Cuman memang-- saya tidak tahu ini baik atau tidak. Benar atau salah. Khususnya era sekarang yang dimana caper dan cari poin sangat kental dalam teknik pengambilan posisi dan jabatan, eh, Bung Juang malah lebih memilih  karakter "Damkar" atau pemadam kebakaran. Rendah hati dan memakai filosofi "sepi ing pamrih, rame ing gawe".
Bukan bermaksud "ngolor". Sepanjang yang saya kenal-- realitanya memang seperti itu. Boleh cek Padepokan Garuda Yaksa Hambalang, dari pembangunan hingga pemugarannya-- bung Juang yang garap. Bahkan saya pernah berkantor di salah satu gedung yang dibangunnya dalam waktu 6 bulan saja. Kuat, cepat dan hemat. Saya perhatikan betul kok konstruksi dan designnya. Bukan karya biasa.
Bahkan pernah dalam suatu malam, saya pernah satu meja diskusi bersama Prabowo dan beberapa tokoh Gerindra, termasuk ada bung Juang disana.
"Tolong hitung biaya anggarannya. Jangan mahal-mahal", kata Prabowo
"Siap, pak" jawab bung Juang singkat dan lugas.
Dan benar-- gedung tambahan di area Hambalang tersebut jadi. Namun seperti biasa--ketika gedung selesai dan peresmian, bung Juang entah dimana? Â Tidak hadir. Hanya melaporkan ke ajudan bahwa pekerjaan sudah selesai dan tuntas. Itu saja.
Padahal dalam jurus caper politik. Mestinya ini adalah panggung  yang tepat untuk unjuk gigi dan ambil poin penilaian dari Prabowo. Namun sepertinya bung Juang lebih memilih menjadi "a true brother at arms" bagi Prabowo. sudah tidak peduli dengan poin-poin penilaian dari abang angkatnya ini.
Tak heran-- dari beberapa tokoh di meja diskusi tersebut, beberapa tokoh menjadi menteri dan beberapa lagi menjadi wakil menteri. Bung Juang? "hanya"Dirut BUMN.
Padahal sempat saya menduga-- bung Juang inilah yang kelak akan dijadikan menteri oleh Prabowo. Itupun ketika menjadi Dirut BUMN-- langsung menggemparkan. Pengunduran diri yang menyimpan banyak tanya dan misteri.
Pertanyaan-pertanyaan dasar seperti, apakah para pejabat dan staff DANANTARA selaku holding BUMN ini tidak mengenal atau riset tentang siapa sosok bung Juang ini sebenarnya? Latar belakang sejarah dan prestasinya?
Sampai-sampai bung Juang secara tersirat memberi kode bahwa internal Danantara tampak mempersulit atau setidaknya selalu dalam posisi ribet saat bung Juang dan jajaran direksi Agrinas mengajukan anggaran untuk pengembangan atau menjalankan program-program penting ketahanan pangannya. Tidak ada dukungan penuh bahkan secara halus bung Juang menisyaratkan bahwa ia dianggap remeh dan sepele..
Kalau memang masalahnya ini-- jelas ini blunder besar Danantara. Kesalahan fatal. Â Dalam posisi "off" sebagai dirut BUMN, berarti hubungan bung Juang dan Prabowo adalah hubungan pribadi abang adik angkat. Lebih rileks dalam pelaporan detail tindakan atau sikap internal pejabat dan jajaran Danantara kepada Prabowo secara langsung.