Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Karakteristik Gereja

1 September 2018   21:55 Diperbarui: 1 September 2018   22:32 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Model gereja seperti ini hanya selaras dengan model kepemimpinan yang menghamba (servant-leadership). Model kepemimpinan ini merupakan salah satu keunikan kekristenan (Mat. 20:25-28) yang bersumber dari teladan Yesus Kristus (Yoh. 13:1-15; Flp. 2:6-8), lalu diteruskan oleh para rasul (1Kor. 9:19-22). Keberhasilan dari model ini diukur berdasarkan beberapa pertanyaan berikut ini.

  1. Apakah orang yang dilayani bertumbuh sebagai pribadi?
  2. Apakah mereka - tatkala dilayani - menjadi lebih sehat, bijaksana, dan lebih bebas, sehingga nantinya juga menjadi pelayan?
  3. Apakah dampaknya bagi kelompok yang terkecil dalam masyarakat?
  4. Apakah mereka mendapatkan manfaat positif atau, minimal, tidak menjadi lebih buruk?

Ada empat manfaat kepemimpinan yang menghamba bagi pembentukan gereja yang menggerakkan jemaat.

  • Memberikan contoh konkret bagaimana melayani

Apa yang dilihat secara langsung seringkali lebih persuasif daripada yang diajarkan secara verbal. Jemaat akan termotovasi atau, paling tidak, mendapatkan ide bahwa pola pelayanan seperti itu bukanlah sekadar impian. Ada orang yang sudah lebih dahulu berhasil melakukannya.

  • Mencetak para pelayan yang menghamba

Tujuan dari kepemimpinan yang menghamba adalah membuat orang lain menjadi lebih baik. Salah satunya memiliki hati dan sikap seorang hamba. Para pemimpin yang menghamba melahirkan pemimpin-pemimpin baru yang sejenis.

  • Membentuk kultur yang suka melayani

Apabila sebuah contoh konkret diikuti oleh banyak orang, contoh itu telah menjelma menjadi bagian dari kultur. Semua orang mengadopsi prisnip dan praktik yang ada. Mereka menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan bersama. Tanpa tekanan. Tanpa paksaan. Apa yang sebelumnya perlu dipelajari dan dilatih, kini sudah menjadi kebiasaan yang alamiah.

  • Menumbuhkan kerja sama tim

Pemimpin yang menghamba tidak hanya ada di depan untuk menunjukkan jalan dan memberikan arahan. Ia juga berada di tengah untuk bekerja sama dengan yang lain. Ia pun ada di belakang untuk memberikan semangat dan dorongan. Sikap seperti ini merupakan katalisator bagi kemitraan dan kerja sama tim yang lebih padu.

Pemuridan dalam skala kecil

Gereja memang kumpulan orang percaya. Namun, gereja lebih merupakan persekutuan daripada perkumpulan. Karena itu, gereja yang menggerakkan jemaat pasti mengedepankan pemuridan.

Yang dipentingkan adalah sebuah komunitas sebagai tempat berbagi kebenaran dan kehidupan kepada sesama dalam lingkup yang kecil. Kebenaran firman Tuhan bukan hanya digali, tetapi dibagi melalui diskusi dan pergumulan diri. Bukan hanya memuaskan rasa ingin tahu, tetapi mengembangkan diri secara menyeluruh dan utuh. Setidaknya ada empat manfaat pemuridan:

  • Membuka ruang bagi jemaat untuk menggumulkan firman Tuhan secara lebih praktis, spesifik, dan mendalam. Pertanyaan dijawab, kebingungan dijernihkan.
  • Membuka ruang bagi keterlibatan jemaat. Tidak semua jemaat mendapatkan kesempatan untuk melayani di gereja atau perkumpulan yang besar. Lagipula, beberapa karunia atau talenta yang dimiliki seseorang belum tentu cocok dengan kebutuhan ibadah. Misalnya, orang-orang tertentu yang diberi karunia menasihati (Rm. 12:8a) belum tentu pandai berbicara di depan umum.
  • Melengkapi jemaat secara efektif. Jemaat terlibat secara aktif melalui diskusi, kesakisan, dukungan, dan penggunaan karunia tertentu yang relevan.
  • Berfokus pada aspek manusia. Detail liturgi tidak lagi diributkan. Tidak ada kebutuhan yang berlebihan terhadap ruangan yang besar, musik yang indah, maupun panggung yang mewah. Pelayanan terasa lebih sederhana. Fokus lebih jelas dan benar: manusia!

Pertanyaan

  • Dari antara 9 karakteristik yang ada, berapa banyak yang sudah ditunjukkan oleh gereja Anda?
  • Karakteristik mana yang paling dominan dalam gereja Anda? Mengapa?
  • Karakteristik mana yang paling lemah dalam gereja Anda? Mengapa?

Bacaan penting:

  • Dr. Melvin Steinbron, The Lay Driven Church: How to Empower the People of Your Church to Share the Tasks of Ministry (Eugene: Wipf and Stock, 2004).
  • Sue Mallory, The Equipping Church: Serving Together to Transform Lives (Grand Rapids: Zondervan, 2001).
  • D. M. Lindsay, Friendship: Creating a Culture of Connectivity in Your Church. Gallup Research (Loveland: Group Publishing, et al. 2005).
  • Rick Warren, The Purpose Driven Church: Every Church Is Big in God’s Eyes (Grand Rapids: Zondervan, 1995).
  • R. Paul Stevens & Phil Collins, The Equipping Pastor: A System Approach to Empowering the People of God (Washington: Alban Institute, 1993).
  • Robert K. Greenleaf, Servant Leadership: A Journey into the Nature of Legitimate Power and Greatness (Mahwah, NJ: Paulist, 2002).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun