Selain itu suku Jawa juga dikenal sebagai suku yang patuh terhadap kepala suku/pimpinan, hal inilah yang kemudian dinamakan oleh Pramoedya Anatoerr sebut Jawanisme. Ungkapan Jawanisme digunakan oleh Paramoedya semenjak penjajahan masa kolonial Belanda yaitu "taat dan setia membabi buta pada atasan" kata Pram. Ketaatan dan kesetiaan ini membuat orang mudah bertekuk lutut pada rezim Belanda, Jepang dan sekarang Indonesia. Sedangkan suku Sunda positifnya memiliki budaya kerokan. Kerokan artinya tidak enakan, karena memiliki kedekatan emosional maupun kultural.
Dalam konteks budaya dan hubungannya dengan ekonomi bagi saya terletak pada budayanya. Di era modern kita tau semua masyarakat Indonesia cenderung berpikir instan sehingga memunculkan gaya hidup yang praktis. Jadi bagi saya keterkaitan antara konsumsi dengan jumlah kemiskinan tidak begitu berpengaruh sekalipun ada tidak akan begitu signifikan. Logikanya tidak mungkin orang langsung miskin karena membeli kopi ataupun rokok. Membeli rokok ataupun kopi di warung bagi saya suatu keniscayaan di era modern ini, toh kecil kemungkinan juga jika masyarakat harus kembali memproduksi kopi secara  tradisional ataupun kembali kepada rokok daun kawung (daun aren), seperti orang tua kita jaman dulu.
Apa itu Kurang Kadaek,?
Kurang Kadaek, adalah dialek bahasa Banten. Dalam bahasa Indonesia Kurang Kadaek dapat kita artikan pemalas atau orang yang bermalas-malasan. Dalam Kamus Bahasa Sunda (KBS) pemalas artinya males, atau kedul. Jadi dapat kita simpulkan bahwa kurang kadaek artinya pemalas, atau kurang memiliki kemauan/tidak memiliki kemauan. Pada konteks ini, orang Sunda cenderung bermalas-malasan, sedikit kerja dan kurang kemauan. Watak orang Sunda memang demikian, kurang memiliki kemauan dan selalu menjadi pekerja bukan pencipta lapangan pekerjaan.
Meskipun demikian, tidak semua orang Sunda memiliki sifat seperti tadi. Artinya di Banten juga banyak orang yang sukses, gigih, pekerja keras dan memiliki etos kerja yang tinggi. Namun biasanya budaya akan terus melekat dalam diri seseorang, tetapi jangan khawatir karena budaya itu adalah cara berfikir maka bisa kita rubah. Seperti dikatakan oleh Fahrudin Faiz, awalnya dari pikiran, kemudian tindakan, perilaku, kebiasaan, karakter dan menjadi nasib. Nah disinilah letak nasib yang dalam Islam dikenal sebagai nasib yang bisa dirubah melalui usaha.
Kemiskinan yang terjadi hari ini di Banten adalah disebabkan karena kurangnya kemauan atau pola pikir yang tidak maju, sebagai contoh Kabupaten Lebak yang pernah dijuluki sebagai kabupaten tertinggal. Hal ini dikarenakan sifat orang Sunda itu tadi yang dipertegas dengan budaya kerok (tidak enakan) serta memiliki mindset pekerja bukan pencipta lapangan pekerjaan atau dalam hal ini pengusaha (berdikari).
Lawan kata dari Kurang Kadaek adalah memiliki kemauan, banyak hal yang bisa dilakukan seperti pengembangan budaya pertanian dan pengelolaan tanah. Tanah di Indonesia sangat potensial, yang bisa dimanfaatkan. Tanah bisa kita manfaatkan untuk menanam bebagai jenis tanaman sebagai ketahanan pangan, minimalnya untuk menunjang kebutuhan sehari-hari seperti cabai yang sekarang ini melonjak tinggi, tomat, kacang-kacangan dan tanaman lainnya. Pemerintah juga diharapkan mendorongnya ke arah sana bukan hanya sekedar memberikan bantuan modal bagi UMKM atau menjanjikan lapangan pekerjaan melalui industri dan pembangunan.
Siapapun memiliki kesempatan untuk berubah, dan perubahan itu harus diawali dari diri kita sendiri sebagai makhluk yang berbudaya. Hal sederhana yang dapat kita lakukan melalu merubah pola pikir, pola pikir pekerja menjadi pola pikir pengusaha, ulet, rajin dan semangat dalam  belajar. Dalam situasi saat ini sangat relavan jika kita memulainya dengan berfikir positif dan melakukan hal positif sehingga sugesti negatif yang kita terima dari luar dapat terproteksi dan pada akhirnya memiliki keyakinan untuk memulai perubahan kearah yang lebih baik. Kemiskinan menurut saya adalah soal mental bukan hanya soal pendidikan rendah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI