Mohon tunggu...
Rakha Stevhira
Rakha Stevhira Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan fakultas ushuluddin jurusan akidah dan filsafat Universitas Al-Azhar Kairo Mesir

Peminat kajian sufistik dan pemikiran islam

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Thaharah Batin (Kontemplasi 3)

8 April 2024   20:15 Diperbarui: 8 April 2024   20:18 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
perpus.man2probolinggo.sch.id

Ketiga, adalah hadlrah rohaniah, yaitu kehadiran atas kerahasiaan dari roh kita terhadap Tuhan setelah kita bisa konsisten terjaga pada hadlrah sebelumnya. Mereka yang mencapai kondisi ini disebut sebagai al-mutamakkinun yaitu mereka yang menetap pada kondisi puncak kebatinannya bersama Tuhan dan selalu terjaga disana.

Dari sekian kondisi yang sudah disebutkan, pada akhirnya kita akan tetap kembali pada perkataan Ibnu ‘Ajibah diawal, bahwa penyucian diri secara batin atau dalam hal ini adalah hati merupakan suatu keniscayaan disaat kita ingin mulai untuk memasuki ruang kehormatan Tuhan atau hudhur.

Untuk lebih dalam menjelaskan mengenai penyucian diri secara batin dan kejiwaan ini, mengutip pada perkataan guru kami Syekh Muhanna, ketika beliau memberikan pengertian dasar mengenai tasawuf. Pertama adalah takhalli, yaitu bagaimana kita membersihkan diri kita dari sifat-sifat tercela. Sebuah penyucian jiwa dari sifat-sifat tercela serta sifat-sifat kecintaan kita terhadap dunia seperti materi dan syahwat.

Kedua adalah tahalli, yaitu bagaimana kita menghiasi diri kita dengan sifat-sifat yang baik. Pada kondisi ini kita harus mengisi hati kita dengan segala selalu sesuatu yang bukan selain Tuhan. Seperti berfokus atau berusaha untuk hudhur kepada Tuhan seperti penjelasan sebelumnya. Dan ketiga adalah tajalli, yaitu dimana setelah 2 proses sebelumnya selesai maka tampaklah keesaan Tuhan dihadapan kita.

Pada akhirnya kita semua akan kembali kepada Tuhan. Maka perjalanan kebatinan yang sudah bersama-sama kita sampai pada puncak hikam bagian ini adalah upaya dari diri kita untuk memulai hal tersebut, perjalanan menuju Tuhan.

Dari semua ini kita benar-benar memahami betapa sulit dan tidak mudahnya melakukan perjalanan ini. Untuk menjadikan kita sebagai pribadi yang tidak ­grasak-grusuk atau hanya ingin instannya saja. Segala sesuatu perlu sebuah proses, ada tahapannya step by step atau dilakukan secara gradual, begitupun dengan perjalanan kebatinan atau spiritual journey yang sedang kita bahas dari hikam pertama hingga hikam ke-lima belas ini. 

Sebetulnya hikam bagian ini bukanlah akhir karena secara keseluruhan jumlah hikam Ibnu ‘Atha’illah mencapai ratusan. Tapi setidaknya dengan 15 hikam ini aku ingin berusaha memperkenalnya kepada banyak kalangan awam dengan menggunakan pendekatan kontemporer, dari kondisi psikis hingga sosiologis. Karena guru kami Maulana Syekh Yusri, ketika ditanya bahwa kitab apa yang paling utama untuk dipelajari untuk para pembelajar awal tasawuf, beliau mengatakan dengan menyebutkan 3 kitab. Yaitu risalah al-qusyairiyyah, manazilu assairin, dan kitab hikam li ibni atha’illah as-sakandary.

29 Ramadhan 1445 H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun