Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengalaman Menunaikan Ibadah Haji

7 Agustus 2018   00:11 Diperbarui: 7 Agustus 2018   05:21 2003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Orang bilang pergi haji itu ketika di Mekah dan Medinah akan diperlihatkan rekaman pribadi ketika di tanah air, kebiasaan baik dan buruknya. Benarkah ? Hal ini sering menyurutkan orang yang sebenarnya sudah mampu secara fisik dan finansial belum juga mendaftar haji, alasannya belum siap. 

Padahal ada tukang sayur, tukang bubur, tukang tambal ban, dukun beranak, dengan menabung berpuluh-puluh tahun untuk membayar ONH dengan niat tulus menunaikan rukun Islam ke-5, yang sebenarnya belum diwajibkan. Niat dan kemauan kuat dapat mewujudkan impian pergi haji, walau pergi ke ibukotapun belum pernah dilakukan. Artinya Alloh SWT memampukan orang-orang yang secara finansial belum mampu, berkat ketekunan menyisihkan penghasilan dapat menjalankan ibadah haji.

Tahun 2006 mendapat  ijin Alloh SWT bersama suami pergi menunaikan ibadah haji. Waktu itu tidak ada masa tunggu, begitu mendaftar pada tahun itu juga berangkat, karena belum ada dana talangan dari bank. 

Memanfaatkan jasa KBIH yang sudah terkenal di kota Yogyakarta, dapat berangkat satu KBIH satu pesawat dan satu kloter. KBIH ini aktif melakukan manasik klasikal dan praktek di pantai Parangkusuma sebagai miniatur padang Arofah dengan gumuk pasir tepat pada jam 12.00. Bisa dibayangkan terpaan sinar matahari langsung diatas kepala, dan pasir yang panas.

Waktu itu diberangkatkan pada gelombang kedua yang langsung ke Mekah, artinya sejak dari Donohudan sudah memakai pakaian ihrom (baju putih). Khusus untuk bapak-bapak  tidak berjahit, hanya lembaran kain ditutupkan di badan, karena sampai Mekah  langsung menjalankan umroh yang diniatkan di dalam pesawat di atas kota Tan'im (miqat umrah). 

Dari Donohudan siang dan sampai Mekah dini hari karena proses imigrasi dan pembagian kamar penginapan. Tidak ada yang protes dengan pembagian kamar, semua harus diterima dengan rasa syukur dan senang hati, satu kamar untuk 8 (delapan) orang ibu-ibu, dan bapak-bapak di kamar yang berbeda walau suami isteri.

Di Mekah menunggu sampai waktu wukuf di padang Arofah, bermalam di padang Musdalifah dan Mina, untuk melempar jumrah selama 3 (tiga) hari berturut-turut. Waktu itu ada tragedi "kelaparan" karena ada masa pergantian sistem katering. Namun kloter rombongan kami (44 orang) tidak merasakan kelaparan karena mendapat kiriman beras dari donatur dan dimasak dengan rice cooker (ada yang membawa). 

Lauk membeli ayam panggang 4 ekor secara patungan satu rombongan yang disuwir-suwir. Dari tragedi kami satu kloter dan kloter lain mendapat kompensasi pengembalian uang sebesar 350 real per orang, di Mekah karena  penginapannya di Hafair mendapat kompensasi 100 real, dan di Medinah 100 real. Jadi per orang mendapat kompensasi 550 real, yang tidak pernah diduga sebelumnya.

Di Mekah dan di Medinah, percaya tidak percaya tetapi terbukti penulis alami, mendapat pengalaman sebagai peringatan dari Alloh SWT, yaitu:

  1. Suami sudah mulai batuk-batuk dan tidak sembuh-sembuh, penulis bilang:"Kok batuk terus, kenapa tidak diobatai ?". Bilangnya malam hari, dan paginya penulis juga batuk yang tidak sembuh-sembuh.
  2. Sehabis sholat Isya di Masjidil Haram, penulis diingatkan suami agar hati-hati dengan identitas dan alamat pondokan, yang di tempel pakai peniti, karena berdesakan dengan orang banyak. Penulis bilang:"Tidak mungkin hilang", ternyata paginya hilang beneran, karena berdesakan.
  3. Sehabis sholat Ashar penulis ketemu kucing di tangga Masjidil Haram, kaki kanan penulis di cakar oleh kucing tersebut padahal biasanya tidak pernah ketemu kucing. Penulis ingat ketika di rumah memang suka menjahili kucing piaraan yang sedang tidur pulas dengan kaki kanan.
  4. Di Madinah sebelum sholat Duhur handphone dipinjam suami untuk mengabarkan jama'ah satu kloter yang meninggal dunia teman sekantor suami. Saat HP mau diserahkan dalam hati ada rasa kurang ikhlas karena pulsa baru diisi. Ternyata justru HP penulis hilang di Masjid Nabawi.

Dari pengalaman rohani tersebut mengandung pesan khususnya untuk penulis, intinya orang itu jangan sombong (pengalaman no.1 dan 2). Binatang (kucing sebagai hewan kesayangan Nabi Muhammad S.A.W) jangan diganggu ketika sedang tidur. Kemudian harus ikhlas kalau meminjamkan barang, jangan takut rusak, habis pulsa, apalagi takut hilang. Akhirnya mendapat ujian HP nya hilang beneran di Raudah ketika di taruh di saku celana suami dalam posisi duduk, lepas tidak terasa.

Pengalaman mendapat rejeki tidak terduga sebagai kompensasi karena tragedi kelaparan selama di padang Arofah, Musdalifah, dan Mina. Namun tidak kelaparan karena ada donatur beras, artinya selalu ada orang yang memberi pertolongan ketika sedang membutuhkan. Memudahkan  urusan orang, maka urusannya akan dimudahkan, memberi makan orang lain, ternyata saat kelaparan ada donatur mengirim beras. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun