Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketekunan Orang-Orang Kudus

3 Februari 2018   21:46 Diperbarui: 19 Agustus 2018   19:29 2076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedua, penebusan Kristus bagi orang pilihan. Seperti kita ketahui sebelumnya, ketika Kristus mati di atas kayu salib Dia secara aktual telah mencapai tujuan penebusan-Nya, misalnya menebus orang berdosa dan menggantikan hukuman mereka. Seandainya orang yang sudah menerima penebusan Kristus akhirnya dapat binasa dan dihukum kekal, maka Kristus tidak sungguh-sungguh menggantikan hukuman orang itu di atas kayu salib. Seandainya Kristus sudah mengalami siksa neraka bagi orang berdosa di atas kayu salib ketika Dia ditinggalkan oleh Bapa-Nya (Mat. 27:46//Mrk. 15:34), maka orang berdosa tersebut tidak dapat dihukum lagi.

Ketiga, panggilan efektif dalam diri orang percaya. Orang yang mampu beriman kepada Kristus berarti sudah dipanggil secara efektif oleh Roh Kudus. Dalam proses panggilan ini – seperti telah kita pelajari bersama – Allah membangkitkan kita dari keadaan kita yang mati di dalam dosa, menerangi pikiran dan memperbarui kehendak kita sehingga kita dapat menyadari keberdosaan kita dan menginginkan Allah. Orang yang lahir dari Allah seperti ini (band. Yoh. 1:12-13) tidak mungkin akan diperhamba oleh dosa lagi, seperti diajarkan oleh Yohanes di dalam suratnya “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah” (1Yoh. 3:9; band. Rm. 6:1-2, 6, 7, 14).

Keempat, kasih Allah yang besar atas orang berdosa. Alkitab berkali-kali mengajarkan bahwa penebusan Kristus di atas kayu salib merupakan bukti dari kasih Allah yang besar bagi dunia (Yoh. 3:16; Rm. 5:8; 1Yoh. 4:8-10). Paulus secara eksplisit menyatakan bahwa Allah menyatakan kasih-Nya ketika kita masih berdosa (Rm. 5:6-8). Yohanes juga menegaskan bahwa Allah lebih dahulu mengasihi kita baru kita dapat mengasihi Dia (1Yoh. 4:10). Semua ayat ini menunjukkan bahwa Allah sudah mengasihi kita ketika kita dulu masih menjadi musuh Allah. Sekarang, ketika kita percaya kepada Kristus, kita telah menjadi anak-anak Allah (Rm. 8:15; Gal 4:6). Kalau sebagai musuh saja Allah sangat mengasihi kita dan mau mengorbankan Anak-Nya yang terkasih, masakan sebagai anak-anak-Nya Allah justru membuang kita? Dalam Roma 5:8-9 Paulus berkata, “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah”. Dalam Roma 8:31 dikatakan “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?”

Teks-teks yang eksplisit

Kepastian keselamatan orang percaya tidak hanya didukung oleh inferensi dari doktrin-doktrin lain, tetapi juga mendapat dukungan dari teks-teks yang secara eksplisit mengajarkan hal itu. Kelompok teks pertama adalah yang menjelaskan bahwa orang percaya sudah memiliki hidup kekal (Yoh. 3:16, 36; 5:24; 1Yoh. 5:13). Yang perlu diperhatikan dalam ayat-ayat ini adalah bentuk kata kerja present tense yang dipakai untuk kata “beroleh” atau “mempunyai” dan kata sifat “kekal” yang dipakai untuk menerangkan kualitas kehidupan yang dimiliki oleh orang percaya. Bentuk present tense menunjukkan bahwa orang percaya saat ini juga sudah memperoleh hidup kekal. Kata sifat “kekal” mengindikasikan bahwa hidup yang dimiliki tersebut bersifat permanen. Hidup yang dijanjikan bersifat tidak dapat binasa, tidak dapat cemar dan tidak dapat layu (1Pet. 1:3-5). Yesus sendiri berkata bahwa barangsiapa yang makan roti dari surga akan hidup selama-lamanya (Yoh. 6:51). Seandainya kehidupan yang dimiliki orang percaya belum tentu permanen, maka Alkitab tidak akan menyebutnya sebagai hidup kekal.

Kelompok teks kedua berisi pernyataan yang eksplisit bahwa orang yang sudah dipilih tidak mungkin binasa. Yesus mengatakan bahwa domba-domba-Nya tidak mungkin binasa karena tidak ada sesuatu pun yang lebih besar dari Bapa sehingga mampu merebut domba-doba itu dari tangan Bapa (Yoh. 10:27-30). Mereka yang binasa adalah mereka yang sudah ditentukan dari semula untuk binasa (Yoh. 17:12). Pemahaman seperti inilah yang membuat Yesus mampu merespons pengunduran diri pengikut-Nya dengan tenang (Yoh. 6:66). Ia mengatakan bahwa anugerah Allahlah yang memegang peranan penting dalam jaminan kepastian seseorang (Yoh. 6:65). Dia yakin bahwa murid-murid-Nya yang sejati tidak akan meninggalkan Dia. Yohanes 6:67 “kalian tidak ingin pergi bukan?” (NIV/NASB).

Kelompok teks yang lain berhubungan dengan Roh Kudus sebagai jaminan kepastian keselamatan orang percaya. Roh Kudus disebut sebagai meterai maupun jaminan (Ef. 1:13-14; 2Kor. 1:22; 5:5). Pemeteraian ini berlaku sampai akhir jaman (Ef. 4:30). Penggunaan gambaran “meterai” menunjukkan bahwa orang percaya merupakan milik Allah secara sah dan tidak mungkin digagalkan lagi oleh pihak lain. Pemakaian ungkapan “jaminan” (lit. “uang muka”) turut mempertegas status kepemilikan orang percaya. Ungkapan ini juga menunjukkan bahwa suatu transaksi telah terjadi dan sisanya akan segera diberikan semua secara pasti. 

Kelompok teks berikutnya merujuk pada intervensi Allah dalam menjaga keselamatan orang percaya. Allah tidak ingin dari antara orang yang dipilih-Nya ada yang binasa (Yoh. 6:39). Mereka yang dipilih Allah pasti pada akhirnya akan dimuliakan (Rm. 8:29-30). Mengapa bisa demikian? Tuhan berkuasa menjaga seseorang sehingga dia akan tetap berdiri (Rm. 14:4b). Allah berkuasa memelihara apa yang sudah Dia percayakan kepada kita (2Tim. 1:12). Orang percaya dipelihara dalam kekuatan Allah sampai pada akhir zaman (1Pet. 1:4-5). Allah mengerjakan kemauan dan kemampuan bagi orang itu untuk terus menaati Dia (Flp. 2:13) sehingga pengharapan mereka menjadi sesuatu yang pasti (Ibr. 6:11; 2Pet. 1:10). Allah juga membatasi pencobaan yang dialami orang percaya sehingga tidak melebihi kekuatan mereka dan Allah selalu memberikan jalan keluar dalam setiap pencobaan yang ada (1Kor. 10:13). Ketika orang percaya menghadapi penderitaan duniawi selama menantkan pengharapan kekal (Rm. 8:18-24), Roh Kudus berdoa bagi mereka (Rm. 8:26-27).

Teks yang terakhir berbicara tentang hubungan semua karya Kristus dengan kepastian keselamatan orang percaya. Roma 8:31-39 merupakan perikop yang paling jelas menghubungkan karya Kristus dengan kepastian keselamatan. Tidak ada orang atau sesuatu apapun yang bisa mengalahkan orang percaya (ayat 31, 37). Orang percaya tidak dapat dipisahkan dari kasih Kristus oleh apapun juga (ayat 35-39). Semua ini dapat terjadi atas dasar karya Kristus yang sempurna, dari kematian sampai Dia duduk di sebelah kanan Bapa (ayat 34). Kalau Kristus sudah mati bagi mereka, maka mereka tidak akan dihukum (ayat 33-34a). Kristus juga telah bangkit sebagai bukti bahwa upah dosa – yaitu maut (Rm. 3:23) – telah dikalahkan (1Kor. 15:55). Kristus telah naik ke surga dan duduk di sebelah kanan Bapa sebagai bukti bahwa Dia telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki-Nya (Mzm. 110:1; 1Kor. 15:25-27; Ef. 1:20-22; Ibr. 2:8). Kristus juga menjadi pembela kita. Bagian akhir dari Roma 8:34 ini seharusnya diterjemahkan “yang juga terus-menerus berdoa bagi kita” (NASB/RSV/NKJV). Kalau Kristus selalu berdoa bagi kita (Ibr. 7:25), maka kita tidak mungkin akan binasa, karena Bapa selalu mendengarkan doa Yesus (Yoh. 11:42).

Pengalaman rohani orang percaya

Argumen ini memang tidak bersifat konklusif, tetapi jika dicermati dengan seksama akan semakin memperkuat keyakinan terhadap kepastian keselamatan kita. Dalam menjalani keselamatan kita seringkali kita berada dalam titik kerohanian yang parah. Kita benar-benar merasa jauh dari Tuhan dan terlalu berdosa. Kita bahkan pernah tidak membaca Alkitab, mendengarkan khotbah atau berdoa selama berminggu-minggu. Dalam keadaan seperti ini secara logika kita pasti akan jatuh dan tidak akan pernah bisa kembali lagi pada Allah (jika keselamatan kita ditentukan oleh usaha kita). Kenyataannya, ketika kita tidak setia Allah ternyata tetap setia (2Tim. 2:13). Ketika orang percaya jatuh, Allah berjanji bahwa orang itu tidak akan tergeletak (Mzm. 37:24). Contoh yang paling jelas adalah penyangkalan Petrus. Dosa Petrus sebenarnya sama buruknya dengan dosa Yudas Iskariot, namun yang membedakan keduanya adalah Petrus sebagai orang pilihan, sedangkan Yudas bukan (Yoh. 6:64, 70-71; 17:12; Kis. 1:16-20). Ketika orang percaya jatuh, Tuhan bersiap mengangkat dia kembali (Luk. 22:32).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun