Mohon tunggu...
Steven Polapa
Steven Polapa Mohon Tunggu... -

sederhana dalam bersikap, kaya dalam karya... pernah menjadi jurnalis koran, radio dan terakhir menjadi reporter Indosiar hingga akhirnya memilih jalan hidup dengan menjadi Oemar Bakrie pada sebuah sekolah dasar di daerah terpencil

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mantan Pacar Menuju Pelaminan

20 Juli 2010   09:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:44 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[gallery]

Teman-teman kompasiana yang saya hormati. Saya hendak bertanya satu hal.
Apa yang akan kita lakukan saat mendapat undangan resepsi pernikahan mantan pacar yang pernah, masih, dan akan terus selalu melekat di hati dengan selaksa cinta tak berbatas? Merobek-robek dan membuangnya ke tempat sampah, atau menyiapkan pakaian terbaik untuk mendatanginya di hari bahagianya? Berat juga ya... sebuah pilihan yang harusnya kita dapat bijaksanai dalam berbagai hal.
Saya mau sekedar berbagi pengalaman dulu dengan teman-teman. Dipenghujung tahun 2008 kemarin, saya mendapat sepucuk undangan yang kemudian disusul dengan pesan singkat via ponsel, mengenai resepsi pernikahan mantan pacar saya.
Terus terang saja, sampai dengan saat itu (detik-detik menjelang sang mantan naik ke pelaminan) saya masih terus berharap untuk dapat menjalani hubungan dengannya. Saya merasakan, akan selalu ada tempatnya dihati ini. Begitulah yang terlintas dalam benak ini, hingga akhirnya saya sadar bahwa hal yang mustahil untuk mendapatkannya lagi. Karena kondisi dan situasilah yang ‘memaksa’ saya untuk berpisah dengan sang mantan tersebut.
Mengapa sampai saya katakan “memaksa”??? saya tidak bermaksud memvonis sang mantan bahwa dia salah dan saya yang benar. Namun, hanya karena kehadiran pihak lain sajalah yang memaksa sang mantan untuk hengkang kepemilikan ini (wuih,,, kayak istilah transfer antar pemain dalam dunia sepakbola saja... hehehehe). Habis manis sepah dibuang, mungkin itulah ungkapan yang layak saya gambarkan terhadap semua kejadian ini. Anehnya, saya tidak bisa marah, saya tidak merasakan sakit hati, apalagi sampai menaruh dendam terhadap sang mantan. Menerima realita (kenyataan) bahwa orang yang kita cintai sudah pergi meninggalkan kita, bukan berarti kita lantas melunak dan kehilangan gairah. Betul tidak?
Pada hari pernikahan, saya tetap saja datang. Hanya sekedar memenuhi undangan. Disaat menyaksikan sang mantan tengah bersanding dengan laki-laki lain pilihannya, ada sejuta rasa yang sementara bergemuruh dalam hati ini. Tapi saya tidak tahu rasa apa itu, pokoknya rame... (kayak permen nano) hehehehe... Saat menyalaminya, dalam hati saya mengucap lirih ungkapan selamat serta mendoakan terhadap hubungan sepasang pengantin.
Mari kita tunjukkan bahwa kita juga punya jalan kehidupan sendiri yang tengah ditapaki. Jangan terlihat sendu, apalagi sedih dan menyesal. Kalau perlu saat menjalani hidup itu dengan “menyakiti” mantan Anda… Bukan sebagai bentuk balas dendam, melainkan wujud tanggung jawab pada anugerah hidup yang harus dijalani dengan sebaik mungkin.

http://www.facebook.com/pages/Steven-Shinoda-Polapa/100446831971

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun