Mohon tunggu...
sucahyo adiswasono@PTS_team
sucahyo adiswasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hanya Seorang Bakul Es, Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang. Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membaca Diri Sendiri

3 April 2024   01:09 Diperbarui: 4 April 2024   17:49 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: dokpri.com

Bahwa esensi substansial dari ajaran Tuhan adalah tentang dan berkisar pada nilai-nilai kebajikan universal. Dan, semuanya mengarah kepada kehidupan manusia seumumnya. Tanpa memandang manusia itu dari suku apa, agama apa, ras apa, dan dari golongan apa. Itulah yang dinamakan sebagai berlaku secara universal.

Manakala manusia memaknai kehidupannya yang dikaitkan dengan ajaran Tuhan, selalu dihubungkan dengan kitab suci-kitab suci yang diyakini sebagai kodifikasi dari ajaran Tuhan. Maka sebut saja salah satu dari sekian kitab suci yang ada adalah Al-Qur'an.

Pertanyaannya adalah, "Apa sesungguhnya hakikat makna Al-Qur'an ? Apa esesnsial dari Al-Qur'an itu sendiri?" Hal ini tentunya akan menggiring kita untuk mengulik lebih dalam, dan bukan sekedar mengagung-agungkan sebagai kitab suci belaka, atau hanya sebagai hafalan dan dikeramatkan saja tanpa harus menyelami esesnsinya secara mendalam.

Bukankah Nabi Muhammad dalam sejarahnya tidak menerima kitab atau buku dari Allah? Dan yang perlu disadari juga bahwa Al-Qur'an sebagai kitab suci itu dibukukan setelah 50 tahun setelah wafatnya Muhammad. Kalaupun saat ini kita tahu tentang Al-Qur'an yang terdiri dari 30 Juz, 114 Surat, 6236 Ayat, dari Al-Fatihah hingga An-Nas, jangan-jangan kita hanya baru mengetahui Al-Qur'an dalam bentuk sebagai kitab?

Nah,  Al-Qur'an yang sejati itu seperti apa ya? Sebab, kita sudah seharusnya menyadari bahwa betapa pentingnya kita membuka Al-Qur'an yang sejati tersebut sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia yang universal. 

Sebagaimana di dalam QS Aljasiyah 45:20, "Al-Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini."

Menariknya, di kata awal pada ayat tersebut, yakni kata 'haada' yang secara bahasa adalah sedang menunjuk kepada sesuatu. Dan, lebih menariknya lagi adalah kata 'haada' dimaksud berbicara tentang manusia yang tentunya universal cakupannya, yakni siapapun manusia. Sehingga, jangan sampai kita ini terjebak ke dalam dikotomi bahwa Al-Qur'an itu ditujukan hanya untuk umat Islam semata. Apabila kita kembalikan kepada sumber aslinya, maka Al-Qur'an ini didisain untuk manusia seumumnya, siapa saja senyampang sebagai manusia yang rindu kembali kepada Al-Qur'an, itu berarti kembali kepada petunjuk. 

Kemudian, yang paling penting adalah Al-Qur'an yang manakah yang dimaksudkan itu, yang merupakan petunjuk bagi manusia yang universal itu? Sebab, kita ketahui dan harus disadari bahwa spektrum Al-Qur'an itu berlapis-lapis.

Mari kita rinci bersama-sama tentang kata 'Al-Qur'an' tersebut.

Secara etimologis, kata 'Al-Qur'an' itu berasal dari qara'a atau berujung pada iqra' sebagai bentuk kata perintah. Dan ingat, bahwa Nabi Muhammad kali pertama mendapat wahyu adalah iqra' dulu.

Maka memaknai kata iqra' secara luas adalah 'sesuatu yang bisa dibaca'. Itulah prinsip substansinya. 'Dibaca' di sini dalam konteks yang luas pula tentunya. Karena itu, dalam konteks yang demikian itu, tidak hanya tulisan yang bisa dibaca. Akan tetapi, betapa Al-Qur'an itu sendiri penuh dengan tanda, yang dalam bahasa Arabnya adalah 'ayat'.

Terdapat dua kelompok besar tanda-tanda (ayat) di dalam Al-Qur'an, yakni wujud 'ayat kauliyah' dan wujud 'ayat kauniyah'. Dimana selama ini kita hanya sibuk membaca terhadap apa yang tertulis dan hampir dipastikan sangat jarang membaca yang tidak tertulis. Begitulah yang terjadi di dalam diri kita, dan harus diakui dengan sejujur-jujurnya. Dan ketika kita sedang membaca diri sendiri, kita malah tak merasa bahwa sebenarnya kita sedang membaca 'Al-Qur'an'. Kira-kira begitu ...

Sebagaimana di dalam QS Aljasiyah 45:20 yang telah disinggung di atas, maka jelas merujuk kepada sesuatu (ayat) yang tertulis saja. Sedangkan paradigma berpikir kita seharusnya diperluas, dan jangan hanya disibukkan kepada yang tertulis saja. Sebab, yang tertulis itu secara proporsional sebenarnya hanyalah 0,1 persen. Sedangkan, selebihnya yang 99,9 persen itu justru yang tak tertulis sebagai tanda-tanda dari Allah. Koq, bisa dan kenapa begitu ya?

Tanda-tanda dari Allah itu akan hadir di alam semesta ini. Inilah yang terpenting dan patut disadari agar kita tidak terjebak dan dipersempit oleh paradigma berpikir tentang Al-Qur'an yang hanya sibuk dengan hafalan kauliyah saja, sementara kauniyah yang 99,9 persen sebagai tanda-tanda dari Allah dan yang utama, justru terabaikan.

Coba kita simak QS Fussilat 41:53, "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kebesaran Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah bagi kamu bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?"

Dengan demikian, maka ayatnya dari manakah? Jawabnya, di ufuk, di semesta, dan di dalam diri kita sendiri tentunya ... Dari sinilah nantinya kita akan bisa mengerti betapa penting sekali kita membaca tanda diri, tanda alam yang nantinya kita konfirmasikan tanda-tanda tersebut ke dalam kitab, dan semua itu tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Mengapa?

Karena sejatinya bahwa semuanya hanyalah tanda-tanda dari Allah, yang sebenarnya betapa Allah ingin menyampaikan pesan kepada kita manusia seumumnya yang universal. Dan itulah yang menunjukkan bahwa Al-Qur'an sebagai petunjuk, sebagai pedoman di dalam wujud kauliyah dan wujud kauiniyah-Nya. 

Demikianlah, semuanya itu, yang ringkasnya disebut iqra', membaca tanda-tanda, termasuk membaca tanda-tanda yang ada dalam diri kita sendiri ...

Sekian, dan terima kasih. Salam Seimbang Universal indonesia Nusantara ....

*****

Kota Malang, April di hari ketiga, Dua Ribu Dua Puluh Empat.          

                     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun