Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Alkitab dan Alat Kontrasepsi

1 Maret 2018   08:39 Diperbarui: 2 Juli 2018   17:59 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentang argumen terakhir sehubungan dengan penyalahgunaan alat kontrasepsi dalam seks bebas, kita harus membedakan antara esensi dan ekses. Esensi berarti sesuatu yang mendasar dan pada dirinya sendiri. Ekses berarti hal-hal berlebihan. Yang perlu ditandaskan terlebih dahulu adalah esensi. Apakah alat kontrasepsi pada dirinya sendiri merupakan sesuatu yang negatif? Apakah semua jenis penggunaan alat ini adalah keliru? Jika jawaban terhadap dua pertanyaan ini adalah “tidak,” maka fokus perdebatan tampaknya telah digeser dari esensi menjadi ekses.

Segala sesuatu yang berlebihan memang buruk. Ini bahkan terjadi pada hal yang baik sekalipun. Penyalahgunaan alat kontrasepsi untuk seks bebas tidak boleh dijadikan alasan untuk melarang alatnya. Sama seperti pembunuhan dengan menggunakan pisau tidak akan digunaan sebagai alasan untuk melarang penggunaan pisau secara umum, demikian pula dalam kasus penyalahgunaan alat kontrasepsi untuk seks bebas.

Untuk menghindari kesalahpahaman, saya perlu menegaskan bahwa semua penjelasan di atas tidak dimaksudkan sebagai pelarangan untuk memiliki banyak anak. Bagi kita yang diberi kapasitas untuk itu, alangkah baiknya jika kita mengoptimalkannya. Mengapa memilih jumlah anak yang sedikit apabila kita memang mampu merawat dan mendidik lebih banyak? Saya juga tidak mendukung kecenderungan orang-orang modern yang tidak mau memiliki anak hanya sekadar untuk menghindari kerepotan. Mereka ingin menikmati hidup dengan pasangan tanpa diganggu oleh kehadiran anak-anak. Mentalitas semacam ini adalah egois dan tidak berpusatkan Injil. Kita harus memuliakan Allah dengan segala yang kita miliki atau yang kita lakukan. Jika kita memang diberi kapasitas untuk memiliki dan membesarkan anak bagi kemuliaan Allah, menghindari hal itu merupakan sebuah dosa.      

Alat kontrasepsi yang aman

Dalam bagian sebelumnya kita sudah mengupas bahwa pencegahan kehamilan pada dirinya sendiri tidak keliru, sejauh motivasi di balik tindakan tersebut dapat dibenarkan. Walaupun demikian, hal ini tidak berarti bahwa semua jenis alat kontrasepsi boleh digunakan tanpa pemikiran yang matang. Kemajuan teknologi menawarkan beragam alat kontrasepsi. Beberapa di antaranya secara etis dipersoalkan karena dianggap tergolong pengguguran janin.

Inti persoalan terletak pada dua hal yang saling berhubungan. Pertama, kapan sebuah kehidupan dikatakan sudah ada? Apakah pertemuan sel telur dan sperma merupakan titik awal kehidupan? Kedua, apakah suatu alat kontrasepsi bersifat mencegah pembuahan sel telur oleh sperma atau merusak pertemuan yang mungkin sudah terjadi?

Sehubungan dengan poin ke-1, Alkitab memang tidak memberikan petunjuk yang detil, konkrit, dan eksplisit. Alkitab hanya mengajarkan bahwa bayi di dalam kandungan merupakan “manusia” (Mzm. 139:13-16). Allah telah menjalin relasi dengan bayi di dalam kandungan (Kej. 25:22-23; Mzm. 22:11; Yes. 46:3; Yer. 1:5; Gal. 1:15). Namun, Alkitab tidak memberi keterangan detil tentang fase tertentu di dalam kandungan yang merupakan permulaan suatu kehidupan. Teknologi zaman dahulu tidak sehebat sekarang yang mampu memonitor setiap detail perkembangan janin.

Di tengah keterbatasan data yang ada, kita perlu memaksimalkan akal budi Kristiani kita dalam menimbang beragam usulan. Sebagian orang meyakini bahwa kehidupan sudah dimulai sejak sel telur dibuahi oleh sperma. Yang lain menolak gagasan ini, karena pada pertemuan awal itu masing-masing sel masih mempertahankan kromosom sendiri-sendiri. Peleburan kromosom baru terjadi pada saat janin itu menempel pada dinding rahim. Sebagian lagi mengusulkan masa antara 112-175 hari, karena pada masa ini seluruh bagian tubuh sudah terbentuk.

Menentukan pilihan mana yang paling tepat merupakan tugas yang sangat rumit. Definisi “permulaan kehidupan” perlu benar-benar dirumuskan, baik dari sisi filosofis maupun medis. Persoalannya, keterkaitan antara aspek medis dan filosofis tidak selalu jelas. Sejauh mana penemuan medis bermanfaat bagi penilaian moral secara filosofis?

Di tengah kerancuan yang ada, saya secara pribadi memandang bijaksana untuk tidak terpaku pada fase detail tertentu. Adalah lebih aman apabila kita menjadikan pertemuan sel telur dan sperma sebagai permulaan kehidupan, terlepas dari bagaimana kondisi janin itu selanjutnya. Seandainya kehidupan ternyata dimulai beberapa saat sesudah pertemuan itu, kita pun juga tidak akan dianggap bersalah apabila mempercayai fase yang lebih awal sebagai permulaan kehidupan. Kasusnya akan berbeda apabila kita mengambil posisi sebaliknya.

Dengan berpedoman pada poin ini, beberapa cara atau alat kontrasepsi tergolong “pasti tidak bermasalah,” misalnya berpantang bersetubuh untuk periode tertentu, sistem kalender (hanya berhubungan seks pada waktu isteri tidak dalam kondisi subur), coitus interruptus (menarik penis keluar dari vagina pada saat hendak ejakulasi), atau kondom. Semua cara ini hanya bersifat mencegah pembuahan telur oleh sperma. Dengan pedoman yang sama pula, beberapa alat kontrasepsi “pasti bermasalah,” misalnya operasi pengguguran kandungan, aborsi kimiawi (meminum cairan tertentu) atau pil tertentu yang tergolong abortif (misalnya RU-486). Semua alat ini dimaksudkan untuk menggagalkan pertumbuhan janin yang sudah terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun