BESAMA (Bersama Makan Sebulan Sekali), Jejak Kearifan Lokal yang Menumbuhkan Rasa Persaudaraan di Kelas
Ruang kelas bukan sekadar tempat untuk menimba berbagai ilmu mata pelajaran tapi bisa sebagai miniatur kehidupan yang penuh dinamika. Sebab, di dalamnya murid yang ada berasal dari latar belakang, karakter, kebiasaan sampai emosi yang tak sama. Dari hal tersebut tentu ada perbedaan dan ada pula kesamaan yang terjadi sehingga menimbulkan keunikan yang menjadi ciri khas kelas tersebut seperti ada murid yang sangat aktif dalam menyampaikan pendapat dalam segala situasi, ada pula murid yang diam seribu bahasa. Bila ingin berbicara perlu orang di sekitarnya menyenggol terlebih dahulu sehingga lebih nyaman menyimpan cerita, ada juga yang pandai bergaul sehingga menghidupkan kelas menjadi nyaman, dan sebagainya. Keunikan itu terkadang menimbulkan jarak dan bahkan kesenjangan jikalau tidak dikelola dengan baik maka yang terjadi akan melemahkan iklim kebersamaan dan kekeluargaan di kelas.
Dari kegiatan rotasi kursi yang dapat menciptakan rotasi rasa memang belum sepenuhnya dapat mengatasi hal tersebut. Meskipun dampaknya dapat dirasakan. Kepekaan wali kelas membaca keadaan sesuai kebutuhan tentu menjadi cara terbaik meskipun tampak sederhana. Lahirnya cara penuh makna dapat meminimalisasi perbedaan. Perbedaan memang akan menambah khasanah kelas dan banyak hal yang akan dipelajari dari segala keunikan murid.
Untuk itu, program lainnya turut mewarnai kelas tersebut yang dijalankan sebulan sekali. Kali ini pelaksanaan di akhir bulan Agustus yakni BESAMA (Bersama Makan Satu Bulan Sekali). BESAMA merupakan tradisi makan bersama yang digagas oleh pribadi yang menjadi ruang netral sebagai sarana semua murid duduk bersama, berbagi makan bersama, dan melepas sekat yang membatasi interaksi. Dari kegiatan ini yang sekaligus melestarikan tradisi lokal dari para pendahulu yang membantu menumbuhkan persaudaraan, empati dan kepedulian murid di kelas.
Selain itu, program BESAMA  bukan hanya tradisi bulanan tapi sebuah jejak kearifan lokal yang disesuaikan dalam dunia pendidikan. Kearifan  lokal merupakan tradisi yang telah pendahulu terapkan dan sudah semestinya kita sebagai generasi penerus tetap menjaga salah satunya dengan makan bersama di atas alas daun pisang sebagai bentuk penguat kehangatan, solidaritas, dan nilai kemanusiaan.
Kegiatan BESAMA bukan merupakan hal baru di dunia pendidikan dan budaya di Indonesia. Jika kita telusuri di sosial media dan sumber lain, kita bisa menemukan informasi di setiap daerah melestarikan tradisi makan bersama sebagai bentuk rasa syukur atau sebagai pengikat rasa kebersamaan. Begitu hal kegiatan yang pribadi jalankan. Kegiatan ini hadir sebagai bentuk pelestarian kearifan lokal dan juga menguatkan rasa persaudaraan yang tidak lama murid akan melanjutkan ke jenjang lebih tinggi sehingga kenangan yang ada cukup meninggalkan kesan indah. dengan gotong royong saling membawa makanan yang dimiliki di rumah kemudian diletakkan di atas daun pisang, dibagi rata, lalu menikmati bersama seraya berdoa dan berharap bersama dengan penuh keakraban.
Ada harapan yang pribadi semai melalui kegiatan tersebut. Berbagai ikhtiar telah dijalankan dengan sepenuh hati agar kelak nilai-nilai itu tetap tumbuh meskipun kemajuan zaman tak bisa terelakkan. Sebab pendidikan merupakan ruang untuk menumbuhkan agar kelak murid sendiri menguatkan melalui prinsip hidupnya yang sudah bertanam dalam benaknya.
Pribadi percaya, sesederhana menjalankan semoga tidak sederhana manfaat yang dicapai. Harapan itu di tengah keadaan yang terkadang banyak kurang bersahabat. Hal ini diperlukan penguatan diri agar karakter itu tumbuh dan tak mudah tergerus oleh keadaan dan justru menjadi penuntun laku menuju kedamaian hati dan berdampak bagi sekitarnya. Begitu halnya cita-cita leluhur yang selalu diwariskan kepada generasi penerusnya untuk terus berpegang teguh pada nilai-nilai luhur misalnya rasa empati, rasa peduli, dan rasa kebersamaan yang kini mulai luntur diganti dengan nilai individualis dan golongan. Setidaknya dengan kerja sama, murid dapat saling menghargai setiap apa yang dibawa sebab suasana hangat kebersamaanlah yang menjadi fokus utama.
Untuk dapat merealisasikan program BESAMA, wali kelas  dapat membuka ruang diskusi di awal pertemuan bulan Juli lalu menindaklanjuti sebelum akhir bulan agar berjalan lancar. Dari murid yang memberikan usulan setidaknya dievaluasi dan diputuskan bersama. Wali kelas mendengar berbagai sudut pandang dan alasan serta tak memberatkan. Usulan tersebutlah yang memotivasi murid menjalankan dengan sepenuh hati.Â
Kemudian, perlu setiap kegiatan yang dijalankan adanya ruang untuk refleksi dan masukan agar wali kelas mengetahui bentuk kelemahan dan kekuatan sebagai bentuk evaluasi pelaksanaan pada bulan berikutnya. Di bagian sesi refleksi wali kelas dapat memanfaatkan ruang berbagi di kelas baik setelah kegiatan atau pada pertemuan yang memanfaatkan jam PBL yang dulunya P5. ruang ini ada dialog untuk menyuarakan suara hati untuk saling menghargai segala perbedaan agar tidak ada yang disembunyikan. Murid bebas menyampaikan tanggapan, penilaian, atau asumsi tanpa ada rasa takut yang awalnya telah disepakati bersama dengan mengedepankan pemilihan diksi yang baik tanpa maksud menjatuhkan rekan dan sebagainya.