Mohon tunggu...
stevia oka zaki
stevia oka zaki Mohon Tunggu... Ilmuwan - Tholabul 'ilmi fii sabilillah

Dimana ada kemauan pasti ada jalannya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Harun Ar-Rasyid sebagai Khalifah Besar dan Cemerlang Bani Abbasiyah

19 Oktober 2019   00:31 Diperbarui: 19 Oktober 2019   00:37 1604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siapa yang tidak tahu Harun ar-Rasyid nama yang selalu terkenang dalam sejarah Islam terutama pada masa Bani Abbasiyah. Bani Abbasiyah memiliki sembilan khalifah pada masanya namun tidak semua khalifah Bani Abbasiyah dapat menorehkan tinta emas sebagaimana khalifah-khalifah Bani Abbasiyah sebelumnya. Dari kesembilan khalifah Bani Abbasiyah khalifah yang mencetak prestasi-prestasi terbaik pada masa kekhalifahannya hanya lima khalifah saja. Lima khalifah ini dianggap khalifah besar diantaranya adalah Abu al-Abbas as-Saffah, Abu Ja'far al-Mansur, al- Mahdi, Harun ar-Rasyid, dan al-Ma'mun. Khalifah selanjutnya yakni keempat khalifah yang dianggap kurang mampu memimpin serta menjayakan kekhalifahannya adalah al-Hadi, al-Amin, al- Mu'tashim, dan al- Watsiq.

Dalam artikel ini penulis akan memfokuskan tulisannya pada salah satu khalifah besar yang sudah berhasil memimpin, besar jasanya, serta menjayakan kekhalifahannya di Bani Abbasiyah yaitu sosok Harun ar-Rasyid. Harun ar-Rasyid merupakan salah satu adik dari keempat khalifah yang kurang mampu dalam memimpin kekhalifahan Bani Abbasiyah yaitu al-Hadi. Dikatakan tidak populernya al-Hadi menjadi khalifah Bani Abbasiyah karena memang pada saat itu masa kepemimpinan al-Hadi terbilang sangat singkat yaitu hanya berlangsung selama satu tahun satu bulan dua puluh hari. Ketika al-Hadi tengah menjabat sebagai khalifah Bani Abbasiyah, adiknya yaitu Harun ar-Rasyid berusaha merebut takhta al-Hadi kakaknya. Ibu dari keduanya berusaha untuk memisahkan mereka agar tidak terjadi peristiwa yang tidak diinginkan akibat Harun ar-Rasyid yang menjadi saingannya al-Hadi bersikeras merebut takhta al-Hadi. Al-Hadi karena takut tersaingi oleh adiknya sendiri yaitu Harun ar-Rasyid sampai menghilangkan hak adiknya menjadi penggantinya itu dengan cara mengangkat anaknya al-Hadi sendiri yaitu Ja'far.

Karena dilanda ketakutan yang amat sangat al-Hadi pun berinisiatif memenjarakan penasihat dan pendidik utama Harun ar-Rasyid yaitu Yahya bin Khalid serta beberapa orang penting dan berpengaruh yang dianggap dapat menggagalkan rencananya. Harun ar-Rasyidpun merasa tidak suka dengan berbagai trik kakaknya itu dan maneuver khalifah, peristiwa ini menjadikannya harus melarikan diri dari ibu kota untuk menyelamatkan dirinya. Tak lama berita duka sampai ketelinga Harun ar-Rasyid sehingga menjadikannya harus pulang ke Baghdad untuk menggantikan posisi kakaknya sebagai khalifah yaitu al-Hadi yang meninggal dunia.

Setelah kekhalifahan al-Hadi digantikan oleh adiknya banyak perubahan yang terjadi dan terlihat berbagai peningkatan di berbagai bidang khususnya bidang ilmu pengetahuan. Menurut Didin Saefuddin Buchori, 2009 dalam karyanya Harun ar-Rasyid memerintah selama 23 tahun dan membuat dinasti ini mencapai kemajuan dan kejayaan di bidang politik, ekonomi, perdagangan, ilmu pengetahuan, dan peradaban Islam. Harun ar-Rasyid menjadi mashur dan karena kemashurannya namanya sampai disebut di berbagai buku sejarah. Salah satu buku sejarah yang mencantumkan namanya dan takjub akan pemerintahannya sebagaimana yang dikutip penulis dari buku Didin Saefuddin Buchori, 2009 adalah Encyclopedia Americana. Encyclopedia Americana mengomentari pemerintahan Harun ar-Rasyid sebagai berikut:

"Harun's reputation was for a long time inflated and idealized in both East and West, perhaps largely because of his legendary role as a figure in some of the tales in The Arabian Nights. The Caliphate reached its peak, of power, wealth, and culture in this time."

(Nama Harun dalam masa yang begitu lama amat termashur dan menjadi buah bibir, baik di Timur maupun Barat, mungkin sebagian besarnya disebabkan karena ia merupakan tokoh legendaris dalam sebagian kisah Seribu Satu Malam. Khalifah mencapai puncak kekuasaan, kemakmuran, dan kebudayaan pada masanya).

Tidak hanya satu buku sejarah saja nama Harun ar-Rasyid tercantum di dalamnya. Namanya disebut lagi di salah satu buku yaitu Historian's History of The World (Vol VIII) dikutip langsung dari buku karya Didin Saefuddin Buchori, 2009.

"The magnificence of all previous reigns paled before that of Harun ar-Rasyid; Harun the just. This famous potentiate, in whom the peculiar genius of the Arab race seems to have reached its highest development, merits particular mention among vicegerents of Mohammad. Brafe, generous, and magnanimous, be resisted all temtations to use despotically his supreme power over a people who ever murmured at his will, and governed with a sole view to assuring the happiness of his will, and governed with subjects." 

(Keagungan semua kekuasaan telah suram di hadapan Harun ar-Rasyid. Harun sangat adil. Penguasa termashur ini, yang pada masanya kecakapan khusus bangsa Arab mencapai perkembangan yang sangat tinggi, memiliki keistimewaan di antara para penguasa yang menggantikan Muhammad: gagah berani, dermawan, dan sangat agung. Ia menolak setiap rayuan untuk memanfaatkan rayuan kekuasaan tertinggi yang berada di tangannya itu secara sewenang-wenang terhadap rakyat yang tidak pernah menggerutu atas setiap kehendaknya. Ia juga memerintah dengan penuh perhatian untuk kebahagiaan rakyatnya).

Tak heran jika Harun ar-Rasyid memiliki minat yang tinggi dalam ilmu pengetahuan ini karena Harun ar-Rasyid dibentuk dalam pendidikan istana. Pendidikan yang ia dapat tidak hanya yang bersifat duniawi saja ilmu pemerintahan hingga agamapun ia dapatkan dari dalam istana. Pendidikan ia dapatkan dari seorang guru yang bernama Yahya bin Khalid, sang guru adalah keturunan keluarga yang sudah terkenal kecerdasannya yaitu Barmak. Guru Harun ar-Rasyid bukanlah sembarang guru melainkan guru yang cerdas, fasih berbicara, dan mempunyai kepribadian yang tinggi (Didin Saefuddin Buchori, 2009). Yahya sangat berpengaruh besar bagi orang di sekitarnya sehingga selain dijadikan guru pribadi oleh Harun, Yahya kerap dipanggil oleh muridnya "ayah" karena kasih sayangnya yang dalam kepada sang guru.

Sejak saat itu ketika Harun ar-Rasyid terjun dalam dunia pemerintahan beliau masih terbilang dalam usia sangat muda. Hubungan dengan para tokoh ilmuwan, ahli hukum, sejarawan, penulis, qari dan seniman sangat baik. Hubungan baiknya dengan berbagai tokoh dan ahli tidak hanya sekedar hubungan baik saja Harun ar-Rasyid juga kerap mengundang mereka untuk mendiskusikan berbagai permasalahan yang terjadi. Banyak orang yang mengagumi sifat baiknya mulai dari lapisan masyarakat tertentu hingga masyarakat umum. Selain minatnya yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan, Harun ar-Rasyid juga gemar beribadah. Menurut Didin Saefuddin Buchori,2009 yang mengutip as-Suyuthi, setiap hari ia melakukan shalat seratus rakaat, melakukan ibadah haji, serta melakukan ibadah umrah dua kali setahun dengan berjalan kaki dari Baghdad ke Mekkah. Bila ia pergi beribadah haji, para ulama dan anaknya menyertainya. Bila tidak pergi, ia menghajikan tiga ratus orang dengan biaya penuh dari istana.

Harun ar-Rasyid juga tidak lupa memikirkan keamanan dan kesejahteraan rakyat. Harun ar-Rasyid sangat mencintai masyarakat sipil yang ada di wilayah dimana ia berkuasa sehingga tidak heran jika ia sangat menjaga serta melindungi masyarakatnya dari berbagai serangan dan ancaman eksternal. Tidak hanya itu, Harun ar-Rasyid juga selalu menghargai perbuatan baik setiap orang, juga tidak mengulur-ulur waktu pembayaran upah, dan terkenal pemurah hati. Memang apa yang dibaca seseorang akan menjadi cerminan bagi dirinya begitu pula dengan apa yang telah dibaca oleh Harun ar-Rasyid. Harun ar-Rasyid merupakan salah satu khalifah yang mencintai ilmu dan intelektualnya yang tinggi menjadikannya buku sebagai sahabat dalam hidupnya. Menurut Didin Saefuddin Buchori,2009 ia banyak membaca buku filsafat Yunani, fikih, dan hadis. Bacaan-bacaan itu telah membentuk karakternya menjadi seorang yang bijaksana.

Harun ar-Rasyid sejak kecil memang sudah dididik di dalam istana oleh keluarga Barmak. Keluarga Barmak didatangkan oleh ayah Harun ar-Rasyid karena ayahnya tahu bahwa keluarga Barmak memang terkenal dengan kecerdasannya. Sejak Harun ar-Rasyid menjabat menjadi khalifah menggantikan posisi kakaknya al-Hadi, beliau mengangkat Yahya bin Khalid sebagai tangan kanannya yaitu menjadi wazir dengan kekuasaan penuh diserahkan kepadanya.

Harun ar-Rasyid berhasil memperluas wilayahnya seluas mungkin pada masa pemerintahannya. Kekuasaanya yang terbentang dari daerah-daerah Laut Tengah di sebelah barat sampai India di sebelah Timur. Kekuasaan Harun ar-Rasyid pada masa itupun di luar dugaan karena pada masa itu kekhalifahannya berhasil meraih kejayaan. Puncak kejayaan pemerintahan Bani Abbas berada pada masa khalifah Harun ar-rasyid dan putranya, al-Ma'mun, yang disebut "Masa Keemasan Islam (The Golden Age of Islam)". Pada tahun 184 H / 800 M, Baghdad telah menjadi kota metropolitan dan kota utama bagi dunia Islam, yakni sebagai pusat pendidikan, ilmu pengetahuan, pemikiran, peradaban Islam, serta pusat perdagangan, ekonomi, dan politik (Didin Saefuddin Buchori,2009).

Namun, di dunia ini tiada yang abadi sehingga kejayaan Bani Abbas setelah digenggaman oleh para lima khalifah besar salah satunya Harun ar-Rasyid harus sirna ditelan oleh waktu. Empat khalifah setelahnya yang berkiprah pada masa pemerintahan Bani Abbas mengalami kemunduran bahkan kehancuran.

Berbagai sifat para khalifah yang tidak lagi mencerminkan suri tauladan serta semangat memperjuangkan negerinya terlihat pada masa kekhalifahan al-Amin, salah satu putra Harun ar-Rasyid.  Al- Amin adalah putra Harun ar-Rasyid dari istinya yang bernama Zubaidah, seorang wanita keturunan Arab. Sifat yang dimiliki al-Amin sangatlah berbeda dengan al-Ma'mun sehingga Harun ar-Rasyid sebagai ayahnya saja lebih mengagumi al-Ma'mun daripada al-Amin. Keduanya memiliki kepribadian yang saling bertolak belakang al-Ma'mun lebih berpengetahuan luas, memiliki sifat pemaaf, dan kurang tertarik dengan sesuatu yang sifatnya sia-sia seperti senda gurau dan hiburan yang berlebihan. Al- Ma'mun adalah anak dari wanita Persia bernama Marajil. Sedangkan al-Amin lebih suka bersenda gurau dan bermain. Melihat al-Amin yang lebih suka mengutamakan kegemarannya, akhirnya urusan kenegaraanpun  menjadi berantakan dan terbengkalai.

Tibalah masanya dimana dinasti Bani Abbasiyah diambang kemunduran dan kehancuran. Melihat pemberontakan terjadi dimana-mana akibat kekhalifahan setelah lima khalifah besar Bani Abbas harus tergantikan dengan khalifah yang kurang cakap dan lebih mementingkan kegemarannya. Sebenarnya lima khalifah besar tidak melulu berurutan berdasarkan masa jabatan yang ditempuhnya. Al-Hadi yang merupakan khalifah sebelum Harun ar-Rasyidpun juga termasuk ke dalam empat khalifah Bani Abbas yang tidak populer. 

Berikut beberapa faktor kelemahan yang menjadikan Bani Abbasiyah mundur dan hancur menurut buku karya Didin Saefuddin Buchori, 2009 pertama, luasnya wilayah kekuasaan. Akibatnya, sulit bagi khalifah dalam mengontrol kekuasaan di daerah. Kedua, munculnya dinasti-dinasti kecil yang ingin memisahkan diri. Ini adalah dampak yang harus dihadapi dari sulitnya mengontrol daerah-daerah kekuasaan yang jauh dari pusat. Ketiga, kelemahan kepemimpinan para khalifah pengganti. Sebagaimana diutarakan di atas bahwa masa kemajuan Daulah Abbasiyah dialami ketika dipimpin oleh lima khalifah pertama, yaitu as-Saffah, al-Mansur, al-Mahdi, ar-Rasyid, dan al-Makmun.

Keempat, moral dan gaya hidup para khalifah yang kurang mementingkan masalah kenegaraan. Ada beberapa khalifah yang lebih mementingkan kegemaran daripada mengelola negara. Kelima, aneksasi oleh penguasa lain, dalam hal ini dilakukan oleh Dinasti Buwaih dan Dinasti Saljuk. Keenam, akhirnya kelemahan demi kelemahan yang dialami Abbasiyah menemui riwayat akhirnya setelah terjadi serbuan bangsa Mongol yang mengakhiri kekuasaan Abbasiyah pada tahun 1258 M. Serbuan ini dipimpin oleh Hulaghu Khan yang membumiratakan Baghdad, membakar bangunan dan gedung-gedung, membuang buku-buku karya-karya intelektual Muslim di perpustakaan, dan membunuhi para penduduk Baghdad yang tidak berdosa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun