Mohon tunggu...
Sri Wangadi
Sri Wangadi Mohon Tunggu... Penulis - 📎 Bismillah

📩 swangadi27@gmail.com 🔁 KDI - BTJ

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menerka-nerka Isi Kepala Belva Devara, Inikah Alasannya Mundur sebagai Stafsus?

22 April 2020   11:44 Diperbarui: 22 April 2020   11:45 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
CEO Ruangguru Adamas Belva Devara | foto : kompas.com/Josephus Primus

Secara ilmiah, pada dasarnya manusia memang bisa mundur, jadi gak salah dong kalau Belva mundur, secara kan dia manusia, bukan "waktu" yang hanya bisa berjalan ke depan. Kamu bisa ke rumah Nobita buat nyuruh waktu untuk mundur, Doraemon kan menyimpan "mesin waktu" di laci meja belajar Nobita.

Kalau mau melakukan perjalanan ke masa depan atau masa lalu, tinggal buka laci, lalu masuk aja, ya kan?

Oke, kita sepakat ya, bahwa manusia itu bisa berjalan mundur, jadi ketika manusia memilih mundur dari jabatan atau hal apapun itu, kita tidak boleh menyalahkan, karena hal tersebut adalah sebuah pilihan. Namun, akan menjadi salah ketika "pilihan" tersebut disertai dengan "alasan" yang akan berakibat buruk atau dapat merugikan pihak lain.

Seperti yang kita ketahui, Adamas Belva Syah Devara atau lebih akrab disapa Belva, memilih mengundurkan diri dari jabatan stafsus Presiden Joko Widodo setelah ada polemik mitra Kartu Prakerja.

Pengunduran tersebut telah disampaikan dalam bentuk surat kepada Presiden tertanggal 15 April 2020, dan disampaikan langsung ke Presiden pada tanggal 17 April 2020, seperti yang Belva tulis pada akun instagram miliknya, Selasa (21/4/2020).

Nah, yang menjadi permasalahan saat ini adalah bukan tentang keputusan Belva untuk memilih mundur dari jabatan stafsus, namun lebih kepada alasan dibalik pilihan tersebut.

Seperti yang tertulis dalam surat terbuka yang ia unggah pada laman instagram miliknya, Belva mengambil keputusan tersebut karena ia tidak ingin polemik mengenai asumsi/persepsi publik yang bervariasi tentang posisinya sebagai Stafsus Presiden menjadi berkepanjangan, yang dapat mengakibatkan terpecahnya konsentrasi Bapak Presiden dan seluruh jajaran pemerintahan dalam menghadapi masalah pandemi COVID-19.

Apakah alasannya hanya karena adanya asumsi publik? Bagaimanapun juga, kita tidak bisa mengendalikan jutaan pikiran orang lain agar sependapat dengan kita, yang bisa kita lakukan hanyalah menunjukkan sikap yang sebenarnya agar memungkinkan pola pikirnya bisa berubah.

Keputusan yang diambil Belva saat ini justru menambah asumsi publik untuk berfikiran lebih negatif kepada dirinya dan pemerintah. Bagaimana tidak, ia melepaskan jabatan stafsus, namun proyek besar sudah ditangan, tentunya "untung" yang didapatkan bisa lebih besar dibandingkan gaji Belva selama menjadi Stafsus. Begitulah banyak komentar nitizen yang saya dapatkan pada beranda media sosial.

Sekarang, mari kita menerka-nerka alasan sebenarnya atas keputusan Belva memilih mundur dari jabatan Stafsus Presiden Jokowi :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun