sistematis untuk menilai sejauh mana kegiatan dan program pengaderan berjalan sesuai perencanaan dan mencapai target yang ingin dicapai. Dengan pendekatan ini nantinya bermanfaat sebagai mekanisme kontrol, refleksi, dan perbaikan berkesinambungan bagi semua kegiatan yang ada di sekolah.

Selain itu, dalam praktik monev tidak selalu berpusat pada hasil tapi yang lebih utama adalah memantau proses jalannya amanah yang melekat pada guru atau tenaga kependidikan untuk memastikan setiap langkah dalam pembinaan SDM berjalan secara terbuka dan partisipatif. 

Dalam praktik di sekolah, kepala sekolah dapat membentuk tim monev internal untuk meninjau capaian program secara berkala, mengadakan rapat secara triwulan yang membahas hasil coaching dan supervisi yang berguna menentukan tindak lanjut perbaikan, serta bagian terakhir membuat laporan sebagai data untuk mengetahui perkembangan guru dapat terdokumentasi dengan baik sebagai bahan penugasan berikutnya untuk pembelajaran.

Jika ketiga pendekatan tersebut dijalankan sistematis dan konsisten serta saling melengkapi. Pendekatan coaching menggali potensi guru, supervisi mengarahkan peningkatan profesional, sedangkan monev untuk memastikan kesinambungan prosesnya. Hal tersebut sangat baik sebagai rencana regenerasi yang akan menguatkan budaya reflektif. Tak hanya itu, pada akhirnya akan lahir kader-kader pendidikan yang tangguh, adaptif, dan siap meneruskan estafet kepemimpinan di masa depan.

Jadi, proses pengaderan bukan proyek sesaat tapi perjalanan yang panjang menuju kemandirian organisasi di sekolah. Jika pembagian tugas secara merata dan didukung dengan ketiga pendekatan tersebut secara konsisten maka sekolah akan mempunyai  pondasi kuat untuk tumbuh dan beradaptasi terhadap tantangan zaman. Selain itu, penerapan pembagian tugas secara merata dapat menekan kecemburuan sosial di lingkungan kerja dan stagnan di tempat sehingga kelak akan menumbuhkan  ekosistem profesional yang berdaya dan berkelanjutan.

sumber:  bakti sekolah BCA dan modul guru penggerak

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun