Mohon tunggu...
Subagio Waluyo
Subagio Waluyo Mohon Tunggu... Dosen - Taruna

Subagio S Waluyo, Lahir di Jakarta, 5 Maret 1958, sudah berkeluarga (1 istri, 5 anak, dan cucu), Pekerjaan sebagai dosen di FIA Unkris (1988 sampai sekarang), Pendidikan Terakhir S2 Administrasi Publik, Alamat Rumah Jalan wibawa Mukti IV/22, RT003/RW017, Jatiasih, Kota Bekasi 17422

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Frasa "Bagaimana Nanti" Versus "Nanti Bagaimana"

11 Oktober 2019   10:36 Diperbarui: 12 Oktober 2019   13:56 1057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
olahan gambar pribadi penulis

Singkatnya, pendidikan di Indonesia hanya menghasilkan orang yang berkompeten di bidang keilmuannya (meskipun terkadang juga bisa diragukan), tetapi tidak bermoral, tidak berakhlak. Hampir di semua bidang kehidupan manusia ada saja orang yang masih memanfaatkan praktik-praktik ilegal dengan selalu menggunakan frase "bagaimana nanti (saja)".

Ternyata, frase "bagaimana nanti (saja)" tidak memberikan manfaat. Justru yang terjadi kebalikannya, yaitu lebih banyak mudharatnya. Apakah masih layak kita menggunakan frase jenis ini?

Frase "nanti bagaimana" jelas berbeda dengan "bagaimana nanti (saja)". Frase "nanti bagaimana" merupakan kebalikan dari "bagaimana nanti". Bukan hanya kebalikan dari posisi kata "bagaimana" dan "nanti" yang berbeda penempatannya, tetapi juga pola cara berpikirnya juga jelas berbeda.

Kalau "bagaimana nanti (saja)" cenderung orang yang menggunakannya berpikiran pragmatis, spekulatif, dan tidak mau mengambil risiko, dan (bahkan) tidak memiliki tanggung jawab, dalam "nanti bagaimana" orang yang menggunakannya adalah orang yang pasti punya penuh perhitungan. Orang yang menggunakannya bukan orang yang ragu-ragu atau plin-plan.

Bisa juga orang jenis ini adalah orang yang punya orientasi sehingga tidak ada keinginan di hatinya untuk berubah orientasi (disorientasi). Orang jenis itu adalah orang yang bisa membuat prediksi atau bisa juga mengaitkan antara sebab dan akibat. 

Karena tahu setiap kali berbuat (yang menjadi sebab) akan berbuah kebaikan atau keburukan, orang seperti ini adalah orang yang sudah memperhitungkan segala hal yang dilakukannya jauh-jauh hari agar tidak terjadi sesuatu yang tidak mengenakkan.

Alangkah indahnya hidup ini jika banyak orang yang bisa mencari akar permasalahan sebuah kejadian dengan menemukan faktor-faktor penyebabnya.

Karena menemukan faktor-faktor penyebab, orang seperti ini tidak akan mengulang pekerjaan yang sama agar tidak terjadi lagi ekses-ekses negatif yang pernah dia atau orang banyak lainnya mengalaminya. 

Dia juga bisa memprediksikan setiap hal yang diucapkannya atau yang diperbuatnya pasti akan memberikan dampak baik positif maupun negatif. Dia akan melakukan perencanaan secara matang segala hal yang akan dilakukannya sehingga diprediksikan tidak akan menimbulkan gejolak. Seandainya memang terjadi gejolak, dia bisa mengatasinya karena dia telah mempelajari ada banyak hal yang mungkin di luar perhitungannya. 

Sekali lagi siapapun orangnya, entah dia seorang pemimpin besar (presiden, gubernur, walikota/bupati) atau pemimpin kecil (kepala rumah tangga walaupun juga sebenarnya tergolong yang tidak mudah mengurus rumah tangga) kalau memang dalam melakukan pekerjaan selalu dimulai dengan niat yang baik, kemudian diteruskan dengan perencanaan yang matang, pasti orang seperti ini akan melakukan sebuah pertanyaan "nanti bagaimana".

Jenis pemimpin seperti ini Insya Allah bisa mewujudkan banyak pekerjaan yang sedikit memberikan ekses negatif karena selalu saja di benaknya digelayuti dengan pertanyaan "nanti bagaimana?". Berkaitan dengan itu perlu juga dipikirkan ke depan pemimpin bangsa ini yang peduli dengan nasib bangsa ini di masa depan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun