Mohon tunggu...
Suciati Lia
Suciati Lia Mohon Tunggu... Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senjaku Tak Lagi Hangat

3 Agustus 2025   00:19 Diperbarui: 3 Agustus 2025   00:19 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Senjaku Tak Lagi Hangat

Senjaku tak lagi singgah
Awan jingganya tertutup kabut kekecewaan
Ia kusam dan berdebu
Menyisakan langit kelabu tanpa salam
Sementara angin berbisik terasa getir
Layaknya  suara kami yang lelah bersuara

Kami Menikmati harga melambung tanpa kabar
Kami Menikmati kondisi atas kebijakan yang jatuh dari langit tanpa tanya
Menghantam panggung kami
Yang sudah bengkok oleh beban hidup

Di pundak kami terasa beban digantungkan
Tak ditanya dan tak diminta
Namun diresmikan tanpa ragu

Sementara di jalan-jalan pasar, di sawah, di jalanan
Kami mengencangkan ikat pinggang
Ibu-ibu menakar sisa napas harian
Menghitung rupiah hingga ke butir terakhir
Sedangkan anak-anak mulai menatap piring
Yang lauknya semakin jarang berkisah

Sementara di kursi berlapis tebal itu
Mereka menanti
Reaksi, protes, dan amarah yang memuncak
Hingga suara kami cukup gaduh
Untuk mengusik pendengarannya
Hingga kami begitu hapal skenarionya
Untuk kembali memutuskan
Apakah payung kebijakan perlu dilipat kembali?

Sehingga Bukan kepedulian yang menggerakkan
Bukan karena cinta pada amanahnya
Tapi takut dan cemas akan badai di kotak suara
Untuk kembali menyelamatkan nama dan jabatannya

Senjaku ini terasa dingin
Dinginnya menusuk layaknya janji yang mulai basi
Bukan karena usai ditimpa hujan
tapi, karena rasa percaya kami mulai mengikis

Dan aku hanya bisa bertanya
Kapan senja menyapaku kembali?
Yang setia menanti hangatnya
Untuk membawa cahaya keperpihakan setulus hati

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun