Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cinta] Derita Tiada Akhir

15 Maret 2020   22:01 Diperbarui: 15 Maret 2020   22:38 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jarum jam menunjukkan tepat pukul 01.00 dini hari, Ratih belum bisa memejamkan matanya. Walau jiwa dan raganya sangat letih. Sampai dini hari begini suaminya belum pulang juga.

Beberapa kali Ratih memandang handphone di sebelahnya. Tak ada tanda telpon ataupun Whatsapp masuk dari suaminya. Ratih mencoba telpon tidak diangkat. Whatsapp yang dikirim hanya centang satu tanda belum dibaca Hendra .

Makan malam yang telah disiapkan di atas meja telah dingin, sedingin hatinya yang pasi. Ratih tak tahu kemana saja suaminya pergi, dan untuk apa. Ratih juga tak pernah menanyakan perihal itu pada suaminya.

Ratih pernah menanyakan sesuatu perihal urusan suaminya, namun bukan mendapat jawaban yang melegakan justru  bentakan dan makian yang ia dapatkan. Membuat Ratih sangat hati-hati berbicara pada suaminya.

Pukul dua dini hari suara mobil suaminya  terdengar memasuki halaman. Ratih bergegas keluar untuk membuka pintu pagar .

Begitu masuk rumah, Hendra tidak menyapanya, hanya diam berlalu begitu saja.  Membersihkan diri  dan memakai baju bersih yang telah disiapkan Ratih. Setelah itu langsung tidur, menenggelamkan diri di dalam selimut tebalnya.

 Setelah menegak 10 butir obat tidur, Ratih merebahkan diri di samping suaminya, dengan air mata tiada henti mengalir.   Ratih  ingin tidur  untuk selamanya,  melupakan derita cintanya.  Sementara Hendra telah pulas dalam dengkurnya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun