"Ora ono jenenge hak. Kabeh berhak. Kowe yo muk njikuk"(tidak ada namanya hak. Semua berhak. Kamu hanya mengambil)
"Asu!"(anjing)
"Asu dewe!"(anjing sendiri)
Massa penjarah mencoba membakar toko roti, namun diteriaki warga sekitar,"Kalau kalian bakar, nanti merembet ke rumah belakang. Itu milik orang Jawa! Juga ada sekolah dasar"
Ternyata, jika dilawan, para penjarah itu keder. Akhirnya mereka hanya menguras isi toko. Lucunya, warga juga ikutan. Roti-roti dengan segala bentuk dan rasa berpindah tangan. Sambil mengunyah, tangan satunya memasukkan yang lain. Susu kental manis, keju, coklat, menses, gandum diobral dijalan.
"Coba rasakno roti iki, enak tenan"(coba rasakan roti ini, enak benar)
"Agek iki aku mangan roti larang"(baru sekarang aku makan roti mahal)
"Lebokno kabeh. Dinggo mengko bengi"(masukkan semua. Buat nanti malam)
Etalase melompong. Ludes tanpa sisa. Dilantai dua warga menemukan karyawan perempuan berkumpul di satu kamar.Â
"Neng kene do ngopo? Malah ndelik. Untung wae tokone ora diobong"(disini ngapain? Malah bersembunyi. Beruntung saja tokonya tidak dibakar)
Â
Salon sebelah tidak luput dari amuk. sebenarnya sudah bukan incaran. Gerombolan bedebah mencelat beberapa meter darinya. Entah bagaimana mereka berbalik menggedor-gedor rolling dor. Pemiliknya diseret mau dianiaya. Menangis meraung-raung, minta tolong. Lagi-lagi orang kampung menyelamatkan. Orang kampung tahu, om ini orang baik. Didepan usahanya ada lesehan penjual pecel. Om tersebut kerap membeli dagangannya.
"Heii! Iki dudu wong Chino! Iki wong Manado. Mbedakke chino karo Manado wae ora iso! Goblok! Pekok ojo mbok pek dewe!"(heii! Dia bukan orang China. Dia orang Manado. Membedakan China sama Manado saja tidak bisa. Goblok! Bodoh jangan kamu miliki sendiri)
