Mohon tunggu...
Rakha Stevhira
Rakha Stevhira Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan fakultas ushuluddin jurusan akidah dan filsafat Universitas Al-Azhar Kairo Mesir

Peminat kajian sufistik dan pemikiran islam

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Perwujudan Atau Manifestasi Tuhan Atas Penderitaanmu

25 Maret 2024   20:15 Diperbarui: 31 Maret 2024   17:29 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menariknya aku ingin sedikit memberikan sedikit titik temu dari tema kali ini antara seorang sufi dan seorang mutakalim (teolog).

Sebagaimana kita ketahui bahwa perbedaan diantara mereka sangatlah kontras, yang satu menggunakan pendalaman mistis untuk memahami Tuhan sedangkan yang lainnya menggunakan akal.

Pada posisi ini seorang sufi mengartikan bahwa penderitaan atas kegagalan dan kesakitan adalah anugerah Tuhan yang perlu kita sambut dengan senang dan gembira. Atau dengan kata lain bahwa pengalaman buruk atas kejadian yang kita alami adalah suatu kebaikan dari Tuhan.

Untuk menjelaskan kesamaan posisi seorang teolog, aku ingin sedikit membuka dengan pertanyaan "apakah setiap penderitaan itu datang dari Tuhan? Jika ya, maka apakah Tuhan menjadi buruk karena meniscayakan keburukan terhadap manusia, atau jika tidak maka apakah ada kekuatan lain yang menciptakan keburukan itu?"

Cukup pelik namun menjadi asyik ketika kita mengetahui jalan tengah untuk memecahkan pertanyaan tersebut. Karena para teolog pun menjadikan tema ini sebagai diskusi yang tidak menemui titik akhir kebenaran, tapi setidaknya hanya mendekati.

Dalam pandangan para teolog dalam tataran bagaimana Tuhan menciptakan sesuatu tidak ada yang buruk. Semuanya adalah kebaikan. Menjadi buruk ketika sampai pada tataran manusia ketika menyikapi sesuatu tersebut dengan ketidakpuasan dan keangkuhan hawa nafsunya.

Jadi, pada hakikatnya semua yang datang dari Tuhan adalah kebaikan, baik menurut sufi ataupun teolog. Tetapi cara peyederhanannya yang berbeda. Seorang teolog menyederhanakan hanya sampai batas tataran ontologis yang berdasarkan rasio dan logika.

Sedangkan seorang sufi menyederhanakannya pada tataran aksiologis, yaitu berdasarkan bagaimana respon manusia yang menyandarkan pada pengalaman kejiwaan atau batin yang mana sangat cocok untuk disampaikan lebih luas kepada masyarakat secara umum.

Dalam hal menjelasakan manifestasi ini atau lebih banyak disebut sebagai faydun min fuyudillah para logikawan masih hanya sampai pada tataran teoritis saja, karena pada ranah praksis hanya mereka yang mengenal Tuhan lewat ilmu mistis islam atau tasawuf inilah yang dapat lebih mengejewantahkan hakikat sesungguhnya dari perkataan tajaliy yaitu penampakan wujud Tuhan kepada hamba-Nya.

Kembali pada hikam, bahwa sekali lagi mengenai keterbukaan Tuhan atas hamba-Nya adalah sebuah kesempatan yang sangat langka untuk kita dapat dapatkan, karena pada waktu tersebut Tuhan secara langsung ingin menyingkap diri-Nya untukmu. Maka sambutlah dan bergembira atasnya, sebagaimana yang dinasihatkan oleh para sufi terkemuka.

Terdapat pesan penting pada bagian akhir yang ingin sampaikan oleh Ibnu Ajibah bahwa semuanya kembali lagi tergantung bagaimana kita menyikapinya! Tergantung respon kita bagaimana. Gurunya guru beliau yaitu Ibnu Arabi berkata "hanya terdapat satu hakikat kebenaran, jika kau meminum madu maka yang ada dihadapanmu adalah madu dan jika kau meminum susu maka yang ada dihadapanmu adalah susu".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun