Pembangunan pada umumnya dilakukan oleh setiap negara untuk mendukung kelangsungan kesejahteraan masyarakat yang ada di dalamnya. Bendungan Jlantah adalah salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang sedang dibangun di Kabupaten Karanganyar. Proyek ini berada di Kecamatan Jatiyoso, tepatnya di Desa Tlobo. Desa Tlobo dipilih sebagai lokasi pembangunan bendungan Jlantah karena terdapat banyak aliran sungai di daerah tersebut. Dengan luas wilayah sebesar 498,66 Ha, Desa Tlobo adalah desa dengan luas terkecil di kecamatan ini, di mana sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Masyarakat petani di desa ini memiliki ciri khas dalam aspek sosial dan budaya, seperti penerapan pertanian organik yang menciptakan sistem saling membutuhkan, sehingga tercipta gotong royong dan solidaritas sosial di antara mereka. Namun, pembangunan Waduk/Bendungan Jlantah membawa dampak perubahan sosial dan budaya yang signifikan, dengan terbentuknya identitas baru bagi masyarakat Desa Tlobo sebagai "Kampung Miliarder".
Pembangunan kilang minyak yang terintegrasi dengan kompleks petrokimia (New Grass Root Refinery and Petrochemical/NGRR). Proyek tersebut merupakan kerja sama Pertamina dan perusahaan asal Rusia, Rosneft, yang mewujudkan PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP). Dalam informasi yang dirilis dari situs Kementerian Luar Negeri RI, PRPP merupakan usaha patungan (joint venture) antara Pertamina dan Rosneft dengan kepemilikan saham Pertamina 55% dan Rosneft 45%.Dalam keterangan kepada BBC Â News Indonesia, Dubes RI untuk Rusia, Jose Tavares, mengatakan proyek dengan total investasi US$15,7 miliar ini direncanakan beroperasi pada 2025 dan merupakan salah satu mega project investasi berskala besar Rusia di Indonesia. Pemberian ganti rugi pembebasan lahan untuk proyek kilang minyak di Desa Sumurgeneng, Tuban, Jawa Timur, berdampak pada kehidupan warga menjadi lebih sulit secara ekonomi. Banyak warga yang menghabiskan uangnya untuk membeli barang mewah dan mobil baru tanpa perencanaan keuangan yang matang. Sebagian besar warga kesulitan ekonomi karena tidak lagi memiliki sawah atau ladang untuk bercocok tanam. Kondisi perekonomian warga terdampak inflasi dan peningkatan biaya hidup. Rata-rata uang dari pembebasan lahan tidak digunakan untuk membeli aset yang bisa menjamin pendapatan berkelanjutan. Desa Sumurgeneng sempat viral setelah warganya mendadak kaya karena mendapatkan uang banyak dari pembebasan lahan.
Dalam kasus ini, banyak warga lebih fokus pada pemenuhan keinginan dibandingkan kebutuhan. Mereka membeli mobil mewah, properti, dan meningkatkan gaya hidup tanpa perencanaan jangka panjang. Akibatnya, ketika uang mereka habis, sebagian besar tidak memiliki investasi atau sumber pendapatan yang berkelanjutan, sehingga kembali ke kondisi ekonomi yang lebih buruk dari sebelumnya. Hal ini dinamakan Efek Demonstrasi (Demonstration Effect) atau fenomena di mana seseorang membeli barang atau mengadopsi gaya hidup tertentu untuk menunjukkan status sosial tanpa mementingkan hal yang akan terjadi kedepannya. Ini terlihat ketika banyak warga membeli mobil mewah secara bersamaan. Selain itu hal ini juga bisa disebut sebagai Hedonisme Konsumtif dimana pengeluaran lebih banyak untuk kepuasan sesaat daripada investasi jangka panjang. Hal ini menyebabkan warga tidak memiliki cadangan dana setelah uang kompensasi habis.
Pada Februari 2021, Desa Sumurgeneng menjadi sorotan setelah warganya menerima ganti rugi pembebasan lahan untuk proyek kilang minyak New Grass Root Refinery (NGRR) oleh PT Pertamina. Sebagian besar uang digunakan untuk konsumsi berlebihan, menyebabkan kemunduran ekonomi setelah dana habis.Konsep Ekonomi dalam Pembebasan LahanAlasan Pembebasan Lahan. Proyek NGRR bertujuan meningkatkan produksi energi nasional dan menciptakan lapangan kerja. Perubahan struktur ekonomi desa dari agraris menjadi konsumtif.
Mayoritas warga lebih banyak memenuhi keinginan daripada kebutuhan, menyebabkan ketidakstabilan ekonomi setelah uang habis.
Faktor Penyebab Kegagalan Keuangan
1. Kurangnya literasi keuangan
2. Konsumsi berlebihan
3. Tidak ada sumber pendapatan berkelanjutan
Fenomena "desa miliarder" sering terjadi ketika warga desa menerima aliran uang besar, misalnya dari ganti rugi pembebasan lahan untuk proyek infrastruktur atau industri. Aliran uang ini membawa dampak positif dan negatif bagi masyarakat setempat. "Dengan uang yang diterima, maka kebutuhan primer dan sekunder dapat langsung terpenuhi. Tentu saja jika tidak dilakukan secara berlebihan dan sesuai dengan kebutuhan, fungsi serta manfaatnya," katanya dalam keterangan tertulis, Minggu (28/2/2021).
Warga dapat membeli rumah lebih layak, kendaraan, atau memenuhi kebutuhan hidup yang sebelumnya sulit dijangkau. Banyak warga memanfaatkan uang ganti rugi untuk membuka usaha seperti toko, warung, atau investasi lain. Infrastruktur seperti jalan, sekolah, dan fasilitas umum dapat berkembang karena adanya dana dari warga maupun pemerintah. Selain itu bisnis lokal mendapatkan keuntungan dari daya beli yang meningkat di masyarakat.
Tidak semua warga mampu mengelola uang dengan baik, sehingga banyak yang menghabiskannya untuk gaya hidup mewah yang tidak berkelanjutan. Harga barang dan tanah di desa melonjak karena daya beli masyarakat meningkat drastis, sehingga menyulitkan warga lain yang tidak mendapat kompensasi. Selain itu muncul kesenjangan antara warga yang menerima ganti rugi besar dengan yang tidak, yang bisa menimbulkan konflik sosial. Setelah lahan dijual, sebagian warga kehilangan sumber pendapatan utama mereka, terutama petani atau buruh tani. Beberapa warga memilih untuk membeli barang mewah seperti mobil dan motor daripada berinvestasi, yang bisa membuat mereka jatuh miskin setelah uang habis.
Berdasarkan hasil analisis mengenai ganti rugi yang besar sangat mempengaruhi pola konsumsi dan perubahan perilaku ekonomi masyarakat, dimana meningkatnya konsumsi masyarakat Desa Sumurgeneng baik dalam hal barang maupun jasa, hal ini dapat dibuktikan dengan masyarakat Desa Sumbergeneng yang kebanyakan langsung berbondong-bondong membeli mobil menggunakan uang hasil dari ganti rugi lahan tersebut.
Dampak jangka panjang dari perubahan gaya hidup yang disebabkan oleh pembangunan Bendungan Jlantah terlihat dalam krisis ekonomi dan sosial yang dialami oleh sebagian warga Desa Tlobo. Walaupun mereka sempat merasakan peningkatan kesejahteraan berkat ganti rugi yang besar, beberapa di antaranya justru mengalami ketidakseimbangan dalam keuangan pribadi. Banyak warga yang, setelah memperoleh kekayaan sementara, kembali ke pola hidup lama mereka atau bahkan menghadapi masalah yang lebih buruk, seperti meningkatnya utang yang sulit dilunasi. Ini menunjukkan bahwa tanpa manajemen keuangan yang bijak, perubahan gaya hidup ini bisa membawa mereka pada kesulitan ekonomi yang berkepanjangan. Ketidakseimbangan dalam pengelolaan uang ganti rugi yang seharusnya digunakan untuk investasi jangka panjang malah menyebabkan penurunan kesejahteraan ekonomi mereka. Hal ini menekankan pentingnya perencanaan keuangan yang matang dan pemahaman yang lebih baik tentang ekonomi agar dana yang diterima dapat memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat di masa mendatang.
Fenomena yang terjadi di Desa Tlobo menunjukkan betapa pentingnya pengelolaan sumber daya ekonomi dengan bijaksana. Meskipun ganti rugi yang diterima dapat meningkatkan kesejahteraan dalam jangka pendek, tanpa pengelolaan yang tepat, hal ini dapat berpotensi menimbulkan masalah ekonomi di masa depan. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan keuangan yang lebih baik agar dana yang diperoleh dapat dimanfaatkan secara maksimal dan memberikan manfaat jangka panjang. Edukasi mengenai perbedaan antara kebutuhan dan keinginan menjadi hal yang penting untuk mencegah pengeluaran yang tidak produktif. Selain itu, pemahaman yang mendalam mengenai ekonomi dan pengelolaan keuangan pribadi sangat diperlukan untuk menghindari krisis keuangan yang bisa merugikan individu dan keluarga. Dengan demikian, masyarakat perlu memanfaatkan dana yang diterima untuk investasi jangka panjang yang dapat memperkuat kesejahteraan mereka dalam jangka waktu yang lebih lama, baik dari segi ekonomi maupun sosial.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI