Mohon tunggu...
sucahyo adiswasono@PTS_team
sucahyo adiswasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hanya Seorang Bakul Es, Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang. Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membaca Diri Sendiri

3 April 2024   01:09 Diperbarui: 4 April 2024   17:49 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: dokpri.com

Maka memaknai kata iqra' secara luas adalah 'sesuatu yang bisa dibaca'. Itulah prinsip substansinya. 'Dibaca' di sini dalam konteks yang luas pula tentunya. Karena itu, dalam konteks yang demikian itu, tidak hanya tulisan yang bisa dibaca. Akan tetapi, betapa Al-Qur'an itu sendiri penuh dengan tanda, yang dalam bahasa Arabnya adalah 'ayat'.

Terdapat dua kelompok besar tanda-tanda (ayat) di dalam Al-Qur'an, yakni wujud 'ayat kauliyah' dan wujud 'ayat kauniyah'. Dimana selama ini kita hanya sibuk membaca terhadap apa yang tertulis dan hampir dipastikan sangat jarang membaca yang tidak tertulis. Begitulah yang terjadi di dalam diri kita, dan harus diakui dengan sejujur-jujurnya. Dan ketika kita sedang membaca diri sendiri, kita malah tak merasa bahwa sebenarnya kita sedang membaca 'Al-Qur'an'. Kira-kira begitu ...

Sebagaimana di dalam QS Aljasiyah 45:20 yang telah disinggung di atas, maka jelas merujuk kepada sesuatu (ayat) yang tertulis saja. Sedangkan paradigma berpikir kita seharusnya diperluas, dan jangan hanya disibukkan kepada yang tertulis saja. Sebab, yang tertulis itu secara proporsional sebenarnya hanyalah 0,1 persen. Sedangkan, selebihnya yang 99,9 persen itu justru yang tak tertulis sebagai tanda-tanda dari Allah. Koq, bisa dan kenapa begitu ya?

Tanda-tanda dari Allah itu akan hadir di alam semesta ini. Inilah yang terpenting dan patut disadari agar kita tidak terjebak dan dipersempit oleh paradigma berpikir tentang Al-Qur'an yang hanya sibuk dengan hafalan kauliyah saja, sementara kauniyah yang 99,9 persen sebagai tanda-tanda dari Allah dan yang utama, justru terabaikan.

Coba kita simak QS Fussilat 41:53, "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kebesaran Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah bagi kamu bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?"

Dengan demikian, maka ayatnya dari manakah? Jawabnya, di ufuk, di semesta, dan di dalam diri kita sendiri tentunya ... Dari sinilah nantinya kita akan bisa mengerti betapa penting sekali kita membaca tanda diri, tanda alam yang nantinya kita konfirmasikan tanda-tanda tersebut ke dalam kitab, dan semua itu tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Mengapa?

Karena sejatinya bahwa semuanya hanyalah tanda-tanda dari Allah, yang sebenarnya betapa Allah ingin menyampaikan pesan kepada kita manusia seumumnya yang universal. Dan itulah yang menunjukkan bahwa Al-Qur'an sebagai petunjuk, sebagai pedoman di dalam wujud kauliyah dan wujud kauiniyah-Nya. 

Demikianlah, semuanya itu, yang ringkasnya disebut iqra', membaca tanda-tanda, termasuk membaca tanda-tanda yang ada dalam diri kita sendiri ...

Sekian, dan terima kasih. Salam Seimbang Universal indonesia Nusantara ....

*****

Kota Malang, April di hari ketiga, Dua Ribu Dua Puluh Empat.          

                     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun