Gawat, aku kembali mabuk di tengah keramaian barisan siswa ini. Penglihatanku mulai kabur, kepalaku mulai oleng, kaki sudah tidak kuat lagi menumpu tubuh. Seorang PMR yang berjaga menyadari keanehanku yang mulai bergerak aneh di tengah barisan menarikku ke belakang berisan. Aku didudukkan pada kursi panjang sambil diarahkan untuk bersandar kemudian diberikan minyak angin, seorang guru yang merupan pembimbing PMR tiba dari arah dapur sekolah sambil membawa obat paling mujarab mereka, teh hangat.
Para PMR dan guru pembimbing mereka tidak lagi merasa heran dengan siswa-siswi yang tiba-tiba oleng di tengah lapangan ataupun datang ke UKS di tengah jam pelajaran, banyak kasus dengan keluhan yang sama mereka tangani pekan ini. Ini bukan musim penyakit seperti pancaroba atau semacamnya, para anggota PMR dan guru memanggilnya serangan alkohol, secara gejala yang diberikan persis seperti orang yang sedang mabuk. Pandangan kunang-kunang, kepala yang pusing, rasa mual yang terjadi pada beberapa orang, wajah yang kadang senyum-senyum sendiri saat sedang mengalaminya. Benar-benar persis seperti orang mabuk.
Tidak ada yang mengaitkan hal ini dengan narkoba juga efek dari penggunaan obat-obatan terlarang, tidak ada yang berani. Lagipula, telah dilakukan tes pada beberapa siswa yang secara kebetulan bermasalah dan juga terkena gejala ini. Namun hasilnya negatif, bersih dari tuduhan penggunaan obat-obatan terlarang. Penyakit ini juga menyerang seseorang secara acak di waktu yang tidak dapat ditentukan juga. Kadang saat sedang apel pagi, upacara, proses pembelajaran, bahkan pernah sekali mereka menemukan siswa yang yang terkapar tidak berdaya di dalam toilet.
Kepala sekolah serta para guru tentu khawatir dengan penyakit aneh yang mendadak menyerang sekolah mereka ini. Mereka sudah pernah mencoba memeriksakan siswa-siswi yang pernah terserang penyakit aneh ini kepada beberapa dokter, tetapi tidak seorang pun dari mereka dapat menjelaskan fenomena aneh yang dialami para pelajar di sekolah ini.
Salah seorang dokter pernah mengatakan bahwa gejala dan dampak dari penyakit ini memang mirip dengan gejala orang mabuk atau orang yang mengonsumsi obat-obatan terlarang. Anehnya, mereka terkena serangan ini tanpa konsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang segalas pun.
"Gejala ini merupakan euphoria yang aneh. Terjadi secara mendadak tanpa tanda-tanda apapun dan hanya menyerang murid. Penyakit ini juga meningkatkan hormon dopamin dan serotonin pada pasien, sehingga penyakit ini memang cocok disebut sebagai serangan alkohol. Jujur saja, kejadian ini begitu menarik kami para tenaga medis untuk menelitinya lebih lanjut. Tetapi kondisi yang dialami para murid saat ini juga berbahaya pada kondisi fisik dan mental mereka. Karena itu kami akan sesegera mungkin menemukan solusi paling ampuh untuk saat ini."
Kesimpulan yang sama sekali mengandung solusi. Di tengah itu semua, kami para penderita malah dilanda kebingungan. Daripada penyakit, kami lebih sering memanggil fenomena aneh ini sebagai serangan alkohol karena efeknya. Kami tidak pernah menganggap fenomena ini sebagai penyakit karena kami tidak pernah disakiti oleh penyakit ini. Benar jika kami mengalami pusing, mual, dan mata berkunang-kunang, tetapi setelahnya kami akan sehat walafiat tanpa merasa sakit. Fenomena ini lebih mirip dengan serangan tiba-tiba dari dalam tubuh daripada sebuah penyakit.
Sekolah juga sedikit berlebihan bagi kami, sepekan ini hanya orang itu-itu saja yang terkena serangan alkohol ini, bukan secara acak. Memang awalnya serangan ini terasa seperti menyerang murid secara acak, beberapa hari kemudian terlihat sebuah pola diantara para siswa. Dalam beberapa hari, mulai terlihat bahwa serangan ini hanya menyerang beberapa orang secara berulang lagi dan lagi. Para anggota PMR beserta guru pendamping mereka mulai menyadari pol ini dan berniat untuk mulai berfokus pada kami yang terus terkena serangan secara berulang. Sayangnya, kepala sekolah dan guru lain terlalu parno akan hal ini dan tetap meminta anggota PMR dan guru pendamping berjaga di seluruh area sekolah. Bahkan beberapa guru pesimis terhadap anggota PMR karena takut mereka juga dapat terserang serangan ini, secara mereka juga masih kategori murid.
Geram dengan sikap kepala sekolah dan para guru lain, dengan wajah tenang bahkan sambil tersenyum, guru pendaming PMR disaksikan ketua PMR, mengatakan hal ini di dalam ruang guru, "Jika kalian bersikeras membuat anak-anak PMR berpatroli di seluruh area sekolah selama jam pelajaran atau tidak percaya pada mereka, kalian harus rela memilih dan mengikhlaskan satu dari dua pilihan. Pertama, nilai anak-anak PMR akan jatuh drastis dan kalian tidak boleh protes karena mereka harus berpatroli demi keamanan murid lainnya dengan mengorbankan waktu belajar mereka sendiri, sungguh mulia jika mereka benar-benar rela. Inilah yang akan kalian masukkan nanti sebagai nilai tambah di raport mereka.
Yang kedua, libur hingga waktu yang tidak ditentukan. Serangan ini hanya menyerang di jam sekolah, kita juga sudah pernah membahasnya dengan para orang tua murid yang terkena serangan ini bukan? Karena itu lebih baik liburkan saja sekolah hingga para murid benar-benar merasa aman datang kembali ke sekolah saat serangan yang kalian anggap penyakit ini hilang dari sekolah. Sumber dari suatu penyakit dapat ditekan suatu saat, saat itulah kita baru kembali membuka sekolah."
Guru dan kepala sekolah tidak berkutik setelah mendengar guru pendamping PMR tersebut bersuara. Sunggu luar biasa wibawa seorang guru matematika yang pengertian. Setelah berdiskusi dan menimbang perkataan dari guru pendamping PMR, akhirnya diambillah sebuah kesimpulan bahwa para anggota PMR akan tetap mengikuti proses belajar mengajar seperti biasa. Dengan tapi, anggota yang sekelas dengan para murid yang sering terkena serangan alkohol mesti belajar sambil mengawasi mereka jika sewaktu-waktu mereka kembali terkena serangan selagi pihak medis mencari tau penyebab dari serangan aneh ini.