Mohon tunggu...
Suaib Napir
Suaib Napir Mohon Tunggu... -

Direktur Mars Institute

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Heroik Pilpres 2019

9 Oktober 2018   13:35 Diperbarui: 9 Oktober 2018   13:48 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Robert A. Dahl, setelah membahas mengenai jaringan dari sebab-sebab, kemudian menyatakan bahwa :"No doubt  a complete explanation of influence relations in a political system would try to describe and explain effects attributable to all these links in the chain of social causation, and others as well". 

Pemahaman atas pernyataan Robert A. Dahl sebagaimana dikutip di atas akan membutuhkan kemampuan kognitif mengenai teori dan analisis jaringan sosial karena dalam pernyataan itu terkandung konsep-konsep mengenai influence relations, attributable, links, chain of social caucation, yaitu konsep-konsep yang biasa dipakai dalam teori dan analisis jaringan sosial.

Hidayat Nurhawid menyampaikan bahwa perilaku pemimpin nasional pun, sesungguhnya tidak berbeda jauh dengan massanya. Karena itu tumbuhnya kedewasaan politik di antara pemimpin nasional sangat dapat menyelamatkan bangsa ini dari kehancuran serta untuk menyelamatkan masa depan bangsa Indonesia sendiri. Untuk menyelamatkan bangsa ini mau tak mau pendidikan kewarganegaraan harus semakin dikembangkan. Sebagai contoh adalah melalui pendidikan kewarganegaraan di semua jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi yaitu pendidikan yang menyadarkan kita terhadap pluralitas dan keberagaman yang tinggi. Pluralitas ini begitu penting dan harus diutamakan.

Berpolitik tanpa kesadaran etika dan moral hanya akan melahirkan krisis kepemimpinan. Karena itu, sekarang yang diharapkan adalah adanya pencerahan dari kembalinya budayawan dan agamawan yang bermoral sehingga kita senantiasa kembali pada etika, moralitas, dan kebhinnekaan. Krisis kehidupan berbangsa dan bernegara, yang sedang dihadapi bangsa Indonesia, antara lain karena persoalan etika dan perilaku kekuasaan. Silang pendapat, perdebatan, konflik, dan upaya saling menyalahkan terus berlangsung di kalangan elite, tanpa peduli dan menyadari bahwa seluruh rakyat kita sedang prihatin menyaksikan kenyataan ini. Kemampuan membangun harmoni, melakukan kompromi dan konsensus di kalangan elite politik kita terkesan sangat rendah, tetapi cepat sekali untuk saling melecehkan dan merendahkan. Padahal untuk mengubah arah dan melakukan lompatan jauh ke depan, sangat diperlukan kompromi dan semangat rekonsiliasi.

Ada hal yang menarik saat ini yakni  media sosial, seperti facebook mengisi ruang poblik dalam membincang masalah politik dan sangat meningkat drastis, baik di dalam negeri maupun di tingkat Internasional. Media sosial mestinya menjadi ajang Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden untuk menjadi selebritis dan salah satu pusat untuk menggoda rakyat agar mendapat pilihan-pilihan dari rakyat yang dapat merubah nasib caleg menjadi bermartabat.

 Menurut hemat saya, aksi itu adalah bahagian dari rekayasa para aktor-aktor politik Capres-Cawapres dua pasangan dengan sistem yang dibangun menurut saya tidak menempatkan etika dalam ruang publik. Kalaupun ada yang bisa menempatkan etika, itu berarti hanya sebagian kecil saja. Karena selama ini  sudah menggurita kejadian yang bersifat pragmatisme aktor-aktor politik yang brengsek dalam mengisi ruang publik. Bagaimana tidak, yang tidak mungkin dilakukan berubah menjadi janji yang begitu mudaht diucapkan para Capres-Cawapres kemasyarakat. Ini memang sudah merusak sendi kehidupan berpolitik, berbangsa dan bernegara, sehingga etika politik tidak mengisi ruang publik untuk membawa kesejahteraan rakya rakyat, tapi yang terjadi adalah banyak janji-janji manis yang berubah menjadi kebohongan publik.

Untuk menghindari itu, berbagai pandangan peranan negara sebagai dipaparkan diatas, dapat diklasifikasikan dalam berbagai kategori, yaitu peranan negara bersifat pengaturan, peran negara berkaitan dengan kemajuan ekonomi, peran negara berkaitan dengan kesejahteraan sosial dan keamanan, serta peran negara untuk bekerja sama antar negara. Kajian tentang peranan negara diperlukan pendekatan multidisipler, perkembangan masyarakat mempengaruhi corak dinamika peranan negara. Demokratisasi sangat mempengaruhi dinamika peranan negara, namun demokrasi mengalami banyak tantangan di era globalisasi yang berakibat negaranegara kuat atau besar ada kecenderungan memiliki pengaruh terhadap negara berkembang sehingga melemahnya peran negara di negara berkembang.

Dalam presfektif empiris kehidupan civil society juga etika dalam berprilaku menentukan sikap-sikap politik juga ikut serta dalam dinamika kebobrokan yang sudah terjadi, begitupun dengan sistem kepartaian. Ujung tombak Pendidikan politik seharusnya partai politik, karena dalam UU Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu itu diatur bahwa pendidikan wajib dilakukan oleh partai politik. Realitasnya terlihat bahwa pendidikan politik jarang dilakukan, sehingga untuk menegakkan nilai-nilai dari etika politik dalam ruang publik menjadi sesuatu yang boleh dikata buah simalakama.

Pasca-reformasi dari awalnya banyak harapan rakyat yang ditumpukan kepada negara agar negara mampu berperan sebagaimana diamanatkan UUD 1945, namun demikian setelah bergulirnya reformasi selama lebih 10 tahun kepercayaan masyarakat pada kemampuan negara mengelola berbagai permasalahan tampaknya menipis.  Sultani (2011) mengungkapkan dispartitas yang tinggi antara problem dan tingkat kepuasan terhadap penanganan masalah bangsa menunjukkan komponen kenegaraan belum optimal menangani berbagai masalah, negara terkesan tidak memiliki pijakan yang kuat sehingga kerap tergagap dalam menghadapi problem penting yang muncul, sering persoalan dibiarkan mengambang tanpa penyelesaian bersifat substansial, seperti masalah korupsi dan kemiskinan adalah problem yang besar, negara bersikap defensif dalam menghadapinya persoalan pada Bank Century, mafia pajak, mafia hukum dan lainlainnya yang berakhir dengan antiklimaks. Dalam persoalan kemiskinan, negara tidak hanya cenderung menampilkan agregat kenaikan pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi negara juga hadir menyelesaikan jurang kaya--miskin yang semakin mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun